Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melarikan diri
***
Alea tidur di lantai yang hanya beralaskan tikar. Arthur masuk ke gudang untuk menepati janjinya kepada Alea. Dia menyentuh pipi mulus Alea lalu mengusapnya dengan lembut.
"Bangun," bisiknya di telinga Alea.
Perlahan Alea pun membuka kedua bola matanya, namun dia sedikit terkejut.
"Tu-tuan mau apa?" Alea bangun dari tidurnya lalu duduk.
"Aku sudah berjanji akan membawamu keluar dari sini, dan sekarang aku akan menepatinya," ucap Arthur. "Mari ikut aku." Arthur menggenggam erat tangan Alea. Namun sepertinya Alea tampak ragu-ragu dengan niat baiknya.
"Apa Tuan Arthur benar-benar akan mengeluarkan aku dari sini? Apa Tuan tidak takut? Karena kalau sampai tuan Carlos mengetahuinya, dia pasti akan memarahi bahkan memukuli Tuan."
"Aku tidak peduli," jawabnya mantap.
Arthur dan Alea berjalan mengendap-endap layaknya seorang pencuri. Mereka berhasil melewati beberapa penjaga yang tidur dan di tugaskan untuk menjaga Alea.
"Tuan lihat itu!" Alea menunjuk kepada para penjaga di gerbang depan. Refleks Arthur langsung menutup mulut Alea dengan meletakkan telunjuk tangannya tepat di bibir Alea.
"Sttt... Jangan keras-keras, nanti kita ketahuan." bisik Arthur menatap kepadanya. Alea mendadak salah tingkah ketika telunjuk tangan Arthur menyentuh bibirnya.
"Ayo!" Arthur kembali menggenggam tangan Alea dan menuntunnya.
Arthur berusaha agar bisa menarik perhatian kedua pria yang di tugaskan untuk menjaga gerbang. Saat melihat batu yang lumayan besar, dia mengambil lalu melemparnya kearah berlawanan.
blug.
Sontak kedua penjaga itu langsung mencari sumber suara tersebut. Dan saat mereka berjalan menjauhi gerbang, Arthur langsung gerak cepat berlari menuju gerbang tersebut.
"Gerbang-nya di gembok. Bagaimana kita bisa keluar?"
Arthur mengambil batang kayu yang di hantam kan kearah gembok tersebut, namun gemboknya tak juga terlepas.
"Ayo naik!" Arthur membungkukkan punggungnya.
"Apa?" Alea terkejut ketika Arthur memintanya untuk naik keatas punggungnya.
"Cepat!" decit Arthur. "Aku yakin, tidak lama lagi anak buah ayah akan segera kembali," lanjutnya.
"Ta-tapi," Alea enggan untuk menginjak punggungnya.
"Nona Alea mau kabur!" seru salah satu dari penjaga yang telah melihat Arthur dan Alea dari kejauhan.
Alea terlihat panik.
"Ayo, cepat!" pinta Arthur.
"I-iya, Tuan," ucap Alea. "Maaf." Kalimat terakhir dia ucapkan dengan pelan. Alea menginjakan kaki mulusnya di punggung Arthur lalu memanjat gerbang. Setelah Alea berhasil manjat keatas, Arthur pun ikut manjat dan langsung melompat keluar pagar. Namun Alea masih di atas tak berani untuk turun.
"Apa yang kau lakukan? ayo turun!"
"A-aku takut," tutur Alea yang takut ketinggian. Padahal gerbang-nya juga gak tinggi-tinggi amat.
Saat penjaga itu sudah mendekat, dengan cepat Arthur meraih tangan Alea dan menariknya hingga Alea terjatuh tepat di dada bidangnya.
Pria itu pun membuka gembok dan langsung menarik tangan Alea.
"Lepaskan dia!" bentak Arthur.
"Maaf, Tuan muda. Tuan tidak bisa membawa nona Alea pergi dari sini."
Bugh bugh bugh.
Perkelahian pun tidak bisa dihindari. Mereka saling baku hantam.
Bugh.
Arthur melayangkan pukulan terakhirnya. Kedua anak buah Carlos terlihat sudah terkapar tak berdaya. Namun saat melihat segerombolan anak buah Carlos yang lainnya, dengan cepat Arthur membawa Alea lari dari tempat itu.
Nafas Alea sudah ngos-ngosan. Namun anak buah Carlos terus mengejar mereka. Satu-satunya cara agar bisa menghindar, Arthur harus menerobos masuk kedalam hutan, dengan begitu anak buah Carlos tidak bisa mengejarnya dengan mobil.
"Kita mau kemana?" Alea menatap Arthur penuh curiga.
"Aku akan membawamu pergi ke apartemen temanku."
Alea menatap sekeliling. "memangnya di dalam hutan ada apartemen?" tanyanya dengan polos.
Arthur menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Pertanyaanmu akan aku jawab nanti." Arthur langsung menarik paksa tangan Alea dan membawanya lari masuk ke dalam hutan.
"Cukup Tuan Arthur!" Alea menepis kasar tangan pemuda itu. "Seharusnya dari awal, tidak seharusnya aku percaya kepada Tuan!" decitnya.
"Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?" Arthur menatap tajam kepadanya.
"Tuan Arthur pasti mau berbuat macam-macam padaku," pikir Alea menatap penuh curiga. Saat mendengar suara segerombolan orang, dengan cepat Arthur membekap mulut Alea lalu mengarahkannya untuk duduk jongkok di semak-semak.
"Emph...emph..."
"Sttt... Diam! Jangan berisik. Mereka sudah mendekat," bisik Arthur di telinga Alea. Alea langsung berhenti berontak saat mendengar suara anak buah Carlos terdengar jelas.
"Kemana perginya mereka?"
"Aku yakin, tuan muda dan nona Alea belum jauh."
"Sebaiknya kita pergi berpencar."
Arthur langsung menunduk ketika mereka berjalan melewati semak belukar tempat dimana Arthur dan Alea sekarang bersembunyi. Sebenarnya Arthur bisa saja melawan mereka, mengingat dirinya yang terkenal jago bela diri. Namun dia tak mau ambil resiko, karena itu bisa membahayakan keselamatan Alea. Bisa saja anak buah Carlos membawa Alea ketika dirinya sedang melawan mereka. Apalagi jumlah mereka tidak lah sedikit.
"Sepertinya tuan muda tidak ada disini."
"Dasar bodoh! Yang kita kejar itu nona Alea."
"Kau yang bodoh! Mona Alea sedang bersama tuan muda. Otomatis kita mencari keduanya." mereka malah saling mencaci maki.
"Ayo kembali ke mobil! Kita lanjutkan pencarian dengan menyusuri jalanan!" teriak salah satu dari mereka.
Setelah mereka pergi Arthur dan Alea saling menoleh kemudian menatap satu sama lain. Lagi-lagi Arthur selalu saja menurunkan pandangannya kearah bibir tipis Alea. Meskipun tempat itu sedikit gelap, namun Arthur masih bisa melihat dengan jelas wajah cantik Alea yang begitu terlihat sempurna.
"Tuan Arthur menatap ku seperti itu lagi. Jangan-jangan dia mau berbuat kurang ajar," batin Alea. Dengan sigap dia pun berdiri dan berjalan.
"Tunggu! Kau mau kemana?" tanya Arthur saat melihat Alea yang pergi begitu saja.
"Aku sudah merasa aman. Sebaiknya kita berpisah disini saja. Terima kasih karena Tuan sudah membantuku untuk keluar dari mansion Bratajaya."
Arthur diam saja, tak merespon ucapan Alea. Dia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Chris dan meminta dia untuk menjemputnya.
"Aku harus lewat jalan yang mana? Kiri atau kanan?" Alea tampak kebingungan.
"Ayo ikut! Temanku sudah menunggu kita." Arthur meraih tangan Alea dan menuntunnya menuju jalan raya. Alea tak menyangka ternyata dari tadi Arthur mengikutinya.
Chris menatap heran saat melihat Arthur keluar dari hutan pohon Pinus bersama seorang wanita. Pikirannya pun kini traveling kemana-mana.
"Sedang apa kalian di tengah hutan malam-malam begini?" tanya Chris, menatap tajam keduanya secara bergantian.
"Ceritanya panjang. Sebaiknya kita cepat pergi dari sini," pinta Arthur.
"Siapa dia?" tanya Chris menoleh kepada Alea dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, "jangan bilang kalau dia itu pacar barumu?" lanjutnya.
"Sudah ku katakan, kita bicarakan ini nanti. Lebih baik cepat nyalakan mesin dan jalankan mobilnya," decit Arthur.
Chris melakukan apa yang Arthur katakan. Sesekali dia menoleh kebelakang tepat dimana Alea duduk, dan memperhatikannya dari pantulan kaca spion mobilnya.