NovelToon NovelToon
MENYESAL

MENYESAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bunaya

Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.

Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.

Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.

Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?

Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis

Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?

Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Sakit Jiwa

"Rinda tunggu!" Dita mengejar Rinda yang sudah keluar dari pintu utama kediaman keluarga Riza.

"Kamu putus dengan Danis?" Dita bertanya setelah dia berada dekat dengan Rinda.

"Bukan urusan kamu," jawab Rinda, sambil berlalu begitu saja.

Seharusnya Dita tidak perlu mempertanyakan masalah itu padanya. Dita tahu betul prinsip hidup Rinda tentang pasangan hidup. Tidak ada maaf untuk yang namanya selingkuh.

"Tentu saja jadi urusan ku. Aku ingin tahu, bagaimana rasanya dikhianati oleh pria yang kamu cintai? Apa lagi dia berkhianat dengan sahabat kamu sendiri."

Rinda menatap Dita dengan tatapan tidak percaya. Terbuat dari apa hati sahabatnya ini. Kemana Dita yang manis dan baik hati. Atau selama ini Dita menggunakan topeng. Dan Dita yang sekarang adalah Dita yang sebenarnya.

"Makanya Nda, jangan jual mahal. Kabur kan, pacar kamu. Pria itu maunya yang enak. Sekali dikasih, dia minta lagi dan lagi." Dita kembali bicara. Bicara yang tidak pernah Rinda duga akan keluar dari mulut sahabatnya.

"Aku sarankan sebaiknya kamu pergi ke psikiater atau psikolog," jawab Rinda lalu masuk ke dalam mobil. Sahabatnya itu sepertinya mengalami depresi berat, sehingga berprilaku seperti ini.

"Astaghfirullah." Rinda beristighfar, karena telah menganggap Dita sakit jiwa.

Rinda terkejut mendengar perkataan Dita yang sangat keterlaluan itu. Apa lagi ada anak kecil bersama mereka, meskipun Ardian berada di dalam mobil. Untungnya pengasuh Ardian cepat tanggap, dengan menutup telinga Ardian. Tapi tidak mengurangi rasa ingin tahu anak laki-laki itu. Karena Dita tertawa sendiri setelah bicara hal yang tidak wajar.

"Tante Dita kenapa Mi?" Ardian bertanya pada Rinda, karena melihat Dita tertawa sendiri.

"Mungkin tante Dita sedang senang," jawab Rinda beralasan.

Rinda boleh mencari alasan yang terbaik menjawab pertanyaan Ardian. Sejujurnya hatinya sedih melihat Dita jadi seperti ini. Bukan malu ketahuan berzina, Dita justru bangga akan hal itu. Sepertinya memang ada yang tidak beres dengan kejiwaan sahabatnya itu.

"Aku tidak gila, Nona sempurna, Rinda Savina."

"Non, Saya jadi takut," ucap pengasuh Ardian.

"Doakan agar Dita kembali ke jalan yang benar Mbak," jawab Dita. Dia tidak bisa berkomentar apa-apa tentang Dita saat ini, selain mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya itu.

Dalam hati Rinda, dia justru berterima kasih pada Dita. Dengan begitu, Rinda jadi tahu Danis yang sebenarnya. Bukan berarti Rinda membenarkan kelakuan Dita, apalagi terhadap kakaknya. Itu tidak bisa ditoleransi.

"Kita berangkat sekarang," ucap Rinda lagi.

"Anak mami sudah siap sekolah hari ini?" Rinda beralih pada Ardian.

"Siaaaap Mi," jawab Ardian bersemangat.

"Kita awali dengan?"

"Doa," sahut Ardian.

Rinda mengusap sayang pucuk kepala putra kesayangannya itu. Ardian semakin hari semakin mirip dengan Rendi. Bukan hanya wajah, tapi juga sikap dan kecerdasannya.

Setelah Ardian selesai berdoa, Rinda melajukan kendaraannya. Tujuan pertama adalah sekolah Ardian. Hari ini, Rinda sengaja meminta pengasuh putranya untuk ikut mengantar Ardian. Setelah itu, mereka langsung ke rumah sakit, menggantikan bunda Nara menjaga ayah Riza.

Rinda sudah mengajukan izin tidak bekerja untuk beberapa hari. Untungnya ada Delia yang membantu membuat surat izin untuknya. Tanpa Rinda ketahui, Keenan langsung yang meminta izin Rinda tidak bekerja pada pimpinan cabang.

"Bunda sarapan dulu, baru pulang," ucap Rinda.

"Kamu yang masak Neng?" Ayah Riza yang bertanya.

Rinda mengangguk. "Ayah mau?" tanyanya.

"Kamu pasti repot, harus masak, ngurus Ardi juga," ucap bunda Nara.

"Tidak ada yang merepotkan, selama kita mengerjakannya dengan lapang dada dan ikhlas." Rinda menjawab sambil tersenyum lebar. Kalimat yang baru saja di sampaikan adalah kalimat nasehat yang sering ayah Riza sampaikan padanya.

"Kamu itu, suka sekali membeo omongan Ayah." bunda Nara yang berkomentar.

"Bukan membeo Bun. Itu tandanya si Neng mendengarkan," ucap ayah membela putri bungsunya.

"Ayah, Bunda, boleh Nda bertanya sesuatu?" Rinda ingin bertanya tentang Dita yang ternyata bukan anak kandung mama Ana dan papa Heru.

"Apa ada masalah?" Bunda Nara yang bertanya.

"Tentang Dita," jawab Rinda.

"Kenapa lagi anak itu?" Sahut bunda Nara.

"Ayah sama Bunda kenal ibu kandung Dita?"

Ayah Riza dan bunda Nara sama-sama diam dan saling pandang. "Dari mana kamu dengar berita itu?" tanya bunda Nara, setelah dia dan ayah Riza bertanya dalam diam.

"Kesehatan Ayah bagaimana?"

Rinda mengalihkan pembicaraan. Pertanyaan bunda Nara jelas, kedua orang tuanya tahu masalah ini. Dan mereka ikut menyimpan rahasia dengan baik.

"Dokter bilang, ayah sudah boleh pulang sore nanti." jawab ayah Riza.

Rinda senang mendengar penjelasan ayah Riza. Itu berarti kesehatan ayahnya sudah membaik. Rinda juga merasa tidak enak dengan om Cipto, kalau ayah Riza terlalu lama di rawat di rumah sakit. Biaya untuk ruangan ini tidak sedikit. Rinda berjanji, akan menganti biaya pengobatan ayah Riza secepatnya.

Untuk masalah orang yang menabrak ayah Riza, mereka serahkan pada paman Reza. Pamannya lebih paham masalah hukum.

"Nda, kamu tahu dari mana masalah Dita?" Bunda Nara masih penasaran. Sehingga dia kembali mengulang pertanyaannya.

"Mama Ana. Dia sudah memberitahu Dita yang sebenarnya," jawab Rinda.

"Bunda setelah sarapan langsung pulang. Tidak perlu ke rumah sakit lagi. Nanti sore Ayah biar pulang sama Nda saja. Ini kunci mobil, Nda pakir dekat gerbang utama. Nanti biar ditunjukkan sama mbak Sri," ucap Rinda lagi.

"Pakai kendaraan apa? Mobil kamu kan, bunda bawa pulang," balas bunda Nara.

"Mobil ayah yang tertinggal di kantor, nanti siang mau diantarkan rekan kerja ayah ke sini. Sekalian, mereka mau menjenguk ayah."

"Kamu tahu dari siapa? Danis?" Tanya bunda Nara.

Rinda mengangguk. Waktu diperjalanan mengantarkan Ardian ke sekolah, Danis menghubunginya. Rinda terpaksa mengangkat panggilan tersebut, karena Danis menghubunginya berkali-kali.

"Anak itu anak baik sebenarnya. Tapi, -."

"Bunda." Ayah Riza memotong ucapan bunda Nara.

Sebaik apapun Danis, dia tidak bisa menahan hawa nafsu. Ayah Riza tidak ingin putrinya terus-terusan terluka oleh pria seperti itu. Ayah Riza sebenarnya kecewa berat dengan Danis. Menyayangkan, pria yang dia kira tepat untuk Rinda, ternyata kalah oleh hawa nafsu.

Bagaimana Danis bisa menjaga keluarganya kelak, jika dia tidak bisa menjaga diri dengan godaan wanita lain. Sayangnya ayah Riza belum tahu kelakuan menantu laki-lakinya. Yang tergoda dengan Dita bukan hanya Danis. Tapi, menantunya juga tergoda. Bahkan jadi yang pertama yang menyentuh Dita. Dan itu terjadi, jauh sebelum Dita melanjutkan pendidikannya keluar negeri.

"Dita itu cantik, tidak salah jika Danis tergoda olehnya," ucap Rinda yang tahu maksud ucapan bunda Nara selanjutnya.

"Cantik fisik tidak akan abadi. Cantik hati, itu yang susah di cari. Anak-anak bunda memiliki semuanya. Kalian cantik fisik dan cantik hati."

Rinda tahu, bunda Nara hanya membesarkan hatinya. Jelas sejak kecil, Dita itu sudah cantik. Banyak yang memujinya. Bahkan banyak anak laki-laki yang mendekati Rinda, hanya untuk berkenalan dengan Dita. Karena sejak dulu, Dita tidak suka berteman dengan sembarang orang.

Berbeda dengan Rinda. Dia sangat suka ikut organisasi, membuatnya banyak memiliki teman dan mudah bergaul. Dunia kedua sahabat itu memang berbeda sejal dulu. Mereka berteman karena keadaan dan lingkungan saja. Secara prinsip, keduanya jauh berbeda.

Di Jakarta, Riska tidak banyak bicara seperti biasanya. Dan itu membuat Jay merasa heran. Istrinya juga tidak kembali ke kamar utama setelah menemani anak-anak mereka tidur. Tidak seperti biasanya. Jay jadi tidur sendiri, sepanjang malam.

Meskipun siang Jay bertemu Dita, dia tidak pernah tidak pulang ke rumah. Selain agar istrinya tidak curiga, Dita juga tidak bisa diajak menginap. Sama seperti Jay, agar tidak dicurigai orang tuanya. Kecuali, saat Jay menemui Dita diluar negeri. Mereka bisa puas menghabiskan waktu berdua.

"Sayang." Jay memanggil Riska yang masih sibuk membantu si kembar mengenakan seragam sekolah.

Riska mual mendengarnya. Jika dulu dia berbunga-bunga hanya karena dipanggil sayang. Sekarang dia benci panggilan itu. Riska hanya menoleh sesaat, lalu kembali menyibukkan diri dengan kedua anaknya.

"Abang dengar kabar ayah kecelakaan. Kamu tidak pulang ke Bandung?"

"Darimana Abang dengar kabar ayah kecelakaan?" Riska balik bertanya.

"Tante Ana. Dia mengubungi Abang."

"Tante Ana bisa menghubungi Abang? Kenapa Ris tidak bisa?"

Jay merutuki kebodohannya yang salah bicara. Jay hanya ingin memulai obrolan, tapi dia salah topik pembicaraan. Didiamkan Riska, membuatnya tidak nyaman.

"Abang bertemu dia," jawab Jay, mencari alasan.

"Tante Ana apa Dita?" Riska kembali bertanya.

Jay terlihat terkejut, namun Riska pura-pura tidak tahu saja. Rinda memintanya untuk tidak gegabah. Demi kebaikan anak-anak. Dan jangan sampai Jay tahu, dia sedang mempersiapkan perceraian. Riska harus pintar, jangan sampai hak asuh anak jatuh ke tangan suaminya. Begitu juga dengan harta gono gini, jangan sampai dikuasai Jay dan Dita.

"Abang bertemu mereka berdua," jawab Jay, yang lagi-lagi berbohong.

"Jadi Abang sudah jenguk ayah?"

Jay gelagapan sendiri mendengar pertanyaan istrinya. Makanya, jangan suka bermain api kalau tidak ingin terbakar. Sepandai-pandainya kamu menyembunyikan perselingkuhan yang kamu lakukan, suatu saat pasti akan ketahuan juga. Sama seperti papa Heru.

1
Yani
Kasianmmh Ana dan Riska sama di hianati suami
Yani
Ceritanya bagus seru 👍ttp semangat thor 💪💪
Yani
Bener" udah ga punya malu
Yani
Bener kaya Dita anak papa Heru kasihan mmh Ana di bohongi
Yani
Jangan" suaminya mmh Ana lagi
Yani
Oh... ternyata bukan anak kandung
Yani
Dasar ulet bulu
Yani
Jangan" suami kakak Rinda lagi
Yani
Oh.... ternyata Rinda punya dua kakak
Yani
Bagus Delia bongkar semuanya
Yani
Dasar perempuan licik semoga tidak terjadi apa" dgn ayahnya Rinda
Yani
Pasti orang suruhan si Dita
Yani
Jangan sampai Ayahnya Rinda meninggal thor
lanjut ttp semangat thor💪 ceritanya bagus 👍
Yani
Dasar ulet bulu
Yani
Betul CEO baru Rinda Keenan
Yani
Kayanya CEO baru Keenan deh
Yani
Kenalkan sama anaknya Rinda
Yani
Dita thor 🙏
Bunaya: Salam kenal Kak 🤗
Terima kasih untuk koreksinya
total 1 replies
Yani
Seru ni
Yani
Kebutuhan lain yang mendesak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!