Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekamar
Selama 19 tahun hidupnya, bisa dihitung dengan jari berapa kali Feli berkunjung ke perkebunan teh milik Papinya. Terakhir kali Feli datang, mereka tengah liburan sambil menikmati pemandangan kebun teh. Dan kali ini, ia kembali datang dalam situasi yang berbeda. Ia diasingkan oleh keluarganya sendiri sampai janin yang dikandungnya lahir.
Feli mengawasi Faisal dan Zulfikar yang duduk di depan, sementara Bik Sum dan Feli duduk di kursi belakang mobil double cabin yang tengah melaju kencang. Faisal tak bisa menyetir, untuk itulah ia selalu mengajak Zulfikar ke manapun ia pergi.
Menyadari Istri Bos-nya tengah menatap Faisal dengan tatapan sinis penuh kebencian, Zulfikar menggeser spion tengah agar tak lagi membiaskan tatapan menakutkan itu. Aura mencekam seolah menguar di dalam mobil sejak Feli masuk, Zul tak suka aura menakutkan semacam ini. Faisal memang pendiam dan tak terlalu banyak bicara setiap kali Zul menemaninya, namun jika kekakuan itu harus ditambah dengan permasalahan baru dari Feli, lebih baik Zul mengajukan resign sebagai supir Faisal dan fokus menjalani profesinya menjadi petani teh di kebun.
Empat jam perjalanan yang panjang terasa seperti seharian ketika tak ada seorangpun yang berbincang-bincang di dalam mobil. Faisal memilih tidur seperti kebiasannya, dan Feli tentu saja asyik berselancar di dunia maya. Hanya Bik Sum yang sesekali berdecak kagum atau mendengkur saat ketiduran.
"Apakah masih jauh?" tanya Feli yang mulai bosan dengan perjalanan ini.
Faisal membuka mata, ia melirik Zul yang terlihat salah tingkah dan tak tahu harus menjawab apa.
"Sebentar lagi sampai."
"Seingatku dulu perjalanannya tak sejauh ini. Apa kalian sengaja membawaku melewati jalan yang lebih jauh?"
"Benar, Bu. Jalan utama sedang ada perbaikan jembatan, jadi kami berputar arah--"
"Jangan panggil aku Bu! Aku bukan Ibumu!" sungut Feli menyela penjelasan Zulfikar.
Bik Sum terkekeh melihat Zul yang sontak terdiam takut. Ini masih permulaan, belum tahu saja dia kalo Non Felinya mengamuk!! Bisa-bisa seluruh penghuni bumi dan isinya ini gojang-ganjing sembunyi ketakutan dengan mantra saktinya.
"Apa kamu lapar?" tanya Faisal datar.
Feli merengut, moodnya memang selalu buruk ketika ia kelaparan. Dan Faisal tahu benar kebiasaan itu karena mereka sempat tinggal bersama meski hanya beberapa tahun. Faisal berumur 15 tahun ketika Feli lahir, ingatannya masih semu tentang kakaknya sekaligus suaminya ini.
Tanpa diduga, Faisal menyodorkan sebungkus roti dan membalikkan badannya menatap Feli. Karena Feli tak kunjung menyahut, jadi Faisal sudah tahu jawabannya.
"Makanlah," perintahnya tanpa ekspresi.
Feli merampas roti itu dengan kasar. Ia lantas memberikan roti itu pada Bik Sum untuk dibukakan bungkusnya.
"Nih, Non."
Tanpa mengatakan kata terima kasih, Feli melahap roti itu dan berpaling menatap pemandangan di luar jendela. Bik Sum sudah kebal dengan sikap menjenggelkan Nona Mudanya ini, jadi ia sudah terbiasa dan tak kaget lagi.
Beberapa menit setelah rotinya habis, mobil mereka pun memasuki sebuah rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas. Feli mengernyit heran, apakah rumah ini akan menjadi tempat tinggalnya?
Ketika Faisal, Zulfikar dan Bik Sum akhirnya turun, Feli merasakan hatinya mencelos. Tidak ... tidak, ini pasti rumah Zul, bukan rumah Faisal!
"Selamat datang di rumah baru anda, Kakak!" teriak Zul dari atas bak pick up.
Bagai tersambar petir di siang bolong, seluruh tubuh Feli lemas seketika. Ia menolehi Faisal yang menurunkan koper-koper milik Feli yang jumlahnya melebihi koper orang yang akan pergi haji.
"Non, ayo masuk! Kok malah bengong!"
Feli tersentak, entah sudah berapa lama ia mematung, saat menoleh lagi ke bak mobil ternyata semua kopernya sudah dibawa masuk.
"Kita tinggal di situ, Bik?" tanya Feli masih tak percaya dengan penglihatannya.
Bik Sum mengangguk dengan sumringah. "Iya, Non! Bagus kok di dalemnya! Yuk, kita masuk." Bik Sum menggandeng tangan Felinova untuk memasuki rumah sederhana itu.
Entah sebesar apa dosanya, Feli merasa ujiannya datang bertubi-tubi. Terlebih setelah ia tahu bila kamar di rumah itu ternyata hanya ada dua!! Dan tidak mungkin Feli tidur bersama Bik Sum!
"Aku kan sudah bilang aku nggak mau tidur denganmu, Kak Ical!" jerit Feli marah. Bik Sum dan Zul sampai melonjak kaget saking kerasnya jeritan Feli.
Faisal melepas koper terakhir Feli yang sedang ia tenteng masuk. "Ya sudah, kalo gitu kamu tidur sama Bik Sum."
"Apa?" teriak Feli kesal. "Nggak mau! Mending Kak Ical tidur di luar atau tidur di rumah Zul sana!"
"Maaf, Kakak, tidak bisa. Saya sendiri masih kos di asrama mesjid." Zulfikar menyela sembari mengacungkan tangannya.
Feli mendengus marah, ia merasa tertipu. Faisal tak menjelaskan tentang keadaan rumahnya! Dan bodohnya, Feli pun tak sempat untuk bertanya.
"Baiklah, aku akan tidur di luar," sahut Faisal mengalah sembari kembali menenteng koper milik Feli masuk ke dalam kamarnya.
Feli tersenyum penuh kemenangan, ia merapatkan cardigannya saat udara dingin berhembus dari pintu yang terbuka. Ternyata berdebat dengan Faisal tak perlu sampai mengeluarkan emosi yang berlebihan. Kakak eh, suaminya itu selalu menuruti apa yang Feli katakan.
Usai membawa sebagian koper itu masuk ke dalam kamar dan sebagiannya lagi di kamar Bik Sum. Feli menutup pintu kamar Faisal dan menguncinya rapat-rapat. Ukuran kamar ini lumayan, kasurnya juga terlihat cukup nyaman, sayangnya warna catnya sudah usang dan oh, tak ada meja rias! Feli berdecak kesal, lantas ia akan bersolek di mana bila tak ada meja rias?!
Langkah Feli berhenti di kamar mandi, ia membuka pintunya dan semakin terbelalak tak percaya saat melihat WC jongkok di sana. Sudah 2023 dan Faisal masih betah membuang hajat di WC kuno itu? Oh, yang benar saja!! Feli lebih baik tak BAB daripada harus jongkok di WC kusam itu!!
Setelah menginspeksi seluruh isi kamar yang akan ia tempati selama setahun ke depan, Feli naik ke atas ranjang empuk itu dan merebahkan tubuhnya yang mulai kelelahan.
Tok tok tok.
"Siapa?" tanya Feli kesal, ia baru saja ingin bersantai tapi gangguan tiba-tiba datang.
"Fel, buka pintunya sebentar," pinta Faisal dari luar.
Feli berdecak kesal, mau tak mau akhirnya ia bangkit dan memutar kunci pintu. Wajah Faisal yang selalu dingin tanpa ekspresi tengah menatap Feli.
"Ada apa?" tanya Feli ketus.
"Aku mau ambil selimut dan jaketku di lemari." Faisal meringsek masuk tanpa meminta persetujuan. "Suhu di sini sedang dingin-dinginnya karena belum turun hujan," lanjutnya sembari menggeser pintu lemarinya yang terbuat dari kayu jati kuno, sekuno pemiliknya.
Feli melipat kedua tangannya di dada, ia memperhatikan Faisal yang nampak mengeluarkan jaket tebal dan beberapa lembar selimut. Hawa di pegunungan memang terasa dingin menusuk tulang, Feli sempat bersin berkali-kali saat baru tiba tadi. Tidur di kamar ini saja masih terasa dingin, apalagi tidur di ruang tamu yang hanya terisi oleh kursi kayu kuno. Feli pun mulai iba, ia menghela napasnya dalam saat Faisal menutup kembali pintu lemarinya.
"Istirahatlah," perintah Faisal sembari berlalu.
"Kak."
Langkah Faisal terhenti, feelingnya mulai tak bagus, sepertinya Feli akan kembali menyiksanya lagi.
"Tidurlah di kamar ini. Tapi jangan pernah berani macam-macam sama aku!"
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal