NovelToon NovelToon
TA'ARUF KELUAR JALUR

TA'ARUF KELUAR JALUR

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Hamil di luar nikah / Selingkuh / Beda Usia / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Keputusan untuk melanjutkan pendidikan atau menikah, menjadi beban sejak aku menerima surat kelulusan SMA. Ditengah kegundahan hati, kepercayaan keluargaku, membawa penerimaan hatiku akan kehadiranmu yang asing.

Meski perkenalan kita hanya singkat, janji yang kamu ucapkan kala itu begitu manis.

"Gpp, aku tungguin kamu sampai lulus kuliah kok. Kita tunangan saja dulu. Nanti aku juga akan membantu biayanya."

"Tapiiii-"

"Udahlah, nduk percaya sama, Rian. Niat nya kan baik mau mengikat kamu. Dari pada kalian pacaran-pacaran yang gak bener, loh."

"Tapi bu, aku masih ingin kuliah."

"Iya kan bener kalian tunangan dulu, kamu lanjut tuh kuliahnya. Itu nak Rian juga mau bantu biayai, benar kan, nak."

"Iya bener, Bude."

Masih kuingat pancaran mata berapi-api tanpa keraguan yang menatapku. Mata itu pula yang membuat aku jatuh hati. Karena seolah hanya aku di matanya. Saat itu aku hanya bisa menggangguk pasrah.

"Baiklah."

Tanpa kutahu badai yang menerpa akan begitu dasyatnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4 PENOLAKAN KERAS

'Plukk'

Aku dikejutkan dengan suara tepukan ringan ditengah rasa gugup yang kurasakan. Kepalaku seketika mendongak menatap kedua saudara yang duduk saling bersebelahan di hadapanku.

"Ditanyain loh, malah diem aja,, jawab napa," kata mas Reizal.

Rasa gugup kembali bertambah saat mendengar teguran mas Reizal pada Amy. Yang kutahu jelas apa pertanyaan yang ia maksudkan. Akupun juga tengah menanti-nanti jawabannya sejak tadi.

"Hah, tanya apa?" tanya Amy yang membuatku memiliki dugaan gadis itu tak mendengarkan.

"Lah, jadi gak denger dari tadi," kata Reizal tak percaya. "Itu kuping apa cuma pajangan."

Lucunya Amy hanya mengangguk dengan tampang polos. Sudut bibirku berkedut menahan tawa yang akan lepas. Rasa gugupku seketika menghilang berganti kan perasaan gemas. Tak kusangka akan melihat ekspresi seperti itu dari seorang gadis jutek dan galak seperti Amy.

Rupanya selain sisi keibuan yang dia tunjukkan saat bersama dengan anak kecil. Amy juga memiliki sisi lain yang sangat manis.

Rasanya semua sifat gadis itu, aku menyukainya.

Sebenarnya awalnya aku hanya sedikit tertarik. Mengingat pertemuan kami yang memang kurang mengenakkan. Timbul rasa ingin menaklukkan. Lalu kemudian tawaran mas Rizal untuk menjodohkan membuatku berpikir ulang.

Benih telah jatuh dihatiku. Entah bagaimana tunasnya mulai muncul begitu cepat.

Satu yang terbesit di pikiranku, saat mulai menyadarinya, aku ingin memilikinya. Dan kuharapkan dialah yang akan menjadi pendampingku, ibu dari anak-anakku kelak.

 

...----------------...

"Ya, kuping lah. Bilangin ibu ya, mas Ical nyumpahin aku," sungut Ameera.

"Yang nyumpahin juga siapa, sih," sanggah Reizal.

"Mas Ical lah, itu bilang kuping ku cuma pajangan. Maksudnya apaan coba."

Reizal yang kerap memiliki hubungan seperti kucing dan tikus dengan adiknya. Tak ragu untuk mendebat. "Lagian, punya kuping gak dipake."

"Ya dipake ini, buktinya aku bisa ngobrol nyambung."

"Ya baru sekarang kan, tadi??"

Semakin dibuat kesal oleh sang kakak. Semakin Ameera tak mau kalah.

"Tadi juga denger kok," balas Ameera tak terima.

Sepertinya Ameera telah lupa kejadian beberapa menit yang lalu. Emosi perempuan memang sangat aneh.

"Ohh, yaa. Apa coba," kata Reizal meremehkan.

"Ya itukan."

"Itu, apaaa."

"Ituuuu."

"Ya, apa"

"Ehemm," dehem Adrian di tengah keributan yang tak ada hentinya.

Keduanya lantas berhenti adu mulut, sambil saling memalingkan muka.

"Ehemm,, Sorry, kelepasan," kata Reizal menahan malu. Dia baru ingat ada orang lain yang menyaksikan tingkah kekanakannya.

"Gpp, kok," jawab Adrian.

"Malu tuh pasti," cibir Ameera pelan, tapi masih didengar dengan baik oleh kedua pria di ruangan itu. Hanya saja tak ada dari mereka yang ingin merespon. "Udah kan, Amy mau kebelakang."

"Bentar dulu," cegah Reizal dengan tangan terulur menahan bahu Ameera. Dia kemudian mengulang pertanyaan yang sebelumnya ditanyakan. "Tadi kan mas tanya, belum kamu jawab. Adrian ini suka sama kamu, mau kenal lebih dalem. Menurut kamu gimana?"

"Ih gak! apa sih mas."

"Kan cuma kenalan dulu. Gak langsung pacaran. Nanti kalau cocok ya lanjut gitu," bujuk Reizal.

"Gamau,, Amy mau ke belakang aja,, lepasin," kata Ameera sambil meronta-ronta.

Tangan yang menahan bahu Ameera tidaklah kuat. Dah hanya diletakkan tanpa kekuatan apapun. Jadi dengan gerakan Ameera yang begitu besar. Gadis itu dengan mudah membebaskan diri.

"AMY, AMEERA..." panggil Reizal putus asa. Dia sepertinya tak menduga bahwa reaksi adiknya akan sebesar ini. "Rian, maaf, anak itu-"

"Tak apa mas Zal. Wajar Ameera pasti terkejut," potong Adrian.

Meski kecewa, Adrian tak ingin menunjukkannya dengan jelas. Membiarkan Reizal menjelaskan hanya akan menunjukkan dengan jelas bahwa dirinya telah ditolak.

"Kamu tak perlu khawatir aku akan bicara lagi dengan anak itu nanti."

 

...----------------...

Beberapa hari kemudian terlewat begitu saja. Tak ada pembahasan lebih lanjut mengenai kejadian sore itu. Berhari-hari itu pula Ameera mendiami kakaknya. Semua keluarga pun tak ada yang mengetahui masalah sore itu. Semua hanya menganggap itu pertengkaran kedua kakak adik seperti hari biasa. Jadi alasannya pasti tak jauh dari masalah perbedaan pendapat.

Sampai di sebuah malam kebenaran pun akhirnya pecah.

Tanpa meminta izin pada sang pemilik nomor, Reizal memberikan nomor ponsel Ameera pada Adrian begitu saja.

Ameera tentu saja marah, dan langsung menanyai kakaknya.

"Maksudnya mas apa sih, ngasih-ngasih nomor Amy ke dia. Aku kan udah bilang gamau, mas," kata Ameera dengan intonasi sedikit tinggi.

"Kenapa sih, cuma nomor saja. Dan kamu gamau karena belum kenal dia. Mencoba mengenal dulu apa salah nya coba," balas Reizal.

"Ya salah karna aku udah bilang gamau. Dan nomor ponselku itu privasi ku. Harusnya mas minta izin dulu ke aku."

"Halah, lebay sekali kamu itu."

"Aku gak lebay, tapi mas yang keterlaluan."

Di rumah Ameera sendiri memang tidak  memiliki peredam suara. Sehingga meski pertengkaran itu terjadi di dalam kamar. Selama pintu terbuka lebar, akan terdengar di seluruh rumah.

"Ada apa sih ini kok malem-malem berantem. Coba bicarakan baik-baik," tegur Bu Dona yang baru saja tiba. Di Belakangnya sudah ramai dengan anggota keluarga lain yang juga mendengar keributan itu.

Melihat ibunya, pecah sudah tangis Ameera. Gadis itu langsung memeluk Bu Dona dengan terisak-isak. "Buuu, Hikkss.. mas Icalll Hilkkk hiksssss. Aku kan hikks gamau hikksks hiskkk ...."

"Shuut, sudah-sudah," Bu Dona mencoba menenangkan.

"Ada apa to mas. Kok adeknya sampai nangis begini?" tanya Pak Fahmi sang kepala rumah tangga.

Reizal pun lalu menjelaskan seluk beluk permasalahan yang terjadi. Dimulai dia yang memergoki Adrian memandang adiknya dengan cara yang berbeda. Hingga inisiatifnya memberi nomos Ameera kepada Adrian.

"Mas tau nggak, disini kamu yang salah. Meskipun niat mu baik. Tapi tetep kamu harus minta izin pada adikmu. Karena yang berhubungan disini adikmu bukan kamu. Sekarang bapak tanya, kamu lebih sayang adikmu, atau ke Adrian. Tega kamu melihat adikmu nangis begini?"

"Enggak, pak," jawab Reizal lemah.

"La, iya. Terus kenapa kamu memaksakan?" tanya Pak Fahmi kembali.

"Aku mikirnya, Adrian itu sudah mapan, dari keluarga baik-baik. Anaknya juga baik banget, gak pernah aneh-aneh. Fikirku dari pada Amy pacaran sama bocah kemarin sore, lebih baik yang siap serius seperti Adrian," jelas Reizal.

"Bapak ngerti, tapi hati gabisa dipaksa, mas. Lagipula adikmu saja masih belum lulus. Masih panjang jangkahnya. Jangan kamu batasi dengan pilihanmu yang belum tentu benar itu."

"Maaf, pak."

"Ibu juga ndak setuju kalau Amy sama Adrian.  Ibu tahu jelas pekerjaannya seperti apa. Meski keliatannya anaknya baik. Kita juga gak tahu aslinya," ujar Bu Dona tak suka.

Pak Fahmi menghelas nafas ringan, mendengar ujaran sang istri. "Sudah bu, jangan bicara yang tidak-tidak. Pembahasan ini masih lama,  belum waktunya kita ributkan sekarang. Untuk yang sudah terjadi ya sudah. Sekarang mas Ical minta maaf ke adek. Adek juga dimaafin ya mas nya. Soal Adrian, nanti ajak untuk menemui bapak. Biar bapak yang bicara,, Ayo baikan dulu."

"Maafin mas ya dek."

"Hikk, iyaa."

"Nah, begini kan bagus."

1
cerry
Yang penting up/Shhh/
cerry
Tanpa sadar seminggu gak up/Grievance//Hammer//Smug/
cerry: Hehehe/Blush/
Ig : moon.moon9921: emang kok, othornya sungguh annu /Grievance/
total 2 replies
cerry
Detail yg hampir terlupa/Toasted/. Adrian sdh pernah melihat Amy tanpa kerudung/Facepalm//Pray/
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf
tolong /Facepalm/... minum air putih dulu
🍟Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf: lagi cari hiburan /Facepalm/
cerry: Han kok ad disini 👀👀
total 2 replies
NurAzizah504
Hai, Kak. Ceritanya keren. Mau saling dukung ga, Kak?
cerry: Semangat berkaryanya/Determined/
NurAzizah504: Oalah, baiklah, Kak /Joyful//Good/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!