Beberapa hari sebelum pernikahannya dengan kekasihnya, Junior harus kehilangan gadis yang paling ia cintai. Kekasihnya itu meninggalkannya karena penyakit parah yang selama ini ia derita.
Paris meninggalkan wasiat dimana ia meminta Jasmine sang adik untuk menggantikannya menikah dengan Junior.
Akankah Junior menikahi gadis tomboy yang jauh berbeda dengan Paris yang ia puja sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Jasmine dan Junior saat ini sedang menonton drakor bersama. Awalnya Junior menolak karena menurutnya film itu sangat lebay, namun lama-kelamaan drama yang mereka tonton menarik perhatiannya.
Junior memeluk Jasmine dari belakang, sambil menikmati cemilan. Keduanya menikmati momen kebersamaan mereka, pacaran setelah menikah ternyata lebih menyenangkan.
Sesekali mereka tertawa bersama, kadang emosi bersama karena akur cerita dalam drama.
"Junjun, kamu enggak bisa apa pecat si Caitlyn itu? Aku enggak suka sama dia!" rengek Jasmine manja.
"Enggak bisa maen pecat gitu aja. Masa aku pecat dia tanpa alasan kan enggak profesional" jawab Junior seraya menerima suapan keripik yang diberikan oleh istrinya.
"Enggak suka aja, mentang-mentang sahabatan sama kamu dia suka seenaknya sama karyawan lainnya" keluh Jasmine.
"Nanti aku tegur dia," ucap Junior sembari mengusap lembut puncak kepala istrinya.
Sesekali ia mengecup kening Jasmine membuat senyum mengembang pada sudut bibir istrinya.
Malam semakin larut, Vano saat ini berada di area sirkuit. Dimana dulu ia dan rekan-rekannya menguasai jalanan bersaing dengan geng Alexis yang kini menjadi ipar ketua geng mereka. Ia merindukan masa-masa itu, masa-masa mereka belum mengenal cinta.
Vano tersenyum miris, ingin menghindari keluarga-keluarga konglomerat itu. Ia justru mencintai salah satu putri keluarga kaya. Vano bukanlah pria yang sama seperti mereka, sejak kecil ia sudah hidup di jalanan. Ia bisa seperti ini karena sahabatnya yang memiliki warisan dari mendiang ayah tirinya. Ia membantu Marvel merintis kembali usaha keluarga ayah Juliet. Sehingga ia dapat bekerja dan menjadi asisten Marvel sahabatnya.
Mendirikan banyak perusahaan untuk membuktikan apabila Marvel pantas menjadi menantu mereka. Namun, Vano tidak seberuntung Marvel, ia tidak memiliki warisan atau apapun itu. Bahkan cintanya saja tidak terbalas membuat ia terkekeh mengingat kembali perjalanan ia mengejar cinta Jasmine selama ini. Wa aq
Dino datang menghampiri seraya memberikan minuman dingin kepada sahabatnya. Ia baru saja mendengarkan kisah cerita cinta yang tak terbalas dari sahabatnya ini.
"Udah malem Nyet, Lo mau tidur di sini emang?" tanya Dino yang jenuh karena sejak tadi harus menemani temannya yang sedang gundah gulana.
"Lo kalau mau pulang, pulang aja! Gue masih mau di sini" sahut Vano lalu menegak minumannya.
Dino menatap jalanan yang saat ini masih saja ramai oleh para pembalap liar. Ia melirik sahabatnya yang masih setia menatap lurus kearah depan, entah apa yang ia pikirkan kini.
Tiba-tiba saja sebuah motor sport melaju dengan kecepatan tinggi melewati mereka, membuat jiwa pembalap mereka bangkit kembali. Deruman suara kendaraan yang berasal dari motor sport pengendara itu seolah suatu tantangan untuk Vano. Ia bangkit dari duduknya, memakai helm milik Dina dan menaiki motor sport Dino. Karena Vano menemui Dino mengendarai mobilnya.
"Mau kemana lo?" teriak Dino ketika Vano melajukan kendaraannya menyusul pengendara motor tadi.
Vano dapat melihat dari balik kaca helm fullface yang ia kenakan senyuman menyeringai terbit seolah mengejeknya. Vano mempercepat laju kendaraannya agar dapat menyusul pengedara tersebut, namun lawannya itu ternyata sangat tangguh. Adrenalin Vano kembali berpacu, seolah ia melupakan sakit hati yang baru saja ia alami.
Keduanya beriringan saling mendahului seolah tidak ada yang mau mengalah. Setengah jam mereka beradu kecepatan, akhirnya mereka sampai di garis finish. Vano membuka helm yang ia kenakan, ia berjalan menghampiri pengendara motor yang baru saja menantangnya.
Belum sempat Vano menghampiri pengendara tersebut, Dino sudah terlebih dahulu menepak pundaknya. Vano kembali melihat siapa pengendara motor itu, namun ia sudah tidak ada di sana. Yang Vano ingat hanya bola mata yang sejak tadi membuat ia penasaran, bola mata yang tidak dimiliki seorang pria. Vano merasa orang yang menantangnya tadi adalah seorang wanita.
Malam berganti pagi, pagi ini Junior dan Jasmine bekerja sama mengurus rumah bersama sebelum pergi bekerja. Ini ternyata alasan Mom Keyzia memerintahkan para asisten rumah tangganya untuk cuti. Supaya mereka dapat melakukan semuanya bersama, seperti saat ini keduanya sangat kompak.
Junior memasak sementara Jasmine hanya memperhatikan seraya menopang dagunya dengan kedua tangannya.
Tak lama kemudian, masakan telah tersaji di meja makan. Keduanya makan bersama sebelum mereka bersiap menuju kantor. Kini keduanya tidak perlu lagi bersembunyi di depan orang lain. Biarkan mereka mengetahui semuanya.
Sudah cukup kesalahpahaman yang terjadi antara mereka dan Vano yang menyangka mereka adalah pasangan selingkuh.
Vano saat ini baru saja keluar dari sebuah minimarket, sebelum pergi bekerja ia membeli kopi terlebih dahulu di sana. Ia harus mempersiapkan diri untuk bertemu kembali Junior dan Jasmine setelah kejadian semalam.
Ia harus bisa menerima kenyataan apabila kini mereka pasangan halal yang tidak dapat dipisahkan. Vano duduk di bangku yang tersedia di luar minimarket, ia menyesap kopi yang baru saja ia beli.
Pandangan matanya tertuju pada gadis cantik bermata biru dengan rambut yang ia kuncir. Ia merasa tidak asing dengan warna bola mata itu, Vano kembali teringat pengendara motor yang mengalahkan dirinya tadi malam.
Kening Vano mengkerut saat melihat penampilan gadis itu, dari atas kebawah lalu keatas lagi. Ia terlihat sangat feminim dengan aksesoris serba pink yang ia kenakan. Tidak mungkin gadis sepertinya dapat mengendarai motor sport secepat itu.
"Ngapain lihat-lihat gue? Gue emang cantik tapi enggak gitu juga keles" protes gadis itu seraya mengibaskan rambutnya.
"Geer banget, siapa juga yang lihatin ondel-ondel kayak lo!" cibir Vano dengan senyum mengejek.
Manik mata gadis itu membulat, ia menggembungkan pipinya menatap tajam pria yang ada didepannya ini.
"Nama gue Shireen bukan ondel-ondel, mana ada ondel-ondel cantik spektakuler kayak gue!" balas gadis itu penuh percaya diri.
"Oke Sirine gue pergi duluan ya, malas berdebat terus sama lo di sini" pamit Vano hendak undur diri namun langkahnya dihentikan oleh Shireen.
"Nama gue Shireen, bukan sirine dikira gue lampu ambulans apa" sewot Shireen mendengus sebal.
Gadis itu menatap wajah Vano dengan tatapan menyalang, kedua tangannya melipat di depan dada. Pertama kalinya seorang Shireen di ejek seperti ini oleh seorang pria yang tidak ia kenal.
"Oke bocil, gue mau kerja jadi jangan halangi langkah kaki gue ya. Lo kalau ngefans sama gue bilang aja enggak usah modus kayak gini!" cetus Vano membuat Shireen melongo mendengarnya.
Vano melenggangkan kakinya memasuki kendaraan beroda empat miliknya. Shireen memicingkan matanya, ia merasa pernah bertemu dengan pria ini. Tapi dimana? Ah sudahlah. Shireen lebih memilih untuk pergi menaiki motor sport miliknya.
Ia harus bergegas kembali ke rumah sebelum Oma kesayangannya mengomel karena semalam ia tidak pulang.
........
Maafkan hari ini telat update gaess..hari ini aku sibuk sekali
