Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
( POV Dewa )
Nama ku Dewa Hanggara, anak tunggal dari Anton dan Rahayu Hanggara. Aku di besarkan dalam keluarga harmonis dan saling mencintai, antara satu dengan lainnya. Ayah meninggal, ketika aku berusia sepuluh tahun karena serangan jantung. Dan sejak saat itu, aku sering kesepian karena ibu sibuk dengan bisnis yang ditinggalkan ayah. Pada satu malam setelah kepulangan ibu dari luar kota, beliau membawa seorang gadis kecil berusia lima tahun bernama Lintang Pertiwi. Ibu memperkenalkan kami berdua, menurut beliau orang tua Lintang meninggal karena kecelakaan. Beliau merasa iba dengan gadis kecil itu, yang tiada sanak saudara. Aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran Ibu, mengapa harus menampung Lintang? Sementara anak sendiri juga, beliau begitu kesulitan membagi waktu. Sungguh ironis bukan? Setelah lima belas tahun aku mengganggap Lintang seorang adik, tiba-tiba harus berubah menjadi istri karena sebuah wasiat. Rasa sayang kakak terhadap adik perempuannya, yang kurasakan dulu telah berubah menjadi kebencian. Memang bukan kesalahan Lintang, tetapi ibu lah yang menciptakan kekisruhan ini. Ketika dulu Ibu membawa seorang anak perempuan lucu untuk teman bermain, aku begitu senang. Gadis kecil dengan rambut sepanjang bahu itu, begitu cantik ketika tersenyum. Aku jatuh sayang pada pandangan pertama, kala memandang mata beningnya yang takut-takut melihat ke arah ku. Seketika timbul rasal ingin melindungi dan menyayangi.
Saat beranjak remaja, Lintang menjelma menjadi gadis yang sangat cantik. Banyak teman-teman sekolahnya jatuh cinta padanya, begitu pula dengan sahabat-sahabat ku yang terpesona dengan wajah imut Lintang. Namun aku sigap menghalangi mereka yang akan mendekatinya, serta bersikap tegas terhadap Lintang untuk mengutamakan sekolah di banding berpacaran. Untungnya Lintang menuruti semua perkataan ku, dan berhasil menyelesaikan pendidikan sekretarisnya. Sebuah cita-cita sederhana yang di miliki gadis lugu itu, ia berkhayal ingin menjadi seorang sekretaris CEO arogan nan tampan seperti yang sering di bacanya dalam novel online. Lucu bukan? Pada kenyataannya dunia kerja, tak seperti di gambarkan dalam karya fiksi. Kebanyakan seorang pemilik perusahaan adalah pria botak berperut gendut, serta sudah memiliki anak dan istri. Ah dasar Lintang, otaknya memang penuh berisi dengan hal-hal berbau romantis.
Penggalan-penggalan kisah yang terjadi, silih berganti hadir seperti kaleidoskop. Ku pijat-pijat pelipis yang sedikit pusing, mengenang kembali masa lalu yang manis. Tetapi kini sedikit ternodai dengan keadaan yang tengah terjadi, dimana status Lintang sebagai adik harus berganti menjadi istri. Lalu bagaimana hubungan ku dengan Haruna? Kekasih yang ku pacari selama dua tahun, harus menderita karena keadaan yang tak memihak.
Ketika sedang melamun dengan fikiran sendiri, teriakkan nyaring Haruna membuat ku sadar seketika. Bergegas bangkit dari sofa yang ditiduri, tetapi karena tergesa-gesa aku terjatuh dengan tidak elegan. "Gubrak!" tubuh ku terjungkal mencium lantai.
"Kak Dewa !" seru Lintang kaget. Ia berusaha menolong ku, tetapi tangannya di tepis dengan keras Haruna.
"Jangan menyentuh kekasih ku, tangan mu kotor bekas pria lain" sungut Haruna, sambil berusaha membantu ku berdiri.
"Siapa yang mau menyentuhnya? Aku cuma ingin memastikan, dia gak terluka akibat ulah mu."
"Kok, aku yang di salahkan. Kamu kan, yang berulah."
"Memang aku, tapi siapa yang berteriak-teriak seperti ember pecah?"
"Sudah-sudah, kalian ribut melulu. Bukannya menolong, malah bikin stres otak" aku menghentikan perdebatan dua orang wanita, yang sama-sama gak mau mengalah.
Aku berdiri, merasakan sakit di sekujur tubuh. Sambil berjalan tertatih-tatih, aku di topang Haruna menuju kamar. Namun sebelumnya, ku hentikan langkah kaki Lintang yang hendak berlalu. "Tunggu, dek!"
"Apa lagi sih, kak?"
"Kita harus bicara, aku gak mau terjadi lagi keributan seperti ini..."
"Bukan aku yang memulai, tanya saja padanya" ucap Lintang, memotong perkataan ku dengan berani.
"Perempuan udik itu bersama laki-laki lain, aku hanya ingin menasehatinya..."
"Apa kamu katarak? Sampai-sampai, melihat Tante Rosa seperti seorang cowok."
"Hah! Masa sih? Jelas-jelas aku liat kamu dengan cowok" tuduh Haruna, keukeuh dengan pendiriannya.
"Sudah aku bilang, kamu kayaknya mesti ke dokter mata deh. Penglihatan mu benar-benar payah" ucap Lintang santai, tetapi penuh ejekan. "Cowok satu-satunya dalam mobil, ya Pak Umar sopir Tante Rosa."
"Dewa! Jangan diam saja, kasih pelajaran istri mu itu. Aku muak, selalu melihat dia ada di sekitar kita" tutur Haruna manja.
"Enggak salah tuh omongan, siapa yang ada di sini terlebih dahulu?"
"Lintang! Jaga bicaramu, Haruna kekasih ku. Hormatilah keputusan ku, karena ia datang atas permintaan ku. Sebagai suami, aku harus mendidik mu agar menghargai tamu. Dan Haruna, adalah tamu kehormatan ku."
"Jika Kak Dewa memposisikan sebagai suami, maka tak salah bukan bila aku juga bertindak seperti seorang istri?" tanya Lintang, dengan dagu terangkat. "Dimana ada dalam pernikahan, istri harus menghormati selingkuhan suaminya?"
"Aku bukan selingkuhan Dewa, tetapi kekasihnya. Aku datang terlebih dahulu, di banding kamu."
"Tetapi yang di nikahinya aku, jadi siapa di sini yang jadi pelakor?"
"Stop, hentikan semuanya!" Aku benar-benar pusing, menyatukan dua wanita dalam satu rumah. Seperti neraka saja, aku di buat kelimpungan dengan tingkah mereka. "Antarkan aku ke kamar, Yang" putus ku akhirnya, meminta Haruna mengalah. "Kita belum selesai, dek. Harus ada yang keluar dari rumah ini, supaya tenang fikiran ku juga kamu."
"Maaf kak sebelumnya, warisan yang jatuh ke tangan kak Dewa akan terlepas bila aku keluar dari rumah ini" telak ucapan Lintang membungkam mulutku, yang hanya bisa terbuka tanpa mengeluarkan suara sepatah pun. 'Sialan!' maki ku dalam hati. Aku kena skak mat.
****
yg ad hidupx sendirian nnt x