Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. BERTANGGUNG JAWAB
"Astagfirullahaladzim, kuatkan hamba ya Allah! Kalo ngga inget dosa udah gue sikat," Rayyan menelan salivanya sulit, dengan begini saja lidah api neraka sudah menjilat wajahnya. Posisi tidur lovely begitu riskan, begitupun busananya--itu bukan busana lebih tepatnya dala man. Hawa panas menyerang Rayyan, bagaimanapun ia adalah lelaki normal nan dewasa. Kepalanya terasa nyut-nyutan melihat benda indah tepat di depan mata, terlebih itu seorang Eirene yang tengah tak sadar. Bisa saja Rayyan berubah menjadi manusia keji tapi ia adalah prajurit, bukan hanya fisik dan mentalnya saja yang harus terlatih dan terdidik namun juga imannya.
"Shiitttt, punya gue bangun!" geramnya, ia mengutuk mata dan perasaan tak tau dirinya. Mungkin usianya memang sudah cocok untuk memiliki pendamping hidup.
"Allahuakbar, sshhh---" Rayyan menaikkan selimut hingga membungkus badan mulus Eirene, lihatlah badan ramping terbungkus kulit putihnya.
"Alhamdulillah," ucapnya setelah pemandangan bahaya itu kini tertutup selimut coklat.
Tapi Rayyan tetaplah manusia, memiliki rasa penasaran dan mengagumi, ditatapnya wajah selembut sutra Eirene, mengingat setiap kata yang mengatakan jika masa kecilnya tak bahagia. Bukankah kalimat racauan adalah ungkapan isi hati terdalam dari seseorang. Uang dan popularitas tak menjamin kebahagiaan seseorang, beruntung ia hidup dan tumbuh di keluarga yang meski tak sesempurna keluarga cemara tapi cukup bahagia.
"Kenapa kamu ngomong kaya gitu dek Eirene? Ada apa sama masa kecilmu?" tanya nya malah ikut merebahkan diri di samping Eirene, lelaki itu begitu kan kalo udah nyaman suka lupa kalau statusnya bukan mahram.
Dorrr--dorr-dorrr!
"Eyiiii!"
Rayyan terjengkat kaget, matanya langsung melotot saat mendengar suara keras dari arah luar kamar.
"Astagfirullah!" ia memijit pangkal hidungnya, nyawanya masih belum kumpul semua, tapi harus dipaksa untuk tersadar sepenuhnya.
Belum ia coba meraih handle pintu, tiba-tiba saja pintu menjeblak terbuka,
Brakhhh!
Untung saja Rayyan cukup sigap untuk menghindar dari sapuan pintu yang terbanting kencang, Rayyan mengernyitkan dahinya harus ia sebut apa sosok di depannya kini? Lelaki setengah jadi, apa perempuan setengah mateng?
"Astaga!" Honey syok lahir batin melihat Rayyan, namun ia lebih syok lagi saat melihat geliat kecil di balik tubuh tegap nan kekar Rayyan yang hanya memakai boxer dan t shirt hitam.
"Demi bumi dan langit!!!! Apa-apaan ini, loe berdua!!!" teriaknya memancing kehebohan di seluruh belahan bumi, bahkan sampai ke lubang-lubang semut dan lubang kemak si atan ikut heboh gara-gara suara Honey.
"Aduhhh, berisik honey! Masih pagi udah ribut kaya orang keabisan midnight sale!" suara parau lovely terdengar di balik selimut.
"Lovelyyyy!!" jeritnya, melihat tubuh ramping Eirene terbalut selimut, namun dalam sekejap langsung dibuat menganga saat Eirene menyingkapkan selimut sebatas dada, menunjukkan jika gadis ini tak berbusana.
"Saya bisa jelaskan!" ujar Rayyan menggaruk kepalanya ikut bingung dan panik. Ditambah, ia harus menerima kenyataan bahwa Honey datang tak sendiri, ada beberapa orang termasuk penjaga penginapan yang menemani mereka.
"Eirene! Bangun model kamvrettt! Apa yang udah loe lakuin?!!" teriak Honey saking kesalnya ia sampai melakukan injak bumi macam anak-anak tk saat bernyanyi meskipun hati honey saat ini tidak sedang senang disana-sini. Benar saja feelingnya, rasa tak enak hati dan setengah hatinya atas ijin semalam---ternyata ini jawabannya. Eirene mengerjap mencoba terbangun.
"Loh! Saya kira ini pasangan suami istri?!" tanya si penjaga penginapan melongo kebingungan di ambang pintu.
Honey yang menyadari moment penggerebekan ini segera menyadari akan kondisi artisnya, ia langsung menutup pintu kamar, "maaf bisa kami urus masalah keluarga sebentar!"
"Kamu!!" tunjuk sengit honey pada Rayyan yang masih bermuka bantal, sementara Rayyan merutuki dirinya sendiri kenapa harus so so an merebahkan diri di ranjang yang sama, kebablasan kan jadinya!
"Tidak terjadi apapun dengan saya dan Eirene," wajah honey berubah jadi seram, "loe pikir gue bo doh?! Liat loe cuma boxer'an, terus ini?!" tunjuk Honey pada Eirene yang malah santai saja beranjak bangun tanpa memegang selimutnya.
"Jam berapa ini honey, masukkin jadwal golf dong ke daily gue," honey tergerak masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil segayung air dengan tanpa perasaannya ia menyiramkan itu dari atas kepala Eirene.
Byurrrr
"Aaaaaa!!! Honey dinginnnn!" teriak Eirene langsung melotot dan berjengkat bangun menarik selimut untuk menutupi badannya.
"Nah buka mata loe model si@lan! Baru sadar kan, sekarang loe dimana---" amukannya melebihi kejamnya ratu lebah.
"Loh?! Kok gue disini?! Ini!" tunjuknya baru menyadari dengan situasi.
"Aaaaaaa! Gue abis ngapain?!" Eirene berulang kali melihat Rayyan dan kondisi tubuhnya.
"Kaget loe telat!" sarkas Honey melemparkan gayung ke sembarang arah hingga gayung itu retak.
Krekkkk!
"Loe!" Eirene melompat ke arah Rayyan, "apa yang loe lakuin sama gue, loe siapaaaaa?!" ia baru dilanda panik, sementara honey sudah diam sedari tadi karena tak habis pikir.
"Bisa saya jelaskan, kamu kemarin mabuk berat. Tapi tenang aja, ngga terjadi apapun antara saya dan kamu!" jelas Rayyan.
"Bohong!" sarkas Eirene sengit memajukan wajah cantiknya pada Rayyan memukul dadanya.
"Untuk apa saya bohong?!" Rayyan melangkah menuju toilet dan mengambil sisa pakaian dan sepatunya untuk dipakai.
"Nih, baju saya juga kamu muntahi!" tunjuknya pada celana yang masih basah dan bau muntahan Eirene.
Eirene kembali memeriksa badannya apakah ada tanda merah dan sebagainya.
"Ga mau tau! Gue minta tanggung jawab!" jerit Eirene. Seumur-umur ia belum pernah tidur bersama lelaki selain honey, ia memang terkadang mendekati para pengusaha namun tidak dengan tidur bersama mereka.
"Tanggung jawab apa?! Harusnya saya yang minta tanggung jawab kamu, uang saya untuk penginapan adalah uang makan saya selama 2 hari, belum lagi pakaian saya habis kamu muntahi. Bagi kamu mungkin uang segitu hanya untuk bayar parkir, tapi buat saya yang hanya seorang biasa uang segitu butuh perjuangan!" wajahnya kini lebih seram dari pemburu hantu.
"Stop!" lerai honey berteriak, ia menggigiti kuku dengan dibubuhi nail art.
"Masalahnya disini ada saksi, bukan si ibu-ibu penginapan tadi! Tapi---seorang wartawan gosip!"
"Be go, otak kamu di dengkul apa gimana Eyiii!!!!" honey mendorong kepala Eirene.
"Udah berapa kali gue bilang, jangan minum lagi! Udah kaya gini gimana, loe tau---kemanapun dan apapun yang loe buat selalu diikutin wartawan. Loe tau gue sekarang bisa disini karena siapa?! Ha!" teriaknya membentak Eirene, gadis itu merosot dan terduduk di lantai, menangis--- Rayyan dapat melihat begitu berat beban hidup yang ditanggung gadis semuda Eirene.
"Loe bisa mikir kan apa yang bakalan terjadi setelah kita keluar dari pintu ini!" tunjuknya pada pintu kamar.
"Mereka udah siap-siap terima gosip panas, loe tau kan bola panas yang siap-siap hancurin karir loe, reputasi loe?!" honey menjambak rambutnya sendiri bingung.
"Saya akan tanggung jawab!"
Eirene dan Honey langsung menoleh pada Rayyan.
.
.
.
.
.