SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #3 - Do'a & Harapan
Setiap sebulan sekali Aira dan Arsyad akan berkunjung ke beberapa panti asuhan untuk memberikan sumbangan secara langsung, hal itu membuat keduanya di kenal sebagai pasangan yang sangat serasi. Sholeh dan sholehah, tak hanya cantik dan tampan parasnya namun juga hatinya.
"Bunda Aira, ini untuk Bunda...." seorang anak perempuan memberikan kertas pada Aira, sambil tersenyum Aira menerimanya.
"Maa Shaa Allah, gambarmu bagus sekali, Sayang. Ria pintar melukis, ya," puji Aira saat melihat gambar anak berusia 6 tahun yang bernama Via itu, dimana ada laki-laki dan perempuan, juga anak kecil di gambar itu.
"Bunda, katanya Bunda tidak bisa punya anak makanya Bunda sering kesini, Bunda jangan sedih ya. Via selalu berdo'a, agar nanti Bunda punya anak sendiri seperti Via yang ingin punya Ibu juga." hati Aira langsung mencolos mendengar ucapan Via, matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar dan dadanya terasa begitu sesak.
"Siapa yang bicara begitu, Sayang?" Tanya Aira dengan suara yang tercekat.
"Orang-orang disini, Bunda," jawab Via dengan polosnya. Aira tak sanggup membendung air matanya sehingga air mata itu tumpah dan langsung membasahi cadarnya.
"Sayang, bagaimana kalau Via jadi anak Bunda? Dengan begitu, Via punya ibu dan Bunda punya anak, bagaimana?" Tanya Aira yang seketika membuat Via langsung berbinar.
"Benar, Bunda? Bunda mau jadi ibunya Via?" Aira langsung mengangguk yakin dan Via pun langsung berhambur ke dalam pelukannya, Aira mendekap anak itu dengan erat.
Di saat yang bersamaan, Arsyad datang bersama ibu Kinan, pengurus panti asuhan itu.
"Sayang, sudah sore, kita harus pulang," seru Arsyad pada Aira.
"Mas, ada yang mau bicarakan," ucap Aira sembari mengucek matanya yang masih berkaca-kaca.
"Kamu nangis?" Tanya Arsyad cemas, ia langsung mendekati istrinya itu.
"Nggak, kok," jawab Aira namun tentu Arsyad tahu dia berbohong.
"Ada apa?" Tanyanya dengan lembut. Aira melirik Via yang tersenyum lebar padanya.
"Mas, aku ... aku ... bagaimana kalau kita mengadopsi Via menjadi anak kita?" Tanya Aira yang membuat Arsyad sedikit terkejut, ia menatap Aira dan Via bergantian. Hati Arsyad bergetar menatap mata istri dan anak kecil itu, tatapan mereka seolah memohon, memelas, begitu sendu.
"Kamu mau menjadi anak kami, Via?" Tanya Arsyad, ia berlutut di depan anak itu sehingga wajah mereka kini sejajar.
"Mau ... mau...." jawab Via antusias yang membuat Arsyad terkekeh.
Sementara Ibu Kinan juga tampak bahagia jika memang Via akan di adopsi oleh Arsyad dan Aira, pasangan yang terkenal sangat baik.
"Baiklah, besok kami akan kembali dan membawamu pulang," ucap Arsyad sambil mengusap kepala Via.
"Kenapa tidak sekarang saja?" Tanya Via tak sabar.
"Sayang, masih ada beberapa surat yang harus di persiapkan, supaya Via bisa resmi menjadi anak Bunda," kata Aira dengan lembut dan Via pun mengangguk mengerti.
"Baik, Bunda."
...***...
"Apa? Kalian ingin mengadopsi anak?" Tanya Ummi Ridha dan ia terlihat sangat terkejut setelah Arsyad mengutarakan keinginannya untuk mengadopsi anak.
"Iya, Ummi. Setidaknya itu bisa menjadi penghibur kita sambil menunggu Aira hamil," jawab Arsyad, ia menggengam tangan istrinya itu dengan lembut.
Ummi Ridha menatap menantunya itu kemudian ia bertanya. "Yang ingin mengadopsi anak itu Arsyad atau kamu, Aira?"
"Sebenarnya aku yang mau, Ummi," jawab Aira jujur dan ibu mertuanya itu pun langsung terkekeh.
"Baiklah, Ummi setuju, asal kalian bahagia, Ummi juga bahagia," ucap Ummi Ridha yang membuat Aira langsung tersenyum sumringah. "Anaknya perempuan atau laki-laki?"
"Perempuan, Ummi. Namanya Via, usianya 6 tahun, dia cantik, pintar, sopan." Aira menjawab dengan antusias yang membuat Arsyad dan Ummi Ridha tertawa kecil.
"Nanti Ummi ikut kalau kalian mau menjemput Via," ujar Ummi Ridha yang juga tampak antusias.
Aira tentu sangat bahagia, meskipun ia belum melahirkan anak, tapi setidaknya ia akan segera memiliki anak. Begitu juga dengan Arsyad, ia bahagia akan segera memiliki seorang putri walaupun itu hanya anak adopsi.
...***...
"Ya Rabb..." Aira mengangkat tangannya ke langit, dan dengan suara lirih ia memohon pada Allah seperti permohonan di setiap sujudnya selama lima tahun ini.
"Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang maha kuasa atas segala sesuatu, yang maha mendengar dan pengasih. Ya Rabb, hamba-Mu yang lemah ini memohon belas kasih dari-Mu. Karuniakanlah pada kami seorang anak yang sholeh, yang Engkau Ridho'i kehadirannya, yang akan menjadi pelengkap hidup kami, aku merindukan kehadirannya, ya Rabb.
Aku memohon pada-Mu. Dengarkanlah do'aku dan kabulkanlah. Bukankah Engkau telah berfirman pada kami, Ud'uni astajib lakum! Dan aku selalu setia berdo'a padamu, kabulkanlah do'aku, keinginanku."
Air mata Aira mengalir deras saat mengingat apa yang di katakan Via, apakah ia sungguh tak bisa punya anak?
Segala terapi sudah ia dan Arsyad lakukan, bahkan ia dan Arsyad sampai periksa ke Dokter di Singapore, dan semua hasil pemeriksaan itu menyatakan Aira dan Arsyad sama-sama sehat, tidak ada masalah apapun pada diri mereka.
"Ya Rabb, aku sangat bersyukur dengan kehadiran Via dalam hidupku. Tapi aku memohon pada-Mu, izinkan aku menjadi ibu seutuhnya, izinkan aku melahirkan darah dagingku sendiri, aku memohon dengan segenap jiwaku, Ya Rabb."
Arsyad terbangun saat mendengar suara lirih Aira, ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya kemudian ia melirik jam dinding, masih jam setengah 3. Arsyad duduk di tepi ranjang, menunggu sang istri menyelesaikan do'anya.
Setelah Aira selesai berdo'a, Arsyad langsung menghampirinya. "Kenapa aku nggak di bangunin, Sayang?" Tanya Arsyad sambil menguap.
"Kamu keliatannya capek banget, Mas. Lagian masih ada waktu untuk sholat tahajud," jawab Aira sambil tersenyum.
Arsyad menatap mata Aira yang berkaca-kaca, bahkan pipinya masih basah karena air matanya.
"Jangan menangis, kita akan segera punya putri yang cantik, hm." Aira tersenyum dan mengangguk, saat Arsyad hendak menyentuh pipinya, Aira menghindar.
"Aku malas yang mau wudhu lagi, Mas," ucap Aira merengek. Tak kehabisan akal, Arsyad melapisi tangannya dengan mukena Aira kemudian menghapus sisa air mata di pipi Aira.
"Menangislah hanya saat ada aku, supaya aku bisa menghapus air matamu."
...TBC......