Diamnya Seorang Istri
Hati Cahaya seketika hancur, saat melihat suaminya sedang bermesraan di depan matanya dengan wanita yang bernama Vina di taman.
Menangis, air mata itu terus mengalir deras dari mata indah Cahaya. Apalagi, saat dia mendengar ucapan suaminya yang mengatakan jika dia sangat mencintai Vina yang berstatus sahabatnya dari kecil.
"Aku sangat mencintaimu, Vin!" ucap Rian memeluk tubuh Vina.
"Aku juga mencintaimu, Mas Rian. Sangat mencintai!" jawab Vina membalas pelukan Rian.
Hancur, itulah yang di rasakan Cahaya, wanita yang biasa di panggil dengan sebutan 'Aya'. Kedua kakinya tertekuk mencium tanah.
"Tega kamu, Mas. Kamu khianati pernikahan kita, hiks ... hiks ...," ucap Aya, lalu melihat suaminya berjalan sambil memeluk Vina ke menuju mobil.
"Vina, sahabat macam apa, kamu! Kamu tega mengkhianatiku. Padahal, aku sangat mempercayaimu!" gumam Aya lagi sambil menghapus air matanya. Kakinya dengan lemas berdiri dan berjalan menuju mobilnya.
Aya masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tidak menentu, bahkan dia tidak sanggup menyetir mobil sendiri, tapi dia tetap paksakan.
Mobil Aya mulai berjalan menuju arah rumahnya yang sudah 3 tahun ini dia tempati dengan Rian suaminya.
Hiks ... Hiks ...
Tangis itu semakin kencang saat mengingat ucapan suaminya padanya pagi tadi.
"Kamu bilang, kamu mencintaiku, sangat mencintaiku, tapi kenapa aku mendengar kata itu terucap untuk wanita lain, Mas! Kenapa!" gumam Aya membelokkan mobilnya di halaman rumah.
Dengan langkah gontai, Aya masuk ke dalam rumah. Dia di sambut oleh asisten rumah tangganya yang bernama Inah.
"Nyonya, Nyonya kenapa?" tanya Inah saat melihat wajah Aya basah dengan air mata.
Aya berusaha menghapus air matanya, "Aku tidak apa-apa, Bi. Mataku hanya kemasukan debu. Bibi tenang saja," ucap Aya sambil menampilkan senyum manisnya. "Aku masuk kamar dulu, Bi!" titahnya lagi, lalu Aya berjalan menuju kamar.
Setelah sampai di kamar, Aya menjatuhkan pantatnya di tepi ranjang dengan air mata yang mulai mengalir deras.
"Apa salahku, Mas. Sampai-sampai kamu melakukan semua ini padaku. Dan kamu, Vin. Aku bahkan menganggapmu sebagai saudaraku, tapi kenapa kamu tega menusukku. Apa salahku pada kalian, ha! Apa!" pekik Aya membuang selimutnya ke sembarang arah. Tubuhnya jatuh ke lantai.
Hiks ... Hiks ....
"Kalian benar-benar jahat! Aku benci kalian!" gumam Aya menekuk dan memeluk lututnya.
Sedangkan di satu sisi, setelah mengantarkan Vina menuju rumahnya. Kini Rian sudah sampai di depan rumahnya. Dia berjalan masuk dan di sambut oleh Inah.
"Istriku sudah pulang?" tanya Rian pada asisten rumah tangganya.
"Sudah Tuan. Nyonya sudah di kamar!" jawab Inah, membuat rian berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Wajahnya tak henti-hentinya mengukir senyum yang sangat manis.
Krek ...
Pintu di buka oleh Rian. Dia melihat kamar yang sangat berantakan.
"Sayang, kamu kenapa, Hem?" tanya Rian setelah berlari dan menekuk ke dua lututnya memeluk istrinya.
'Sayang? Kamu masih bisa memanggilku sayang, Mas?' batin Aya, tangisnya semakin kencang.
Mendengar tangis istrinya yang semakin kencang, membuat Rian semakin khawatir dia meminta istrinya untuk menatapnya, "Sayang, tatap mataku. Kamu kenapa, Hem?" tanya Rian sekali lagi.
Aya menatap wajah suaminya yang teduh. Dia menggelengkan kepalanya, lalu berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi. Hatinya terasa sakit, ingin rasanya dia mengatakan pisah tapi dia takut, keputusan ini akan membuatnya menyesal di kemudian hari.
Rian yang melihat istrinya diam dan masuk ke kamar mandi pun semakin panik. Dia mengecek ponsel istrinya yang berada di atas meja.
"Tidak ada yang aneh, tapi kenapa Aya menangis? Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?" gumam Rian berjalan menghampiri istrinya.
"Sayang! Buka pintunya," titah Rian membuat Aya membuka pintunya setelah sebelumnya dia mengatur napas dan emosinya.
Krek ...
Pintu di buka oleh Aya, membuat Rian dapat melihat wajah cantik yang sembab.
"Kamu kenapa menangis, hem? Beritahu aku, sayang. Siapa yang menyakitimu. Aku tidak suka istriku yang cantik ini menangis. Hatiku sedih!" ucap Rian memeluk istrinya erat.
"Aku tidak apa-apa, Mas!" jawab Aya setelah sekian lama dia diam.
"Sayang, kenapa sikapmu berubah? Kenapa bicaramu ketus dan dingin?" tanya Rian lagi yang mendapat gelengan dari istrinya.
"Aku mau mandi!" ucap Aya lalu menutup pintu kamar mandinya lagi.
Setelah pintu kamar mandi tertutup, Aya kembali meneteskan air matanya. Tubuhnya dia senderkan di daun pintu dan merosot ke bawah.
"Sikapmu benar-benar manis, Mas. Sejak kapan kamu mengkhianatiku, sejak kapan!" gumam Aya memukul keramik lantai ringan.
Sedangkan di luar kamar mandi, Rian ingin mengetuk pintu kamar mandi lagi, tapi dia merasakan getaran ponsel dari dalam saku celananya. Segera dia mengambil dan melihat Vina yang menghubunginya.
Rian berjalan sedikit menjauh dari kamar mandi. Dia menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Hallo sayang, ada apa menelfonku?" tanya Rian sambil berbisik.
"Mas, aku sedang menyidam kamu tidur di rumah kita. Kamu ke sini, ya?" pinta Vina memelas.
"Tapi, aku tidak bisa, Vin. Aya sedang membutuhkan aku. Aya sedang bersedih. Sudah ada Bibi yang akan membantumu." tolak Rian.
"Mas, aku hamil anakmu bukan anak Bibi. Kamu mau, anak kita ileran? Mau?" tanya Vina membuat Rian menghembuskan napasnya kasar.
"Tunggu sebentar. Aku akan bersiap-siap dulu. Aku baru saja sampai!" ucap Rian langsung mengakhiri panggilannya. Segera Rian berjalan dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Sayang! Buka!" titah Rian.
"Sayang!" panggilnya lagi, membuat Aya membuka pintu kamar mandi.
Rian menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Jujur dia tidak tega meninggalkan wanita yang sangat di cintainya seorang diri, tapi dia juga tidak tega jika anak dalam kandungan Vina ileran.
"Aku boleh mandi, dulu? Aku ada urusan. Aku ada meeting di luar kota!" ucap Rian lembut. Dia menatap wajah istrinya dengan lekat.
'Meeting? Ini sudah sore, bahkan langit sudah berubah gelap. Apa kamu membohongiku lagi, Mas? Sebenarnya, kamu bukan mau meeting. Tapi kamu mau bertemu dengan Vina? Iya?' batin Aya memberi ruang untuk suaminya masuk.
'Kenapa Aya menjadi diam seperti ini. Apa salahku? Pagi tadi, kita masih ceria dan saling tersenyum. Apa Aya sedang banyak masalah di butiq nya?' batin Rian masuk ke dalam kamar mandi.
Aya berjalan dan menjatuhkan pantatnya di tepi ranjang sambil menangis. Berulang kali dia berusaha menghapus air matanya. Tatapannya lurus ke depan.
Rian melakukan ritual mandinya dengan cepat. Dia tidak ingin membuat istri yang dicintainya menangis sendiri.
Tak membutuhkan waktu lama, Rian menyelesaikan ritual mandi. Dia membuka pintu kamar mandi dengan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
"Kemana Aya pergi?" ujar Rian panik. Dia mencari ke sekeliling ruangan dan melihat pintu balkon yang terbuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Umma Thohir
pelakor memang meresahkan
2022-12-12
0
Powerrenjer pink
AKU KASIH TAU BUAT KALIAN YG BARU NEMU CERITA INI MENDING JANGAN D BACA. KENAPA GW LARANG KALIAM BACA .
KARENA D CERITA INI PELAKOR DAN LAKI2 YG D REBUT HIDUP BAHAGIA BERSAMA ANAK HASIL HUBUNGAN MEREKA. DAN SANG ISTRI D CERAIKAN TRUS TIDAK MENEMUKAN PASANGAN. ... KOMIK PALING BURUK SELAMA GW NACA KOMIK D MANGATOON... JADI KALAU NGG MAU SAKIT HATI NGG USAH D BACA . DAN JUGA. NGG ADA KARMA SAMA SEKALI BUAT PELAKU PERSELINGKUHAN... 😏😏😏😏😏
2022-11-04
1
Uthie
Sy suka awalan cerita nya .. jd pingin lanjut bacanya 👍🤗
2022-10-30
0