NovelToon NovelToon
System Transmigration: Love In Nusantara Myth

System Transmigration: Love In Nusantara Myth

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Romansa Fantasi / Time Travel / Sistem / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: DancingCorn

Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.

Apa? Menyelamatkan Protagonis?

Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?

Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!

Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.

Tapi… lalu kenapa?

Dia hanya ingin bersenang-senang!

Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!

———

Happy Reading ^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reality (4)

Setelah Denara selesai melakukan pemeriksaan seluruh tubuh. Dia keluar dari rumah sakit seperti kehilangan jiwanya.

Dr. Wenny sudah mendeteksi adanya masalah pada tubuh Denara, namun dia belum bisa memastikan apa itu. Denara hanya bisa menunggu laporan dari lab untuk lebih jelasnya.

Namun...

Masalah yang dideteksi dari tubuhnya telah memberitahu Denara bahwa dia benar-benar sakit!

"Nara... Jangan sedih, ini mungkin tidak seburuk itu." Kata Dr. Wenny untuk menghiburnya.

Denara mengangguk, dia masih bisa menyunggingkan senyum saat itu. "Aku tidak sedih, ini bagus jika ditemukan lebih awal."

Dr. Wenny mengangguk, "Jangan khawatir, aku akan mencoba menemukan obat jika kamu benar-benar sakit."

Denara hanya menjawab dengan anggukan dan terimakasih sebelum pergi dari Rumah Sakit.

Setelah keluar dari rumah sakit, Denara tidak segera pulang. Dia pergi ke toserba di sebelah rumah sakit dan membeli pasta gigi dan sampo.

Keluar dari toserba, Denara berdiri di trotoar dan menatap langit. Dia menghela nafas pelan sebelum berjalan pulang dengan langkah berat.

"Nara." suara familiar dan agak asing menghentikan Denara.

Denara menoleh, sedikit bingung. Matanya bertemu dengan sepasang mata di balik kacamata bening. Sosok itu tampak bersih, rapi, dan tenang dengan jas putih dokter yang membalut tubuhnya.

"Eh? Kak Andre?" Katanya. Alis Denara terangkat, suaranya terdengar heran namun ada senyum tipis yang terbit perlahan.

Nah, waktu memang bisa mengubah seseorang. Lihatlah, kakak tetangganya yang dulu cerewet dan suka jahil itu... sekarang penampilannya seperti aktor drama medis. Tampan, dewasa, dan terlihat sangat profesional.

"Astaga, ini beneran kamu, Nara?" Andre menyeringai lebar, ekspresinya cerah seolah lupa mereka sedang berdiri di trotoar pinggir jalan. "Aku hampir nggak ngenalin. Kamu tumbuh cantik banget sekarang!"

Denara terkekeh kecil, ingin menjawab... tapi Andre langsung lanjut bicara.

"Lihatlah kamu, sudah sebesar ini. Gimana kabarmu? Kamu kekurangan uang? Kalau iya, tenang... aku punya ATM di sini. Nih!" Andre dengan cepat mengeluarkan kartu ATM dari saku jasnya. "Pakai aja, sandinya 0 enam kali."

Denara : ....

Belum sempat Denara bereaksi, Andre melanjutkan lagi dengan lebih semangat. "Oh iya, aku tinggal di ujung jalan sana. Kalau kamu butuh apa-apa, datang aja. Jangan sungkan, kamu masih punya nomor ku, kan. Panggil juga kalau kamu mau datang."

Denara menghela napas dalam hati. Dia menarik kembali semua pikiran tentang Andre yang sudah berubah. Penampilannya memang naik level, tapi isinya masih sama. Tetap cerewet, konyol... dan entah kenapa, lucu.

Ia mengangkat tangannya pelan, memberi kode agar Andre berhenti bicara. "Pertama, aku baik-baik saja," katanya lembut. "Aku masih punya uang, dan sekarang aku kerja di museum, di ujung jalan sana."

"Oh..." Andre mengangguk paham. "Baiklah, kalau butuh, jangan sungkan untuk datang." Kata Andre sambil memasukkan ATM ke sakunya kembali.

Meskipun sikap Andre tidak berubah, itu membuat kegelisahan Denara tentang penyakitnya sedikit mereda. Dia merasa terhibur oleh Andre dan sedikit melupakan pemeriksaan tadi.

"Ngomong-ngomong, kamu dari mana?" tanya Andre, kini dengan nada lebih tenang.

"Toserba." Denara mengangkat tas kresek kecil di tangannya. "Cuma beli pasta gigi dan sampo."

Andre mengangguk pelan, suaranya lembut, “Apa kamu akan pulang?”

Denara menjawab dengan anggukan kecil.

Andre menoleh ke arah parkiran rumah sakit. Raut wajahnya berubah ragu-ragu. “Apa... kamu baik-baik saja pulang sendiri? Perlu ku antar?”

Denara memiringkan kepala, heran. “Kak Andre tahu rumahku?”

“Tentu saja aku tahu,” jawab Andre sambil kembali menatapnya. “Ibu yang memberitahuku. Aku kerja di rumah sakit ini juga karena permintaannya.”

Denara sedikit terkejut. Dia memang tidak pernah kehilangan kontak dengan Paman dan Bibi baik yang dulu dekat dengan orang tuanya. Termasuk ibu Andre.

Selama mereka mengirim pesan atau membuat panggilan telepon, Denara akan berbicara sopan dengan mereka dan menjawab semua dengan jujur.

Meski merepotkan, dia merasa hangat di dalam hatinya.

"Begitu..." gumamnya, lalu tersenyum tipis. Ia menyadari Andre terlihat sedikit gelisah dan mungkin sedang sibuk. "Makasih buat Tante, tapi jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Aku udah dewasa dan baik-baik saja sekarang."

Yasudah, kak. Kak Andre kelihatan masih banyak urusan. Aku bisa pulang sendiri, kok.”

"Eh, aku tidak sibuk...." Ucapan Andre terputus oleh suara mobil yang berhenti di dekat mereka. Sebuah Rolls-Royce hitam mengilat muncul seperti bayangan elegan di bawah cahaya matahari sore. Jendela kaca perlahan diturunkan.

Di dalamnya, duduk seorang pria muda. Rambutnya rapi, wajahnya tampan, sangat tampan, bahkan lebih dari aktor drama yang biasa Denara tonton. Setelan jas hitam melekat sempurna di tubuh tegapnya. Jam tangan Rolex melingkar anggun di pergelangan tangannya yang sedang menggenggam kemudi.

Auranya... bukan seperti milik orang biasa. Ada sesuatu yang mengintimidasi dari pemuda itu. Elegan, megah, dan menakutkan. Seperti dewa yang memandang rendah dunia.

Andre tampak biasa saja dengan kehadiran pria itu. Tapi Denara merasa tidak nyaman.

Bukan karena ketampanannya. Tapi karena matanya. Mata itu, dia merasa telah melihat mata itu sebelumnya.

"Apa yang kau lakukan, masuk." Kata pemuda tampan itu masih melihat depan. Denara tidak tau dengan siapa dia bicara.

Tapi Andre disebelahnya segera membalas, "Aduh, Dewaku... Aku ingin mengantar adik kecilku ini dulu. Aku... bisakah aku menyusul nanti?"

Pemuda itu menoleh perlahan. Saat matanya dan mata Denara bertemu, percikan api tiba-tiba terjadi.

Denara tadi hanya melihat matanya dari samping sehingga tidak sadar. Sekarang melihat wajah dan mata keseluruhan pria itu membuat hatinya bergetar.

'Sistem!! Sistem!! Apa-apaan, bukankah dia Ande-ande Lumut! Mengapa dia ada disini!'

Namun sistem tidak memberi tanggapan.

Sedikit yang diketahui Denara. Sejak mobil itu muncul, sistem telah bersembunyi disudut kepala Denara. Berusaha tidak mencolok.

Denara masih berusaha memanggil sistem, panik dalam diam. Tapi dari luar, yang terlihat hanyalah seorang gadis yang terpaku bodoh menatap pria tampan yang baru muncul di dalam mobil.

Bagi Mahen, pemandangan ini bukan hal baru. Sudah biasa para wanita menatapnya seperti itu. Meski tidak dapat disangkal bahwa dia merasa sedikit akrab dengan gadis itu.

Namun berpikir bahwa dia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya, dia segera mengabaikan perasaannya.

Disisi lain, Andre panik. Dia tidak ingin adik perempuan disebelah rumahnya yang baik, lembut dan cantik patah hati karena pria itu!

“Nara, dengarkan kakak baik-baik,” bisiknya cepat, membungkuk sedikit agar lebih dekat. “Penampilannya memang memukau, aku ngerti. Tapi kepribadiannya sangat... buruk.”

Denara masih memanggil sistem dan belum benar-benar sadar sehingga dia melewatkan kata-kata pertama Andre.

Andre menambahkan pelan tapi penuh tekanan, “Dia itu dingin, sarkastik, tidak punya empati, dan suka seenaknya sendiri. Tipe yang bisa menghancurkan hati gadis baik kayak kamu dalam sekali kedipan."

"Belum lagi dia Workaholic, tidur selama dua jam sehari. Dua jam! Dia tidak akan memiliki waktu untuk berkencan. Jika kamu tidak percaya, aku memiliki catatan medis tentangnya.”

Denara mengerjap, akhirnya sadar. Dia perlahan mengalihkan pandangan dari Mahen. “Kalian cukup akrab?”

Andre mendesah, melirik mobil hitam itu. “Sayangnya, iya. Aku psikiater pribadinya. Meski aku psikiater, aku lebih sering kena mental karenanya.”

Denara ingin menghentikan kata-kata menyebalkan Andre, namun dia terlambat. Mulut Denara terbuka dan dia melirik ke arah mobil dengan sedikit rasa takut.

Benar saja, didalam mobil wajah Mahen berubah menjadi hitam karena mengkerut.

Mahen selalu tau bahwa teman dan dokter pribadinya ini selalu mengeluarkan kata-kata bodoh dari mulutnya. “Andre, tidak mau bonus akhir tahun lagi.”

Andre segera melongo.

1
Azizah_19077
Alurnya bagus, beda dari yg lain dari segi cerita karena ada unsur cerita rakyat tapi dikemas dalam versi modern. Aku suka banget (please banyakin lagi mwuhehe) love you ka author, semangat
Azizah_19077
Okey, semangat kak author. Dan jujur ini seru banget mengadaptasikan cerita jaman dulu dalam era modern, aku suka cerita kaya gini soalnya beda dari yg lain
DancingCorn: Terimakasih atas dukungannya /Joyful/
total 1 replies
Nayla Syberia
Bagus kok Author ceritanya,lanjutin Author (SEMANGAT)🙂
DancingCorn: Terimakasih atas dukungannya /Smirk/
total 1 replies
Azizah_19077
ngikutin dari kak author aja😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!