Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24. Penahanan Arya
"Sekarang juga, angkat kakimu dari sini. Karena kamu sudah ternoda!" Suara Arya melengking memenuhi ruangan.
Badan Ranti gemetar menatap Arya penuh dendam dan amarah.
Shela dan Dela menghampiri Ranti menangis memanggil dan memeluk Ranti. Arya tidak sampai hati pada kedua anaknya. Ia ingin memeluknya. Namun Shela dan Dela menolaknya. "Tidak! Aku gak mau. Papa jahat!" ucap Shela menangis.
"Maafin papa yah sayang... Papa khilaf"
"Gak mau! Aku mau sama mama!" Shela berontak saat tangan Arya kembali mencoba memeluknya.
Ranti bangkit berdiri melangkah masuk kamar. Beberapa menit kemudian, Ranti keluar lagi dengan menenteng tas plastik berisi pakaiannya yang sudah di kemas, sambil menuntun kedua anaknya, Ia mengusap air matanya. Dan tanpa pamit, Ia pergi meninggalkan Arya sendirian.
Setelah pertengkaran sengit dengan Arya, Ranti pergi dengan mata sembab dan amarah membara. Hatinya masih bergemuruh, dadanya naik turun menahan kemarahan yang belum juga surut. Arya telah bersikap dingin kepadanya sejak lama, bahkan sejak menikah. Dulu Ranti berharap, setelah lahirnya anak kedua, Arya akan berubah dan dapat mencintainya. Namun hingga saat ini, sedikitpun tidak ada rasa cinta dari Arya. Dan hari ini, ucapan suaminya itu benar-benar menusuk. Bahkan berani main tangan berkali-kali.
"Aku tidak akan pernah mencintaimu, Ranti," kata Arya tadi dengan nada penuh kemarahan.
Kata-kata itu menghantam Ranti seperti pukulan keras ke dadanya. Ia sudah bertahan selama ini dalam pernikahan yang terasa hampa, tapi tetap berharap suatu saat Arya akan berubah. Namun, kini ia sadar bahwa harapannya hanyalah angan kosong.
Dengan penuh emosi, Ranti bersama kedua anaknya naik ke ojek yang mangkal disana. "Bang, jalan kenanga yah"
"Baik kak, 50 ribu yah Kak. Kan bertiga!"
"Yah sudah, jalan cepat!"
Pikiran Ranti saat ini tertuju pada satu nama. Ivana, yah... Ivana sepupu Ranti. Rumah Ivana yang bergaya minimalis sederhana berdiri di sebuah perkampungan gang Kenang. Saat tiba, Ranti turun dengan wajah muram. Ia langsung mengetuk pintu dengan kasar.
Ivana membuka pintu dengan ekspresi terkejut. "Ranti? Kamu kenapa?" tanyanya, melihat wajah sepupunya yang penuh air mata.
Ranti masuk tanpa menunggu undangan dan langsung duduk di sofa ruang tamu. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba menenangkan diri.
"Arya... Arya, dia benar-benar sudah keterlaluan, Van!" serunya dengan suara bergetar.
Ivana duduk di sampingnya, menggenggam tangan Ranti. "Ceritakan semuanya, Ran. Apa yang dia lakukan kali ini?"
Ranti mengambil napas dalam, lalu mulai bercerita tentang pertengkaran mereka. Tentang bagaimana Arya tetap bersikeras memilih Alice dan bahkan terang-terangan menghabiskan waktu lebih banyak dengan istri mudanya itu.
"Aku sudah bersabar, Van! Aku yang pertama, aku yang sah, tapi kenapa aku yang harus merasa seperti orang asing dalam pernikahan ini?!" Ranti mengusap air matanya yang terus mengalir.
Ivana mendengarkan dengan seksama, lalu matanya menyipit tajam. "Ran, kamu? Kamu kenapa? Kamu di pukul? Pipimu kok memar? kamu nggak bisa terus begini. Kalau dia sudah terang-terangan nggak peduli dan kasar sama kamu, berarti kamu harus bertindak!"
Ranti menoleh dengan mata penuh keputusasaan. "Tapi bagaimana? Aku nggak mau kehilangan dia... Aku masih ingin mempertahankan pernikahan ini!"
Ivana mendesah panjang, lalu berkata dengan suara tegas, "Ran, dia sudah menikah lagi tanpa izin kamu. Itu bisa jadi dasar hukum untuk melaporkannya! Kamu bisa melaporkan dia atas dugaan poligami tanpa persetujuan istri pertama. Juga tindakan KDRT. Lagipula, kalau dia sampai berbuat kasar ke kamu dalam pertengkaran tadi, itu juga bisa jadi alasan kuat untuk lapor ke polisi!"
Ranti terdiam. Saran Ivana begitu menggoda. Jika Arya ditangkap, Alice pasti akan panik. Pernikahan mereka akan terguncang. Ini bisa menjadi cara untuk menghancurkan hubungan mereka!
"Aku bisa melaporkannya?" tanya Ranti ragu.
"Tentu saja! Kita bisa ke kantor polisi sekarang juga," kata Ivana mantap. "Sini, biar aku fotoin luka kamu, untuk visum nanti"
Setelah berpikir sejenak, Ranti akhirnya mengangguk. "Baik, kita pergi sekarang!"
Tanpa menunda lebih lama, Ivana membawa Ranti ke kantor polisi. Di sana, Ranti melaporkan Arya atas tindakan poligami tanpa izin dan dugaan kekerasan dalam rumah tangga saat pertengkaran tadi. Polisi yang menerima laporan tampak serius mencatat setiap detail yang Ranti berikan.
"Kami akan menindaklanjuti laporan ini dan segera mengambil tindakan," kata salah satu petugas polisi dengan nada tegas.
Hati Ranti bergetar antara ketakutan dan kepuasan. Jika Arya ditangkap, maka Alice akan kehilangan pria yang telah merebut kebahagiaannya.
Arya Bersama Alice dan Devan
Sementara itu, pagi itu Arya memutuskan untuk tidak masuk kerja. Ia ingin menghabiskan waktu dengan Alice dan Devan, putranya yang masih kecil.
Alice menyambutnya dengan senyum manis ketika Arya tiba di rumah mamanya. Sudah beberapa hari ini Alice tinggal di rumah mamanya. Rumah mungil namun nyaman itu dipenuhi dengan kehangatan yang tidak pernah Arya rasakan dari Ranti.
Arya menggendong putranya yang tertawa kecil. "Devan sudah makan belum?" tanyanya.
Namun Devan yang masih kecil belum dapat berbicara hanya tertawa-tawa ke Arya.
Alice tersenyum melihat interaksi keduanya. "Hari ini kita bisa pergi ke taman, bagaimana?" usul Alice.
Arya mengangguk. "Ide bagus kalau begitu!"
Mereka bertiga bersiap-siap untuk keluar. Devan begitu bersemangat, mengenakan jaket kecilnya dan menggenggam tangan Arya erat. Namun, baru saja mereka hendak melangkah keluar rumah, dua pria berseragam polisi datang mendekat dengan wajah serius.
"Apa anda yang bernama Arya?" tanya salah satu polisi.
Arya mengerutkan kening. "Ya, saya sendiri Arya. Ada apa ini Pak?"
Salah satu polisi mengeluarkan surat perintah penangkapan. "Kami mendapat laporan terkait dugaan poligami tanpa izin dan KDRT. Kami harus membawa Anda ke kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut."
Alice terperanjat. "Apa?! Ini pasti perbuatan mbak Ranti!"
Arya sendiri terkejut, tapi ia segera mengerti bahwa ini ulah istri pertamanya. "Ranti benar-benar gila..." gumamnya.
Sementara itu, Devan mulai menangis melihat dua polisi menangkap ayahnya. Seolah ia mengerti kondisi papanya.
"Papa nggak apa-apa sayang. Kamu jangan nangis yah.. Kamu sama mama dirumah yah... Ingat, kamu jangan nakal," Arya berusaha menenangkan anaknya sambil mengecup keningnya. Meskipun di dalam hati ia merasa marah sekaligus frustrasi.
Alice mencoba berbicara dengan polisi, "Pak, ini pasti ada kesalah pahaman! Arya tidak pernah melakukan kekerasan apa pun! Ini pasti salah paham!"
Namun, polisi tetap menjalankan tugas mereka. Mereka memborgol Arya, lalu membawanya pergi dengan mobil patroli.
Alice menatap kepergian Arya dengan perasaan campur aduk. Amarah terhadap Ranti membara di dadanya.Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Mbak Ranti... kau sudah keterlaluan!" bisiknya penuh kebencian.
Devan masih menangis di pelukan Alice. "Sudah sayang, jangan menangis. Papa kamu tidak apa-apa kok. Kamu diam yah, jangan nangis... "