Demi memenuhi wasiat sang ayah, Ziyana Syahira harus rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia kenali bernama Dirga Bimantara, seorang CEO yang terkenal dengan sikap dingin dan cuek.
Belum juga reda keterkejutan Ziyana akan pernikahan dadakannya bersama dengan Dirga. Ziyana kembali di kejutkan dengan sebuah kontrak pernikahan yang di sodorkan oleh Dirga. Jika pernikahan keduanya hanya akan terjalin selama satu tahun saja dan Ziya dilarang ikut campur dengan urusan pribadi dari pria itu.
Lalu, bagaimana jadinya jika baru 6 bulan pernikahan itu berjalan, Dirga sudah menjatuhkan talak pada Ziya dan diwaktu yang bersamaan Ziyana pun di nyatakan hamil?
Mampukah Ziyana jujur jika saat itu dia tengah hamil anak dari Dirga. Ataukah, Ziyana tetap memilih untuk pergi dengan merahasiakan keberadaan sang janin yang tumbuh dalam rahim nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SWA.Bab 12
"Ayo, Mas. Silahkan masuk." ucap Ziya, setelah dirinya dan juga Dirga tiba didepan sebuah pintu kamar rawat inap yang ada di salah satu rumah sakit yang ternyata tidak jauh dari gedung perusahaan milik keluarga Darmawan.
Meski masih bingung dengan siapa orang yang akan dia temui karena Ziya belum juga menjawab pertanyaan nya perihal siapa orang yang sakit itu dan kenapa dia mau bertemu dengannya. Dirga pun tetap melangkahkan kakinya memasuki ruangan rawat inap itu.
"Kalau boleh tahu, siapa yang sakit? Kenapa meminta untuk bertemu dengan ku?"
"Kita ke rumah sakit saja dulu. Nanti di sana, Mas juga akan tahi sendiri."
Begitu lah jawaban Ziya setiap Dirga bertanya tentang siapa orang yang ingin bertemu dengan nya. Hingga Akhirnya, Dirga pun tidak lagi bertanya dan hanya mengikuti kemana Ziya membawa nya pergi.
Tap...
Tap...
Tap...
Set...
Deg...
Seketika, Dirga dibuat terkejut hingga tubuhnya membeku di tempat. Dirga juga merasa jantung nya seakan terlepas dari tempatnya saat netranya menangkap sesosok gadis kecil dengan wajah yang pucat tengah terbaring di ranjang pasien.
Dadanya tiba tiba merasa penuh sesak, saat melihat tubuh gadis kecil yang di perkirakan berusia 5 tahun itu terbaring lemas dengan wajah yang pucat.
"Assalamualaikum," ucap Ziya, yang menyusul Dirga memasuki ruangan itu.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Kalian sudah datang?" jawab Umi Aisyah, yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu.
"Assalamualaikum, Umi. Apa kabar, sehat?" lanjut Dirga yang akhirnya tersadar dari lamunan nya dan segera menghampiri Umi Aisyah untuk menyalami wanita paruh baya itu.
"Wa'alaikum salam, Nak Dirga. Alhamdulillah, Umi sehat. Bagaimana dengan Nak Dirga sendiri? Sehat?"
"Alhamdulillah, Umi,"
"Syukurlah kalau begitu,"
"Tapi, ngomong ngomong siapa yang sakit Umi? Dan siapa yang ingin bertemu dengan____"
"Ayah."
Deg...
Seketika, Dirga kembali terkejut saat ada yang memanggil dirinya 'Ayah' dengan suara yang sangat lirih. Bahkan, Dirga sampai tidak bisa melanjutkan ucapan nya saat suara lirih itu menyerukan kata 'Ayah'.
Demi memastikan jika dia tidak lah salah dengar. Dirga pun sampai menoleh ke arah ranjang, dimana seorang gadis kecil tengah berbaring di sana dan menatapnya dengan tatapan penuh dengan kerinduan.
"Ayah. Ayah sudah datang?" ucapnya lagi, dengan suara yang sangat lemah.
Dan benar saja, suara itu berasal dari gadis kecil dengan wajah yang pucat. Yang saat ini tengah berbaring lemas di atas ranjang dan memanggilnya dengan panggilan 'Ayah'.
"Namanya Zingga. Pergi lah, temui dulu putrimu, Nak Dirga. Dia sudah menunggu kedatangan mu sejak lama." ucap Umi Aisyah yang kembali membuat Dirga kaget setengah mati.
Saking kagetnya, Dirga pun rafleks langsung menoleh kembali ke arah Umi Aisyah dan menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan penuh dengan tanya.
"Jangan bertanya dulu, nanti setelah ini akan kami jelaskan semuanya. Sekarang, lebih baik kamu temui dulu putrimu. Kami akan menunggu di luar." lanjut Umi Aisyah yang paham betul arti dari tatapan Dirga saat ini.
Wanita baya itu pun mulai melangkah, mendekati ranjang dimana cucu nya berbaring saat ini. Sebelum keluar, Umi Aisyah pun berpamitan terlebih dahulu kepada Zingga.
"Nenek sama Bunda keluar dulu ya, sayang. Zingga di sini, ditemani ayah dulu, ya?" pamit Umi Aisyah kepada cucunya, Zingga.
"Iya, Nek." jawabnya dengan sangat lirih.
Setelah mendengar jawaban dari Zingga. Umi Aisyah pun segera keluar ruangan dengan membawa serta Ziya bersamanya.
Meninggalkan Dirga dan juga Zingga di ruangan itu untuk temu kangen karena ini adalah pertemuan pertama mereka.
Sementara Ziya sendiri, lebih memilih terdiam. Karena jujur, Ziya masih kebingungan untuk menjelaskan kepada Dirga. Siapa Zingga sebenarnya.
Ziya benar benar tidak tahu harus mulai dari mana untuk memberitahu Dirga. Jika Zingga adalah putri biologisnya.
***
Sepeninggalan Umi Aisyah dan juga Ziya. Dirga yang masih shock dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui, masih saja diam terpaku di tempatnya.
Hingga akhirnya, Dirga di sadarkan kembali dari lamunan nya oleh suara lirih Zingga yang kembali memanggilnya Ayah.
"Ayah. Bisakah Ayah mendekat?" tanya Zingga kepada Dirga yang masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk.
Dengan perasaan yang bercampur aduk. Dirga pun mulai melangkahkan kakinya, mendekati ranjang dimana Zingga berbaring di sana.
Deg...
Jantung Dirga kembali berdenyut, dada nya kembali terasa sesak. Manakala melihat senyum manis Zingga yang begitu mirip dengan dirinya di masa kecil dulu.
Meski terlihat sangat lemah. Namun, Zingga tetap memaksakan dirinya untuk tersenyum di depan Dirga. Zingga merasa begitu bahagia, karena akhirnya dia bisa bertemu dengan ayah kandungnya.
"Ha_hai. Ba_bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Dirga, terbata di sela keterkejutan dan juga bingungan nya tentang sosok Zingga yang saat ini ada di hadapan nya.
"Insya Allah, Zingga akan baik baik saja, Ayah. Meski saat ini keadaan Zingga sedang kurang baik, tapi Zingga yakin kalau Zingga akan sembuh dan bisa cepat pulang biar kita bisa berkumpul bersama lagi di rumah." jawab Zingga, yang membuat dada Dirga berdenyut nyeri dan juga sesak.
Dirga pun kembali melangkah. Mengikis jarak antara dirinya dan juga Zingga saat melihat binar bahagia dimata gadis kecil itu saat bertemu dengan dirinya.
Tangan Dirga terulur, meraih tangan mungil Zingga yang terasa dingin saat dia menggenggam tangan mungil itu.
Rasanya, ingin sekali menangis saat tangan Zingga bergerak untuk membalas genggaman tangan dari Dirga. Namun, sekuat tenaga Dirga menahan agar air matanya tidak jatuh di depan gadis kecil itu.
"Kalau boleh tahu, kamu sakit apa sayang? Boleh kah Ayah tahu kenapa kamu ada di sini?" tanya Dirga, mencoba mengalihkan perhatian agar dia bisa kembali bernafas setelah merasa begitu sesak setelah bertemu dengan Zingga.
"Zingga juga tidak tahu Ayah. Soalnya, hanya Bunda yang tahu. Yang pasti, Zingga harus rutin datang ke rumah sakit untuk di periksa atau di rawat seperti sekarang. Kalau tidak, Zingga akan merasa sesak nafas, lalu pingsan," jelas Zingga yang kembali membuat dada Dirga penuh sesak, serasa di hantam bongkahan batu yang sangat besar saat mendengar jawaban dari Zingga.
"Baiklah. Sekarang, lebih baik Zingga istirahat dulu ya. Biar Zingga cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah." bujuk Dirga, agar Zingga mau bersitirahat.
Selain itu, Dirga juga sudah tidak sabar ingin menanyakan perihal siapa Zingga sebenarnya kepada Umi Aisyah dan juga Ziya.
Kenapa bisa bisanya, gadis kecil itu memanggil dirinya Ayah. Belum lagi dengan Umi Aisyah yang mengatakan jika Zingga adalah putrinya. Padahal, setahu Dirga, selama dia menikah dengan Ziya. Dirga tidak pernah menyentuh Ziya. Lalu, bagaimana bisa Dirga tiba tiba saja memiliki anak dari wanita itu.
seyia menanti kelanjutan ceritanya..😍
anak adalah preoritas, tapi readersmu juga gak mau digantung 😅😅😅✌