Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Brondong ngga apa-apa kalo, Ma!", sahut yang lain. Lalu setelahnya terdengar suara tawa oleh anak-anak.
"Emang gue setua itu? Hallo, gue baru dua puluh enam tahun!"
"Iya, tapi kalo sama Ganin...Lo nya udah sepuh!", sahut lainnya. Hima semakin mendengus.
"Lagian siapa yang sama dia. Kalo kalian pada liat kita keliatan akrab itu karena kamar kita sebelahan. Jadi...kalian jang ..."
"Ciyeeee....yang tinggal bareng!"
Hima memutar bola matanya dengan malas. Ia malas menanggapi ocehan teman-teman kerjanya tesebut.
"Udah, cuekin aja. Ini di makan dulu, nanti baru sholat dhuhur!", kata Ganin.
Hima memandangi bungkusan nasi itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Jangan nolak rejeki, Ma! Pamali!", tiba-tiba salah seorang supir menyerahkan surat jalan yang sudah terkirim.
Hima mendongakkan kepalanya menatap supir senior di gudang itu.
"Makasih, Ganin!", kata Hima. Ganin mengangguk lalu ia memilih bergabung dengan anak-anak yang makan di lantai.
Saat Hima akan makan, ponselnya berdering. Hima menghela nafas saat melihat siapa yang menghubunginya.
Hal itu menarik perhatian anak-anak yang sedang makan siang.
[Iya mba Helga??]
[.....]
[Belum sempat di print mba, tadi masih sibuk....]
Hima menjauhkan ponselnya dari telinga. Sudah di pastikan jika Helga merepet seperti petasan.
[....]
[Iya, mba...]
Usai mematikan ponselnya, Hima mulai mengambil makanan yang ada di hadapannya. Meski masakan yang Ganin beri cukup menggugah selera, tapi nyatanya Hima tak seantusias itu menikmatinya.
Ganin selesai makan siang dan di ajak oleh rekannya yang akan solat dhuhur. Tidak semua anak lori menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. Bukan karena mereka nonis, tapi karena belum dapat hidayah saja.
Ganin mengambil wudhu dan sholat di atas tumpukan kardus.
"Bang!", panggil Ganin pada salah seorang rekannya yang tadi solat bersamanya.
"Ari!", kata lelaki itu.
"Heum, bang Ari!", ulang Ganin.
"Kenapa?", tanya Ari.
"Tadi, waktu di ruangan pak Bayu...kalo ngga salah saya..."
"Jangan formal begitu, Lo gue atau aku kamu, Ganin! ", pinta Ari.
"Iya, bang! Itu tadi, kalo ngga salah mba Helga nyuruh apa gitu sama Hima. Dan sepertinya pak Bayu juga sikapnya..."
Ari menghela nafas.
"Hima bukan ngga mau melawan Nin, tapi dia cuma ngga mau bermasalah sama mereka. Aku dan anak yang lain juga pernah mengajukan pertanyaan yang sama kaya kamu barusan. Tapi jawaban Hima, apa??"
Ganin menunggu lanjutan ucapan Ari.
"Selama mereka tidak main fisik, Hima ngga mau terlalu ambil pusing. Dia kerja di sini buat cari uang, bukan cari musuh!"
Ganin terpaku dengan jawaban Ari tadi. Apa semenarik itu pesona seorang Hima hingga banyak yang berpihak pada nya???
"Hima bilang, dia galak!"
Ari terkekeh kecil.
"Galak dalam hal tertentu. Kayaknya kamu beneran tertarik ya sama Neng Hima?", tanya Ari. Ganin hanya tersenyum.
"Abang doain, semoga bisa ya luluhin hati Hima. Pak Bayu aja mati-matian lho ngejar Hima. Tapi... ngga tahu kenapa sepertinya Hima memasang tembok tinggi agar tak ada yang mendekatinya."
Ganin hanya menanggapi dengan tersenyum. Lantas keduanya berjalan menuju ke rekan-rekannya yang sudah siap kembali bekerja karena mobil dari pabrik tiba.
Mereka akan menyusun barang ke dalam gudang. Dalam sehari, bisa datang lima atau enam mobil dari pabrik. Entah itu dari pabrik keramik atau barang-barang lainnya.
Wajar jika mereka datang pagi, pulang kadang malam karena belum selesai bongkaran. Di tambah lagi, supermarket ramai. Alhasil, mereka pasti akan mendahulukan konsumen di banding dengan bongkaran dari pabrik.
Ganin yang baru pertama kalinya bekerja seperti ini pun merasa lelah. Dia di ledek oleh anak-anak lori.
Ada yang komen takut kulit Ganin lecet lah, jadi dekil lah, dan banyak lagi.
Tapi Ganin tak merespon dengan negatif ucapan mereka. Justru dia ikut tertawa mendengar dirinya di ledek seperti itu.
Sayup-sayup terdengar suara cekikikan perempuan yang masuk ke gudang dan akan menghampiri Hima di mejanya.
Salah satunya adalah Helga, dia akan mengambil kertas ucapan yang di buatkan oleh Hima.
Sedang gadis satunya adalah SPG depan yang cukup cantik. Suara siulan menggoda dari anak-anak tak membuat dua perempuan cantik itu malu-malu. Justru dengan percaya dirinya mereka melewati anak-anak lori.
Helga menoleh saat Ganin tengah mengoper barang dari teman satu ke yang lainnya. Tapi Ganin sama sekali tak memperhatikan Helga dan temannya itu.
Melihat Ganin seolah tak merespon kehadirannya, Helga hanya mencebikkan bibirnya lalu mendekati Hima yang sedang menghadap komputer.
"Mana yang aku minta?", tanya Helga. Hima memutar kursinya lalu menatap Helga sesaat. Setelah itu ia memberikan selembar kertas yang Helga minta.
"Kenapa cuma satu? Ngga di print apa fotocopy sekalian?", tanya Helga.
"Kalo di print ya habis banyak mba kertasnya. Kan pengeluaran atk juga masuk hitungan! Lagi pula itu kan kepentingan pribadi, mba Helga!", jawab Hima.
"Ya Lo fotocopy lah!", kata Helga.
"Aku dari pagi sibuk mba, tuh mba Helga liat sendiri kan bongkaran aja masih satu mobil lagi. Malam baru selesai nanti tuh!", sahut Hima.
"Ckkk...makin ngelunjak Lo ya ,Ma. Mentang-mentang mas Bayu pernah naksir Lo!", celetuk cewek yang datang bersama Helga.
"Bukan ngelunjak tapi..."
"Udah-udah! Ngga usah kebanyakan jawab deh Lo! Nih, berhubung Lo cuma bikin selembar! Ga jadi kasih cepek, dua puluh ribu aja ya! Mayan kan buat naik angkot ntar pulang. Dari pada jalan kaki! Yuk, Sil!", Helga mengajak rekannya itu meninggalkan Hima yang hanya mampu menarik nafas.
Dia memandangi uang dua puluh ribu yang Helga beri tadi. Hima mengambil uang itu lalu di letakkan di dalam toples.
Toples itu berisi beberapa lembar uang yang asalnya dari luar selain gaji dan uang makan.
Contohnya seperti tadi, Helga yang menyuruhnya lalu memberi upah atau anak-anak yang selesai mengantar barang konsumen, uang itu di simpan di sana.
Nanti jika sudah terkumpul, mereka menggunakan uang itu untuk keperluan bersama. Entah untuk beli makanan atau jajan apa yang bisa mereka nikmati bersama rekan-rekan. Solid sekali bukan???
Sebuah label di luar toples plastik itu menarik perhatian siapa pun yang membacanya.
DANA KEHIDUPAN ANAK-ANAK GUDANG
Entah siapa awalnya yang menuliskan itu. Tapi yang di tulis juga tidak salah. Kadang di masa-masa mendekati akhir bulan, uang itu berguna untuk mereka semua.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Jam pulang kerja pun tiba. Kebetulan, bongkaran pun selesai sebelum magrib.
"Pulang bareng yuk?!", ajak Ganin pada Hima. Anak-anak yang ada di belakang mereka berdua hanya cekikikan melihat usaha Ganin yang mendekati Hima.
Bukan hal baru, biasanya anak-anak baru memang sering mencoba pedekate pada Hima. Sayangnya selalu berakhir ngenes! 🤭
"Aku jalan aja!", tolak Hima halus.
"Kita tinggal di tempat yang sama lho, Hima!", kata Ganin. Hima menoleh sejenak pada Ganin.
"Iya, tapi ngga harus juga kan kita pulang bareng?"
"Hehehe iya aku paham, maaf! Motor ku emang butut!", kata Ganin yang melangkah lebar meninggalkan Hima.
Anak-anak di belakang Hima pun memberikan kode pada Hima agar gadis itu mengejar Ganin.
"apaan sih!?", tanya Hima kesal.
"Hargai dong usahanya Ganin, biar dia ngga minder gara-gara motornya butut!", ujar salah satunya.
Hima jadi merasa tak enak pada Ganin. Dia takut jika Ganin berpikir kalau dirinya tak mau ikut gara-gara motornya yang butut.
Akhirnya Hima mempercepat langkahnya mengejar Ganin yang sudah tiba di parkiran.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Bersambung...
Terimakasih 🙏
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖