Cerita ini lanjutan dari Terjebak cinta CEO Dingin.
Bagaimana jadinya seorang Kafka Arsalan Iskandar yang merupakan pimpinan Black Serpent yang terkenal kejam dan tidak pernah jatuh cinta dalam hidupnya begitu terobsesi pada seorang gadis yatim piatu yang bernama Mahira Salim yang di buang oleh keluarganya setelah kematian Ayahnya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya.Yuk simak!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegalauan Mahira
"Jadi Olivia anaknya Ivanka?," tanya Zaki setelah Devano menceritakan hasil penyelidikannya. Ia teringat akan Ivanka yang merupakan Kakak satu ayah dari sang istri. Sudah sangat lama sekali ia dan Kinar hiang kontak dengan Ivanka, 25 tahun yang lalu saat Ivanka memutuskan menikah dengan seorang pria kaya dan memilih tinggal di luar negeri.
"Iya Uncle," jawab Devano.
"Jadi benar Ivanka adakah Kakaknya Mommy, Dad?," tanya Arsa.
Zaki mengangguk kecil."Iya, Kakak satu ayah," jawab Zaki membenarkan.
"Lalu dimana Olivia sekarang?," tanya Zaki. Arsa semalam sudah berjanji padanya untuk membawa wanita itu ke hadapannya.
"Di suatu tempat Uncle," ujar Devano yang menjawab pertanyaan Zaki.
"Dad, sangat terpaksa ulang tahun perusahaan di undur. Semua uang yang dibawa kabur Oliva sudah dipergunakannya. Hanya beberapa saja yang kembali, perusahaan mengalami kerugian Dad dan tidak mungkin kita tetap mengadakan acara," ucap Arsa.
"Ya, mana yang baik saja. Dan bagaimana untuk kerugian ini Arsa?," tanya Zaki.
"Akan aku gunakan uangku untuk menutupinya Dad, anggap saja ini bayaran atas kelalaianku," jawab Arsa.
"Meski sudah aku tutupi. Ulang tahun perusahaan tetap di undur Dad. Kita juga harus mencari pengganti untuk menempati posisi yang di duduki Olivia," ucap Arsa.
"Ya baiklah. Dan untuk kedepannya berhati-hatilah Arsa agar hal seperti ini tidak terjadi lagi," jawab Zaki. Sejak dulu perusahaan selalu merayakan hari jadi nya dan karyawan pasti akan sangat kecewa kalau perayaan tahun ini gagal.
"Devano, kamu siapkan meeting kita dengan jajaran perusahaan!," ucap Arsa.
Devano berdiri dari duduknya."Baiklah Kak," angguk Devano.
Dan akhirnya dengan sangat terpaksa ulang tahun perusahaan di undur satu atau dua minggu lagi karena saat ini perusahaan mengalaminya kerugian akibat ulah Olivia. Wanita itu semalam sudah di tahan oleh Devano dan Arsa. Saat ini sedang berada di sebuah tempat rahasia.
***
Arsa menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia semalam tidak pulang ke markas karena ia menginap di apartemennya yang jaraknya tidak jauh dari perusahaan. Dan ia tidak bertemu dengan Mahira sejak semalam, ia membuka ponselnya melihat cctv yang ada di kamarnya. Ia ingin tahu apa yang dilakukan Mahira pagi ini.
Arsa tersenyum kecil saat melihat Mahira berjalan mondar-mandir di kamar membersihkan kamar sebelum ia berangkat kerja. Dan saat Mahira berganti pakaian juga tidak luput dari perhatiannya saat ini. Dan saat Mahira meminum obat pencegah kehamilannya sebuah senyuman penuh misteri terbit di bibir Arsa.
"Huh... wanita ini benar-benar membuatku gila," gumam Arsa memejamkan matanya membayangkan bagaimana semalam di Villa ia dan Mahira menikmati ibadah suami istri mereka. Tubuh Mahira benar benar sudah membuatnya mabuk kepayang.
Arsa mengirimkan pesan pada Mahira dan akan menjemput nya nanti sore. Ia rindu sekali pada wanita itu, entahlah ia juga tidak mengerti kenapa ia bisa seperti ini.
Sementara itu di luar, Devano dikejutkan dengan kedatangan Queen ke perusahaan. Pria itu langsung menarik Queen ke dalam ruangannya, takutnya ada yang melihat mereka berdua.
"Queen kenapa kesini?," tanya Devano. Hubungannya dengan Queen belum diketahui kedua keluarga, ia takut Arsa tahu dan malah menambah masalah nantinya
"Aku tadi kebetulan lewat sini Dev, ya aku putuskan untuk mampir. Memangnya kenapa sih?, kamu sibuk ya?," tanya Queen.
"Sangat Queen," jawab Devano.
"Ya ya aku tahu bagaimana menjadi asisten eksekutif Kakakku itu. Pasti kamu sangat sibuk sekali. Kenapa sih Dev kamu tidak meneruskan usaha Daddy kamu saja," ucap Queen berdiri tepat di depan Devano.
"Queen aku tidak punya banyak waktu sekarang. Sekarang pulanglah, kembali ke butikmu," jawab Devano
"Dev, kamu ngusir aku?," tanya Queen.
"Queen, hubungan kita belum diketahui keluarga termasuk Kak Arsa, mengertilah. Aku janji akan segera memberitahu kedua orang tua kita tapi tidak sekarang," jawab Devano melingkarkan tangannya di pinggang Queen.
"Devano... bagaimana-- Arsa tidak melanjutkan ucapannya saat melihat keberadaan adiknya disini. Ia menatap penuh selidik pada keduanya.
"Kak...
Arsa mengangkat tangannya keatas meminta Queen untuk diam. Tidak biasanya Queen datang ke sini dan yang membuatnya curiga adalah posisi berdiri Queen dan Devano sangat dekat dan tadi ia tidak sengaja melihat melihat Devano melingkarkan tangannya di pinggang adiknya.
"Devan, apakah ada sesuatu yang ingin kamu jelaskan?," tanya Arsa menatap dingin pada Devano.
Devano menghela nafas beratnya."Kak...aku dan Queen menjalin hubungan," jawab Devano. Tidak mungkin ia membohongi Arsa karena itu sama saja menambah masalah. Lebih baik jujur terserah apa tanggapan Arsa.
"Sejak kapan?," tanya Arsa.
"Malam kemarin Kak," jawab Devano dengan gentleman mengakui semuanya dengan jujur.
"Minta kedua orangtuamu untuk melamar adikku. Aku tidak ingin kalian pacaran, takutnya kalian salah jalan," ucap Arsa. Tadi saja Devano sudah berani berduaan di ruangannya ini bersama Queen dan yang lebih parahnya tadi Devano melingkarkan tangannya di pinggang Queen.
"Kak tidak secepat itu," jawab Devano.
"Kenapa?. Kamu tidak serius dengan Adikku?," tanya Arsa.
"Serius Kak tapi--
"Tidak ada tapi-tapian Devan," jawab Arsa.
***
Waktu terus berlalu, seminggu yang lalu kedua orang tua Devano melamar Queen di kediaman orangtuanya. Dan pernikahan keduanya akan dilangsungkan satu bulan lagi dari sekarang. Kedua keluarga awalnya terkejut dan tidak menyangka kalau keduanya menjalin hubungan karena mereka pikir keduanya sudah seperti saudara sebab keduanya sejak kecil sudah tumbuh bersama.
Dan Arsa, ia masih merahasiakannya pernikahannya dengan Mahira. Tidak terasa hampir satu bulan keduanya menikah dan hubungan mereka tetap seperti itu saja. Ia belum ada rencana untuk mengatakan pada publik dan kedua orangtuanya tentang pernikahannya.
"Besok malam ulang tahun perusahaan, gaun untukmu sudah aku siapkan di lemari. Pakailah!.," ucap Arsa.
"Ya," angguk Mahira. Ia memang di undang sebagai pimpinan perusahaan miliknya. Perusahaannya sudah satu bulan ini bekerja sama dengan perusahaan Arsa dan itu artinya secara tidak langsung keduanya adalah rekan bisnis.
"Kamu akan berangkat bersama Fara, tidak apa apa kan?," tanya Arsa.
"Hem," jawab Mahira. Ia sedikit kurang enak badan sejak kemarin. Tapi ia tidak memberitahu Arsa, selagi tidak demam dan bisa beraktivitas ia tidak akan mengeluh sakit.
Arsa mengerutkan keningnya melihat sikap cuek Mahira. Ia menoleh pada Mahira yang sibuk dengan laptopnya. Apakah terjadi sesuatu pada Mahira?.
"Kamu kenapa?," tanya Arsa.
Mahira menghela nafas beratnya lalu menggeleng kecil."Tidak ada apa-apa. Hanya masalah pekerjaan yang akhir-akhir ini begitu banyak, saya harus memperbaiki semua sistem perusahaan karena banyak yang tidak beres," jawab Mahira.
"Perlu bantuanku?," tanya Arsa menatap wajah lelah Mahira.
"Tidak usah Tuan, saya bisa mengatasinya," jawab Mahira mengulas senyuman tipisnya.
Arsa mengangguk."Jaga kesehatan," ucap Arsa perhatian.
"Ya," jawab Mahira.
Arsa mengambil laptop yang ada diatas pangkuan Mahira dan memindahkannya keatas meja. Ia tidak tega melihat Mahira tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Dilanjutkan besok saja. Kamu bisa jatuh sakit jika terus memaksakan diri," ucap Arsa.
"Tapi...
"Menurut lah Mahira!," ucap Arsa dengan tegas saat Mahira membantah ucapannya.
"Sekarang tidurlah!," sambung Arsa menyimpan hasil ketikan Mahira di laptopnya tadi lalu menutup laptop itu dan menyimpannya.
Mahira sesaat terdiam melihat apa yang Arsa lakukan. Entah sampai kapan hubungan seperti ini mereka jalani, ia takut lama kelamaan merasa nyaman dengan sikap Arsa yang seperti ini. Sekarang masih satu bulan, ada sebelas bulan lagi kebersamaan mereka.
"Ayo tidur!," ucap Arsa melihat Mahira malah melamun.
"Ya," jawab Mahira.
Mahira memejamkan kedua matanya setelah Arsa membawanya kedalam pelukannya. Ia kembali membuka mata dan menatap Arsa yang sudah memejamkan kedua matanya. Pria ini begitu sangat tampan, bagaimana bisa menjadi suaminya. Mungkin saja banyak di luaran sana yang menginginkannya. Ia takut suatu hari nanti malah jatuh cinta pada Arsa, ia takut perasaan itu hanya bertepuk sebelah tangan saja.
...****************...
suka kali menggantung kaya jemuran thor
biar pada bucin