Niana Lestari,gadis berusia 18 th terpaksa harus menerima perjodohan yang dibuat oleh almarhum sang kakek dengan anak dari anak angkat sang kakek.
Irlan Pratama,laki-laki berumur 26 th adalah laki-laki yang dijodohkan untuk Niana.
Apa yang terjadi setelah pernikahan mereka?
Mengapa mereka harus bercerai di usia pernikahan yang masih 3 bulan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Pagi ini Nia terbangun dengan mata yang bengkak akibat menangis semalaman.
Nia menghirup dalam-dalam oksigen sambil memejamkan mata. Dan menghembuskannya perlahan.
Kemudian duduk di atas tempat tidurnya.
"Semangat!!!! Lebih cepat berakhir lebih baik.!" Nia bermonolog menyematkan dirinya
Nia mengambil hp dari atas nakas. Dia mengirim pesan kepada suaminya.
Nia : jangan lupa nanti datang di rumah mama-papa sehabis pulang kerja.
Irlan : iya,aku inget.
Nia : Aku gak akan cerita sama mama-papa dulu,jadi nanti kamu yang harus cerita semuanya sama orangtua kita.
Setelah mengirim pesan yang terakhir Nia langsung beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Nia masuk ke dalam bathup untuk merelaksasikan tubuhnya,mengendurkan saraf-sarafnya yang tegang karena memikirkan masalah rumah tangganya.
Sedangkan di kantor Irlan. Seperti biasa sebelum berangkat kerja Irlan menyediakan sendiri kebutuhannya karena Melda yang tidak ingin di ganggu saat sedang tidur.
Disibukkan dengan setumpuk dokumen mata Irlan juga fokus ke layar laptop.
Tapi setelah mendapat pesan dari Nia konsentrasinya terpecah.
Ia mengguyar rambutnya ke belakang,memikirkan bagaimana cara memberitahu kepada orangtua dan mertuanya.
Dia memang sudah siap menerima semua konsekuensinya,tapi dia tidak mau kalau sampai hubungan kedua keluarga memburuk hanya karena dirinya.
Jadi dia harus memikirkan strategi yang tepat.
"Ternyata mikirin masalah rumah tangga lebih runyam daripada mikirin gimana cara menangin tender." Lirih Irlan frustasi.
Dia mengambil hp nya dan melakukan panggilan ke no papi Tian.
"Halo pi.."
"Kenapa?"
"Papi bisa dateng nanti sama mami jam tujuh malam ke rumah Papa Niko?"
"Ada apa memangnya?"
"Ada yang mau aku dan Nia sampaikan."
"Apa sudah ada kabar baik?" Tebak papi Tian
"Nanti aja pi kita bicarain disana. Ya udah,Irlan lanjut kerja dulu. Kita ketemu disana." Irlan tidak menjawab pertanyaan papinya.
Setelah melakukan panggilan dengan papi Tian,Irlan melanjutkan pekerjaannya.
Baru saja membuka beberapa lembar dokumen,hp Irlan berbunyi tanda ada pesan masuk. Irlan membuka hp nya,ternyata pesan dari Melda.
Melda : yank..transferin aku uang lima puluh juta donk,aku mau beli sepatu. Ini sepatu limited edition yank,jadi harus garcep yank.Transfer sekarang yah yank,aku tunggu.
Irlan menghela nafasnya. Tidak mau pikirannya makin runyam kalau sampai telat mentransfer,Irlan pun mentransfer uang sebesar yang Melda minta.
Dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Nia sedang bersiap-siap berangkat ke rumah orangtuanya. Dia berencana untuk ke supermarket terlebih dahulu.
Dia ingin memasakkan makanan spesial untuk suaminya dan mertuanya untuk yang terakhir kalinya sebagai istri dan menantu.
Taksi online yang dipesan pun tiba. Nia bergegas keluar dari kamarnya dan tidak lupa berpamitan kepada Bik Imah.
"Bik,Nia pergi dulu yah. Titip rumah." Kata Nia kemudian berlalu dari hadapan Bik Imah.
Mobil pun melaju menuju supermarket.
Sampai di supermarket Nia langsung mengeluarkan catatan kecil yang dia tulis sebelum berangkat.
Nia mencari satu persatu bahan-bahan yang ada di catatan itu dan memasukkan ke dalam troli.
Sambil memilih bahan-bahan dia teringat saat dirinya dengan Irlan belanja bersama untuk kebutuhan dapurnya pertama kali.
Betapa bahagia dirinya,dia merasa seperti pasangan suami-istri yang sesungguhnya saat itu.
Tapi apalah daya,sebentar lagi semua akan menjadi kenangan.
Nia menggeleng-gelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya sendiri.
"Lupain..lupain..lupain" Nia mensugesti dirinya.
Dia kembali melihat catatannya dan mencari bahan-bahan yang ada di dalam catatan.
Bahan-bahan sudah terbeli. Kini Nia melanjutkan perjalanan kerumah orangtuanya.
Dia kembali memesan taksi online. Tak berapa lama taksi online pun datang.
Taksi yang membawa Nia kini sudah sampai di depan rumah orangtua Nia.
Nia masuk ke dalam rumah dengan membawa dua kantong plastik besar yang berisi bahan-bahan untuk memasak.
"Mbak Surti..Mbak Sukma..yuhuuuuuu" Nia memanggil dua asisten dirumah orangtuanya itu.
Surti dan Sukma pun berlari kecil menghampiri ke arah suara yang sangat mereka kenal.
"Iya non.." Surti dan Sukma kompak menjawab.
"Mama sama papa mana mbak?" Nia melihat kondisi rumah yang sepi.
"Ibu pergi ke kantor non,nganter makan siang untuk bapak." Jawab Sukma sambil mengambil kantong plastik dari tangan kanan Nia dan Surti mengambil kantong plastik dari tangan kiri Nia.
"Tolong di susun dulu yah mbak,aku mau ganti baju dulu. Aku mau masak spesial hari ini." Nia berlalu dari Sukma dan Surti menuju kamarnya di lantai dua.
Ceklek.
Pintu kamar Nia terbuka.
Nia begitu merindukan kamarnya apalagi ranjangnya yang menjadi saksi bisu ke malasannya.
Dia melihat setiap sudut kamar,tidak ada yang berubah. Walau Nia sering datang kerumah orangtuanya tapi semenjak menikah,Nia hanya sekali menginap disana itupun karena Irlan keluar kota.
Tapi kalau dirumah mertuanya hampir setiap weekend Nia dan Irlan menginap dirumah orangtua Irlan.
Tidak adil memang,tapi mau gimana lagi itu sudah kodrat seorang istri yang harus lebih mementingkan keluarga suaminya dibanding keluarganya sendiri.
Nia mengganti bajunya dengan baju rumahan miliknya yang masih tersimpan rapih di dalam lemari.
Setelah mengganti baju, Nia turun kebawah menuju dapur.
Nia mulai menyiapkan bahan-bahan.
Hari ini dia ingin membuat ayam kecap dan sup ayam jamur kesukaan papi Tian,gurame asam manis kesukaan mami Nita dan ayam goreng,sambal terasi dan capcai kesukaan suaminya.
Dibantu Sukma dan Surti membuat acara memasak di dapur di bumbui dengan gibah tipis-tipis.
"Wah...wah...wah..pada ngomongin apaan sih sampe-sampe mama dateng pada gak sadar." Kata mama Dena yang baru datang.
"Ini mah si Sukma katanya naksir Agus satpam komplek." Nia membuka rahasia Sukma.
Sukma yang di sudutkan tertunduk malu.
Mama Dena yang melihat kedekatan anaknya dan para art di rumahnya sangat senang.
Ini lah hal yang sangat dirindukan mama Dena setelah Nia menikah,kehebohan Nia dan para art nya saat sedang berkumpul di dapur membuat suasana rumah yang sepi beberapa bulan terakhir menjadi hidup kembali.
"Kamu lagi masak apa?" Tanya mama Dena melihat panci dan wajan yang ada di atas kompor.
"Masak ayam kecap sama sup ayam jamur kesukaan papi Tian mah.."
"Terus itu mau masak apa?" Melihat ikan gurame yang sedang dibersihkan Surti.
"Mau bikin gurame asam manis kesukaan mami Nita" jawab Nia sambil tangannya memotong-motong bawang bombay.
"Cuma bikin makanan kesukaan mertua mu aja,makanan kesukaan mama-papa dan suami mu gak kamu buatin sekalian?" Mama Dena cemburu.
"Kalau untuk mama sama papa setiap hari nanti aku bikinin,tapi spesial hari ini aku mau bikin sesuatu yang berkesan untuk mertua dan suami aku." Nia menutup matanya karena pedih saat memotong bawang bombay.
Mama Dena mengernyitkan keningnya tanda tidak paham akan kata-kata putrinya.
"Emang ada apa sih sampe-sampe mertua kamu,kamu suruh kesini?" Mama Dena mulai mencari-cari sedikit bocoran.
Mama Dena sudah tau kalau besannya akan datang kerumahnya atas permintaan Irlan. Karena saat mama Dena berada di kantor suaminya Mami Nita menghubungi dirinya.
"Nanti juga mama tau." Nia menjawab dengan senyuman ke arah mamanya.
Membuat mama Dena semakin curiga.
"Apa ada kabar baik?" Mama Dena menebak.
Nia mengangkat bahunya.
"Bukan kabar buruk kan?" Tebak mama Dena lagi.
Nia kembali mengangkat bahunya.
Benar-benar membuat mama Dena penasaran.
"Mudah-mudah bukan kabar buruk" batin mama Dena.
Mama Dena beranjak dari dapur menuju kamarnya untuk berganti baju sebelum membantu anaknya memasak di dapur.
Masakan pun sudah siap dan tertata rapih di meja makan. Nia dan mama Dena juga sudah rapih menunggu kedatangan Irlan beserta orangtuanya.
Papa Niko yang baru lima belas menit yang lalu sampai,kini sudah siap dan ikut menunggu kedatangan menantu dan besannya.
Pikiran Nia kembali teringat pada saat Irlan dan kedua orangtuanya datang untuk membicarakan perihal pernikahan mereka.
Sungguh tak disangka sekarang kedua keluarga kembali berkumpul setelah dua bulan lebih,tapi kali ini harus membicarakan tentang perpisahan.
btw, kunjungi juga karyaku ya😁🙏🏻