NovelToon NovelToon
Dilema Dalam Diam

Dilema Dalam Diam

Status: tamat
Genre:Tamat / Pelakor / Romansa
Popularitas:277.3k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Banyak faktor yang membuat pasangan mencari kesenangan dengan mendua. Malini Lestari, wanita itu menjadi korban yang diduakan. Karena perselingkuhan itu, kepercayaan yang selama ini ditanamkan untuk sang suami, Hudda Prasetya, pudar seketika, meskipun sebelumnya tahu suaminya itu memiliki sifat yang baik, bertanggung jawab, dan menjadi satu-satunya pria yang paling diagungkan kesetiaannya.

Bukan karena cinta, Hudda berselingkuh karena terikat oleh sebuah insiden kecelakaan beberapa bulan lalu yang membuatnya terjalin hubungan bersama Yuna, sang istri temannya karena terpaksa. Interaksi itu membuatnya ingin coba-coba menjalin hubungan.

Bagaimana Malini menyikapi masalah perselingkuhan mereka?

***
Baca juga novel kedua saya yang berjudul Noda Dibalik Rupa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Wanita Itu

🌿🌿🌿

Mella menyuap makanan yang ada di piring itu. Lalu, menoleh ke samping, mengarahkan pandangan kepada Malini yang diam. Adik iparnya itu duduk termenung dengan tatapan kosong mengarah ke lemari.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Mella, ragu.

"Baik. Aku hanya berpikir kalau apa yang kakak katakan benar. Aku sangat beruntung memilikinya," balas Malini sambil tersenyum paksa.

“Hudda sudah berangkat bekerja?” tanya Mella sambil meletakkan piring makanan yang ada di tangannya itu kembali ke meja.

“Baru saja,” balas Malini, singkat.

Malini berdiri dari kasur dan keluar dari kamar itu untuk kembali ke dapur, menemani kedua anaknya sarapan.

Usai sarapan pagi bersama dua buah hatinya itu, Malini mengantarkan mereka ke sekolah bersama Mella. Setelah mengantar mereka sekolah, Malini sengaja ke kantor Hudda untuk mengantar bekal yang tidak disiapkannya tadi.

Kedatangannya disambut baik oleh para karyawan kantor, mereka menyapa ramah seorang Malini yang merupakan istri bos mereka. Hanya Malini yang masuk ke gedung itu, sedangkan Mella menunggu di mobil yang ada di parkiran.

"Bu Malini. Pak Hudda belum ke kantor." Sekretaris Hudda, Anisa memberitahunya ketika mereka bertemu di lobi.

"Tidak apa-apa. Saya datang ke sini ingin mengantarkan sesuatu padanya. Kamu bisa lanjutkan pekerjaan," ucap Malini sambil tersenyum.

Anisa menganggukkan kepala sekali dan lanjut berjalan meninggalkan keberadaannya. Malini menjelajahkan mata memperhatikan situasi sekitar untuk melihat sikap para karyawan. Mereka tampak biasa saja, tidak ada bibir yang berbicara mencibirnya. Malini beranggapan kalau mereka tidak tahu mengenai perselingkuhan Hudda dan wanita itu.

"Pandai sekali mereka menyembunyikannya," kata Malini dalam hati.

Kaki Malini lanjut berjalan memasuki lift yang akan membawanya ke lantai lima, di mana ruangan Hudda berada. Setelah sampai di sana, benar saja, ruangan Hudda masih kosong. Bekal yang sejak tadi dijinjingnya beralih ke atas meja kerja. Sejenak Malini diam memperhatikan ruangan itu sampai terlintas di benaknya untuk mencari bukti perselingkuhan yang mungkin ada di ruangan itu. Malini menggeledah laci meja dan sedikit mengotak-atik benda-benda yang ada di atas meja dengan gelagat tangan cepat.

Matanya tidak sengaja mendapati nota belanja yang berada di tong sampah. Semua benda-benda yang tertulis di sehelai kertas kecil itu terdiri dari berlian dan pakaian wanita.

"Sejauh apa hubunganmu bersamanya, Mas." Kedua bola mata Malini berkaca-kaca sambil meremas kertas nota itu.

Pintu ruangan tersebut dibuka oleh seseorang.Tubuh Malini bereaksi sedikit kaget dengan mengarahkan mata ke pintu. Hudda adalah orang yang membuka pintu dan sekarang berdiri di pintu dengan wajah sedikit pucat dan berkeringat dingin.

"Kamu di sini? Aku, aku dari luar bertemu klien," kata Hudda, gagap.

"Kenapa, Mas? Kamu baik-baik saja? Kamu sakit?" Air mataku tidak jadi jatuh dan kembali berpura-pura.

Nota belanja yang sempat berada di tangan Malini di buang ke tong sampah yang ada di samping meja dan berjalan mendekati suaminya itu.

"Iya. Kenapa ke sini?" Ekspresi Hudda berjalan santai.

"Mengantar bekal." Malini menoleh ke belakang, mengarahkan pandangan ke bekal makanan yang ada di atas meja. "Kalau begitu, aku pulang. Mbak Mella ada di mobil," lanjutnya, berpamitan.

Hudda menarik tangan Malini sebelum tubuh wanita itu berjalan melewati keberadaannya.

"Hati-hati," pesan Hudda.

"Mas yang harus hati-hati. Jangan sampai melirik wanita lain. Awas ...!" tegas Malini dengan tersenyum sehingga tampan sedikit bercanda.

Setelah keluar dari ruangan itu, Malini berhadapan langsung bersama wanita yang dilihatnya di foto profil kontak yang dilihatnya semalam. Mata Malini melebar menunjukkan wajah kaget untuk beberapa detik sampai akhirnya ia tersenyum setelah berhasil mengontrol perasaannya.

"Buk!" sapa wanita itu dan berjalan masuk ke dalam ruangan Hudda.

Malini mencengkram erat kedua tangannya dalam sulutan api kemarahan yang menggumpal di dadanya. Kedua tangannya gemetar menahan amarah dengan air mata jatuh ke membasahi pipinya.

Setelah masuk ke ruangan Hudda, wanita dalam balutan setelan kerja itu memeluk Hudda yang masih berdiri di tengah ruangan.

"Lini," kata Hudda sambil memutar tubuh dan tersenyum.

"Mas ... aku bukan dia," ucap wanita itu dengan bibir manyun menunjukkan rasa kesal.

"Yuna. Kenapa di sini? Kamu bertemu Lini?" tanya Hudda, khawatir.

"Iya. Tapi, dia tidak tahu kalau kita ...." Yuna menggantungkan perkataannya dan memeluk Hudda erat.

"Yuna ... kita akhiri saja," kata Hudda sambil melepaskan pelukan itu.

"Lalu, anak ini? Tidak. Aku tidak mau anakku lahir tanpa ayah. Kamu sudah janji kalau kamu akan bertanggung jawab untuknya, Mas. Kamu tenang saja, aku tidak masalah berhubungan denganmu di belakang semua orang. Dua bulan kita bersama, semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang tahu termasuk karyawan kantor. Kamu tenang saja," tenang Yuna sambil memegang kedua tangan Hudda dan tersenyum kepada pria itu.

Malini mendengar semua pembicaraan mereka. Dadanya terasa sesak, sesekali tangannya memukuli dadanya dengan air mata mengalir deras. Malini berjalan dengan langkah cepat meninggalkan tempat itu bersama kesedihannya. Di dalam lift, Malini menghapus air matanya karena tidak ingin karyawan kantor tahu ia menangis. Kakinya berjalan cepat di lobi kantor dengan kepala sedikit tertunduk memperhatikan ponsel, berpura-pura sedang memainkannya.

Tubuh Malini tidak sengaja menabrak seorang pria yang baru masuk ke gedung itu. Beberapa helaian kertas di tangan pria itu terjatuh dan berantakan di lantai. Malini menjongkok, membantu pria itu memungutnya dengan kepala masih tertunduk.

"Maaf," ucap Malini sambil menyodorkan kertas itu dan mengarahkan pandangan beberapa detik kepada pria itu.

"Terima kasih," ucap pria itu, tersenyum.

Malini menganggukkan kepala dan berdiri. Lalu, lanjut berjalan keluar dari gedung itu. Pria yang ditabrak Malini berdiri diam memperhatikannya sambil mengingat raut wajah sedih yang bisa dibaca.

"Rangga, itu berkas yang saya suruh di fotokopi tadi?" tanya Anisa.

"Iya, Buk. Ini." Pria bernama Rangga itu menyerahkan beberapa helaian kertas tersebut kepada Anisa.

Rangga Juliant, pria berusia 22 tahun itu baru bekerja di perusahaan tersebut. Wajahnya yang tampan membuat para wanita yang lebih tua darinya di kantor itu tidak menolak untuk mencari perhatiannya dan menggodanya.

Setelah Anisa meninggalkan keberadaannya, Rangga melangkah ingin meninggalkan posisinya yang masih berdiri di depan pintu masuk kantor. Sepatunya tidak sengaja menginjak sesuatu yang menarik perhatiannya dan membuatnya berhenti dan menoleh ke belakang. Rangga melihat kalung berwarna putih tergeletak di lantai. Ia merendahkan tubuh dan mengambil kalung itu, ia memperhatikannya.

"Mungkin ini kalung wanita tadi," katanya.

Rangga keluar dari gedung kantor, ia mencari Malini untuk mengembalikan kalung itu. Rangga tidak tahu kalau Malini adalah istri bos-nya. Setelah berdiri di tengah halaman, Rangga menjelajah mata mencari keberadaan Malini yang diharapkan tampak olehnya. Namun, ia tidak menemukannya.

"Di mana dia? Cepat sekali menghilangnya," kata Rangga dengan mata masih menjelajah ke sekitarannya.

1
Konny Rianty
Alhamdulillah "" Akhir yg Bahagiaa"" Makasih Thorrrr....
Konny Rianty
Jangan lh" mdh² an Malini berjodoh lagi sm Huda"" kasian anak² Thorrr"" bongkar kebusukan Siska" Mdh² an Malini& Hudda kembali bersatu lagi Thorrr'" Ciannnn Anak- Anak...
Konny Rianty
Thorrr" bikin kedok Rangga& Siska terbongkar Thorrr"" Satu kan lagi Lini& Yuda " Kasian Anak- Anak
Sila Silawatidewi
fuj
yuyunn 2706
ya ampun Malini ini namanya tantangan utk cerai,jgn Krn anak hrga dirimu terinjak
yuyunn 2706
hebat Malini,sabarnya seluas samudra
yuyunn 2706
letoy amat Malini didorong smpe jatoh,balaslah dorong lagi
pipi gemoy
Rangga 🌹
pipi gemoy
karakter hudda 👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼👎🏼
pipi gemoy
🌹👻
Jeni Safitri
Koq ceritanya rasa menggantung gini ya, itu suara wanita di telp suara siapa apakah masih ada pelakor lagi atau siska masih hidup atau saudara siska tuntut balas mengantung rasanya
Jeni Safitri
Apakah dion yg berkhianat krn diancam siska
Jeni Safitri
Ck.. Menghukum koq ttp menikahi siska yg ada masuk jurang lebih dlm
Jeni Safitri
Kakau bisa yidha juga di oenjara krn menutupi kejahatan sama aja ikut dlm.kerjasama
Jeni Safitri
Laki" kalau lemah dan tidak tegas ini akibatnya gampang di recoki pelakor
Jeni Safitri
Katanya ngak cinta tapi lgsg ngercep kasih oerhatian ke yuna, malini goblok mau aja di bodoh"in
Jeni Safitri
Ini lah makanya kalau ngak hati" dlm. Beeteman krn banyak teman yg membawa kehanvuran buat kita krn mrk merasa iri dengki melihat mesuksesan kita
Jeni Safitri
Mampus kamu malini emang enak di kerjain, makanya jadi wanita harus tegas kalau ngak sanggup suami selingkuh diam aja jangan cari" bukti, tapi cari bumti berarti siap utk pisah jangan diam aja akhirnya diam mu di manfaatkan org" gila
Jeni Safitri
Lihatlah malini betapa ngak ada hargadirinya kamu di mata dia krn itu mulutnya lemes mengatakan kakau sakit kenapa bertahan, masih aja kamu ngak mau pergi dari sisinya
Jeni Safitri
Dasar perempuan bodoh sdh jelas suami selingkuh masih aja bertahan, cari bukti baru bergerak diam" bawa bukti kepengadilan, ngak usah ribut" nangis segala kalau ujung"nya masih mau bertahan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!