Diamnya Seorang Istri

Setelah beberapa menit mobil Aya membelah jalanan ibukota di malam hari. Akhirnya, mobil Aya sampai di halaman kediamannya. Hujan yang semakin deras, membuat Aya menawarkan temannya masuk ke dalam rumahnya.

"Masuk dulu, Mas. Hujannya semakin deras, dan di mana supir serta mobilmu?" tanya Aya setelah melihat ke belakang tidak ada mobil yang mengikutinya.

"Mungkin masih di jalan!" ucap fajar, lalu mendapat pesan singkat dari supirnya. Jika mobilnya tiba-tiba mogok.

"Ada apa, Mas?" tanya Aya saat melihat pria di depannya kebingungan.

"Tidak ada apa. Ternyata mobilku mogok. Aku harus mencari taksi!" titah fajar.

"Masuk dulu. Mencari taksi malam-malam begini juga dalam kondisi hujan, itu sangat susah. Aku akan minta Inah untuk membuatkan teh hangat untuk Mas Fajar!" titah Aya.

"Tidak apa-apa, Ay? Ini sudah malam?" tanya fajar ragu.

"Kelihatannya aman, Mas. Ya aku tahu, aku sudah bersuami tidak pantas membawa seorang pria masuk ke dalam rumah. Tapi, setelah aku pikir-pikir kembali. Aku juga kasihan denganmu. Ini sudah malam dan hujan. Aku takut, terjadi sesuatu dengan Mas fajar di jalan. Dan semua itu salahku!" ucap Aya membuat fajar menganggukkan kepalanya.

Akhirnya, Aya membawa fajar masuk ke dalam rumahnya. Fajar melihat sekitar ruang tamu. Dia melihat foto pernikahan temannya dengan suaminya yang terpajang di dinding tembok yang kokoh.

"Mas duduk. Aku akan meminta Bi Inah untuk membuatkan teh hangat!" titah Aya membuat fajar menjatuhkan pantatnya di sofa.

Aya berjalan menuju dapur. Dia meminta Bi Inah untuk membuatkan teh hangat. Setelah meminta Bi Inah untuk membuatkan teh hangat. Aya berjalan dan menjatuhkan pantatnya di depan Fajar.

"Sejak kapan mereka selingkuh, Ay?" tanya fajar lagi.

"Aku tidak tahu, Mas. Yang aku tahu, sikap Mas Rian selalu manis padaku. Bahkan, aku tidak pernah menyangka, Jika Mas Rian akan selingkuh di belakangku!" jawab Aya.

"Lalu, kamu sudah memutuskan keputusan yang tepat? Apa ... kamu mau di madu dan berpura-pura tidak tahu?"

"Aku tidak tahu, Mas. Jujur aku bingung sekali. Di satu sisi, aku mencintai Mas Rian tapi di satu sisi, hatiku sangat sakit saat melihat pengkhianatan mereka. Entahlah, aku belum bisa mengambil keputusan yang menurutku terbaik." jawab Aya, lalu melihat Bi Inah yang datang sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat beserta camilannya.

"Silahkan di minum, Mas!" ucap Aya.

fajar mengambil secangkir teh hangat lalu menyeruputnya sedikit.

Dan cahaya samar-samar mendengar suara bel berbunyi.

"Apa ada tamu, Ay?" tanya fajar yang mendengar suara bel berbunyi.

"Aku mau mengeceknya dulu, Mas. Bi Inah temani Mas fajar dulu. Agar tidak ada gosip. Sebenernya, aku mau membuka pintu, tapi hujannya sangat deras." ucap Aya berjalan menuju pintu.

Krek ...

Pintu terbuka. Aya melihat ibu mertuanya sedang berdiri di hadapannya. "Di mana Rian! Kenapa anak itu susah sekali di hubungi? Padahal, ibu ingin meminta uang untuk membayar berlian keluaran terbaru!" kesal Iris, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Mas Rian pergi, Bu!" ucap Aya, 'Apa ibu tidak mengetahui perselingkuhan antara Mas Rian dan Vina? Atau justru sebaliknya?' batin Aya.

"Pergi? pergi kemana la--" ucapan Iris terhenti saat ekor matanya tak sengaja menatap pria yang sedang duduk di ruang tamu. "Di saat suamimu tidak ada di rumah. Kamu berani membawa pria? Apa ini mencerminkan, jika kamu istri yang baik?" sindir Iris.

"Ini Mas fajar, Bu. Aku sengaja memintanya untuk berteduh dulu. Mobilnya mogok, dan sedang diurus oleh supirnya. Mas Fajar hanya sebentar, kok! Kasihan di luar sana hujan deras. Mencari taksi pun susah karena sudah larut malam." ucap Aya.

Iris berjalan masuk. Dia menatap fajar dengan tatap menyelidik. "Aku tidak yakin, kalau dia hanya temanmu. Bisa saja, kalian selingkuh di belakang Rian, kan? Mentang-mentang kamu tidak bisa mempunyai anak. Jadi, kamu bebas membawa pria asing masuk ke dalam rumah. Jika suamimu tidak ada di rumah. Ibu akan beritahu Rian kelakuan istrinya yang sok suci tapi nyatanya dia sangat pintar dalam menutupi sebuah kebusukan!"

"Bu, aku dan Mas fajar tidak memiliki hubungan apapun. Aku murni menolongnya. Aku tidak selingkuh." ucap Aya membela dirinya sendiri.

"Tidak ada maling ngaku. Maling ngaku, penjara penuh. Ibu akan telfon suamimu! Siapa tahu, suamimu sudah bisa di hubungi!" ketus Iris mengambil ponselnya dan menelfon putranya.

Tut ...

Tut .....

Sedangkan di satu sisi. Rian yang baru saja menidurkan istri siri nya pun terkejut saat merasakan ponselnya bergetar. Dengan segera dia mencari keberadaan ponselnya.

"Ibu? Untuk apa Ibu telfon malam-malam. Apa uang yang aku kasih kurang?" gumam Rian menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Ada apa, Bu telfon malam-malam!"

"Kamu di mana? Ibu ke rumahmu tapi kamu tidak ada di rumah!"

"Aku ada di rumah Vina. Tiba-tiba dia nyidam memintaku untuk menemaninya tidur. Memangnya, ada apa? Apa uang yang aku berikan kurang?" tanya Rian turun dari ranjang. Kakinya dengan lebar berjalan menuju jendela kacanya yang besar.

"Oh, baguslah. Tapi ada kabar yang harus kamu ketahui. Di saat kamu pergi, ternyata istrimu membawa pria asing ke rumah!" ucap Iris membuat Rian terkejut.

"Tidak mungkin Aya seperti itu. Aku tahu, bagaimana Aya. Aya tidak mungkin melakukan hal serendah itu. Ibu sedang bersama Aya, kan? Berikan ponsel ibu pada Aya. Aku mau bicara!" titah Rian membuat Iris memberikan ponselnya pada menantunya.

"Rian mau bicara denganmu!" ketus Iris yang sedari dulu memang tidak suka dengan Aya.

Aya menerima ponsel ibu mertuanya. Dia menempelkan benda pipih itu ke telinganya. "Ada apa, Mas?" ucap Aya lirih.

"Apa benar yang ibu ucapkan. Kamu berkhianat padaku, Ay? Kamu bawa pria lain saat aku tidak di rumah. Ay, aku bekerja untukmu." ucap Rian tak percaya.

"Benar Mas. Aku bawa Mas fajar ke rumah!"

"Fajar? untuk apa, Ay? Kamu tahu, kan! Sedari dulu, Fajar menyukaimu. Aku tidak suka, kamu berdekatan dengan fajar. Suruh dia pulang!"

"Aku hanya menolong Mas fajar. Mobilnya sedang mogok. Dan hujan sangat deras. Aku bukan selingkuh darimu. Aku bukan wanita yang tidak mempunyai perasaan. Aku bukan wanita yang suka berbohong. Aku bukan wanita yang suka menusuk hati dan perasaan seseorang!" ucap Aya menyindir suaminya.

"Apa maksudmu, sayang? Aku percaya kamu bukan wanita seperti itu. Kamu hanya mencintaiku, kan! Jadi, usir dia!"

"Aku akan meminta Mas fajar pulang, kalau hujan sudah reda. Jika Mas keberatan, aku minta maaf!" ucap Aya memberikan ponselnya pada ibu mertuanya.