TA'ARUF KELUAR JALUR
"Bu, Amy berangkat dulu ya," teriak seorang gadis terburu-buru.
"Sarapan dulu, nduk. Ini ibu sudah masak kan," sahut seorang wanita paruh baya dari arah dapur.
"Huhhh, sudah gak keburu, Bu. Amy sudah sangat terlambat."
Mendengar sang anak akan berangkat tanpa berniat untuk sarapan, buru-buru Bu Dona menghampirinya, dengan masih memakai celemek dan sutil di tangannya, mulutnya bersiap untuk mengomel.
"Ibu, sudah bilang jangan tidur larut-larut, kamu ini ngeyel banget dibilangin. Kalau ada tugas itu langsung dikerjakan. Jangan nunggu nanti-nanti. Giliran ibu bangunin bilangnya sebentar-sebentar terus. Lihat sekarang jadi telat kan. Ibu bawakan bekal saja ya, nduk."
Meski terkesan cerewet, masih tersimpan perhatian terhadap satu-satunya anak gadisnya.
"Gausah, buuu... Amy langsung berangkat. Nanti Amy makan di kantin saja. Mas Ical ada di depan kan?"
"Mas mu, sudah pergi dari tadi. Ibu menyuruhnya ke rumah Bu Ida tadi,, nganter pesenan kue kering. Ada apa, tumben kok kamu nyariin."
"Lohh, Buuu. Terus Amy berangkat ke sekolah nya gimana ini!?"
"Loh, iya-ya ibu lupa hehe."
"Ah, ibu mah,,terus gimana dong. Mana motor satunya lagi rusak juga. Duhh, Amy udah telat banget ini."
"Tungguin, bentar lagi juga dateng."
Brmmmmmmmmm srekkk srekkkk
"Nah, tu dia dateng anaknya!"
...----------------...
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam,, eh nak Adrian. Pagi-pagi sudah kesini saja."
"Hehehe, ya Bude sekalian berangkat ke kantor nih."
"Bentar ya, Bude ambilkan dulu uangnya."
Ibu melewatiku begitu saja, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Tak tahukah dia jantungku yang rasanya sudah mau copot. Karena debarannya bukan main kencangnya. Bukan-bukan, bukan karena pria tampan di depanku, yang sejak tadi tersenyum ramah ke arahku. Tapi jam yang telah menunjukkan pukul 06.45. Yang tandanya tinggal 15 menit lagi bell sekolah akan berbunyi. Mau ngebut sekencang apapun, tetap saja aku akan terlambat, mengingat jarak rumahku dengan sekolah yang cukup jauh. "Huh, dimana pula mas ical ini. Kok gak dateng-dateng sih," gerutuku pelan.
"Mau berangkat sekolah, dik?" Sebuah suara menyentak ku. Rupanya pria tampan yang baru saja bicara dengan ibuku. Jika hari biasa aku akan sibuk mengagumi parasnya. Tapi naasnya dia hadir di waktu yang tidak tepat. Mendengar pertanyaannya hanya membuatku semakin jengkel saja.
"Iya," jawabku ketus.
"Sekolah dimana?" tanyanya lagi.
"Bakti Usada 2."
"Ohh, lumayan jauh juga ya. Berangkatnya di anter jemput atau d-"
"Anter," potongku cepat. Aku benar-benar dibuat jengkel dengan pertanyaan yang tiada habisnya.
Berbanding dengan kata-kataku yang teramat singkat. Batinku penuh dengan keluhan-keluhan kekesalan. "Memang ya cowok itu sama sekali tidak peka. Sudah melihat raut muka ku yang jutek tuh, harusnya diam gitu loh. Ini juga ibu, dimana sih, kok gak keluar-keluar. Katanya cuma mau ngambil uang, kok lamanya minta ampun."
"Nah, ini untuk bulan ini ya, nak. Berarti Budhe sisa 3 bulan lagi kan."
Pucuk dicinta, sang ibu yang ia tunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Kulihat ia menyerahkan beberapa lembar uang kepada mas Adrian. Yang ku tak tahu untuk apa itu.
"Iya, Bude betul. Setelah 3 bulan semuanya lunas. Atau Bude mau nambah lagi juga boleh. Tidak perlu langsung dilunasi. Bisa pengajuan pinjaman baru. Nanti saya bantu mengurus semuanya. Bude tinggal nerima uangnya saja."
"Memangnya bisa begitu ya. Bude gak harus ke kantor gitu."
"Iya bisa saja, khusus buat Bude mah. Rian usahain."
"Aduh, kamu ini ngerayu nya loh. Tapi kalau bisa boleh deh. Bude butuh modal buat usa-"
"Buuuu," potongku merengek.
...----------------...
Bu Dona menoleh saat mendengar rengekan sang anak gadis.
"Loh, belum berangkat juga. Tadi katanya sudah telat," tanya Bu Dona.
"Mas Ical," kata Ameera dengan mulut cemberut.
"Belum datang juga mas mu itu. Haduh, gimana dong terus. Apa mau bolos saja."
Jika saja Ameera tak ada ulangan matematika di jam terakhir. Gadis itu pasti akan dengan cepat mengangguk setuju. Sayangnya, sang ibu berlaku baik di saat yang tidak tepat.
"Ya, jangan! Nanti aku ada ulangan di jam terakhir."
"Ya gpp, kan bisa susulan. Apa masalahnya," kata Bu Dona tak mengerti.
"Masalahnya nanti gak ada yang bisa aku contek," batin Ameera. Tapi mulutnya berkata lain. "Gamau, ah. Amy udah susah-susah belajar semalam. Pokoknya mau masuk."
Bu Dona juga jadi sakit kepala memikirkan masalah anaknya. Saat itulah Adrian yang sejak tadi hanya diam memperhatikan pertengkaran pasangan ibu dan anak, tiba-tiba bicara.
"Gimana kalau saya yang anter saja, Bude. Kebetulan satu arah juga dengan kantor saya. Sekalian saja bareng, daripada terlambat kan."
"Udah telat juga sih," sela Ameera dalam hati.
"Gak ngerepotin kamu, nak Rian," kata Bu Dona tak enak.
"Tidak kok, kan satu arah," jawab Adrian ramah.
"Yasudah, makasih sekali loh nak sudah mau direpotin,,... Nah kamu bareng sama nak Rian saja sana."
Ameera merenggut hendak tak setuju. Tapi karena tak ada jalan lainnya. Dengan berat hati dia mengangguk.
"Amy, pamit assalamu'alaikum," kata Ameera mencium tangan ibunya.
"Wa'alaikumussalam, belajar yang bener."
Tak menunggu waktu lama setelah bersaliman dengan sang Ibu. Ameera langsung naik ke atas motor.
"Berangkat dulu Budhe, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam, hati-hati ya nak bawa motornya."
Keduanya pun melenggang memecah keramaian jalanan.
"Nama kamu Amy ya?" tanya Adrian dengan masih fokus pada jalanan di depannya. Beberapa kali ia menyalip kendaraan lain, mengingat ini jam sibuk, jalanan memang cukup ramai.
"Hah?" sahut Ameera tak mendengar.
Meski tak memakai helm, kencangnya angin dan gemuruh suara mesin. Memang bisa meredam suara untuk sampai ke gendang telinga.
"NAMA KAMU AMY KAN?" ulang Adrian sedikit kencang.
"IYA!"
"SALAM KENAL, AKU ADRIAN. Aku mau ngebut, biar kita gak telat, kamu pegangan yaa..."
Tinn Tinnnnn tinnnnn
Karena banyaknya bunyi klakson kendaraan, perkataan Adrian hanya diterima setengahnya oleh Ameera.
"IYA," jawab Ameera meski tak mendengar perkataan Adrian yang kedua. Alhasil saat motor tiba-tiba kencang, Amy hampir saja terjengkang. Untung refleknya masih sangat bagus, dengan langsung memeluk Adrian.
"KAMU MAU bunuh aku YAA!!" teriak Ameera.
"HAH, YAA....kamu bilang apa?" balas Adrian tak begitu mengerti. Tapi Ameera menangkapnya, Adrian mengiyakan perkataannya.
"GILA," umpat Ameera kesal.
"Lah bocah, malah mengataiku gila," batin Adrian. Tak ingin ambil pusing dengan gadis aneh di belakangnya. Melihat jalanan yang kosong didepannya. Adrian kembali tancap gas.
Brruuuuuuummmmmmm
"ASTAGFIRULLAH,, MAMAKK AMY MASIH MAU IDUPPP....." teriak Ameera penuh keputusasaan.
"BERHENTI WOYYY,, KALAU MAU MATI JANGAN SENDIRI AJA, EHHH, MAKSUDNYA JANGAN AJAK-AJAK."
Tapi motor sama sekali tidak mau memelan sedikitpun. Adrian seolah tutup telinga dengan teriakan Ameera. Karena sebenarnya bukan hanya Ameera saja yang saat ini tengah terlambat. Dirinya juga sudah hampir telat masuk kantor.
Pastinya alasan keterlambatannya bukan karena Ameera. Adrian sendiri memang biasa berangkat di menit-menit terakhir. Hanya saja biasanya ia kebut-kebutan sendiri.
"Menyesal aku mengajak berangkat bareng,, tau begitu ku tinggal saja tadi," bisik Adrian pada dirinya sendiri. Dengan sengaja ia menutup kaca helm, agar tak ada yang mengenali wajahnya. Yahh, dia cukup merasa malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
🍟Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌❤️⃟Wᵃf
tolong /Facepalm/... minum air putih dulu
2024-05-22
1
NurAzizah504
Hai, Kak. Ceritanya keren. Mau saling dukung ga, Kak?
2024-05-22
1