Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Nasib Yang Sama, Takdir Berbeda
Firasat orang tua memang tidak pernah salah. Pak Arman dan Bu Elis, akhirnya mengetahui hal yang sebenarnya. Elyana pada akhirnya berterus terang dengan apa yang terjadi dalam rumah tangganya.
Pak Arman dan Bu Elis, tidak bisa berbuat apa-apa atas pilihan Elyana yang mengungkapkan ingin berpisah saja dari Excel.
Walaupun Pak Arman begitu geram mendengar perlakuan Excel. Akan tetapi, sebagai orang tua, dia tidak bisa ikut campur ke dalamnya, kecuali kalau Elyana selama ini mengalami kekerasan dalam rumah tangga, Pak Arman pasti akan bertindak.
Namun, dari cerita yang Elyana ceritakan barusan, bahwa pada kenyataannya pernikahan mereka ternyata tidak tercatat di kedinasan, Pak Arman sangat marah dan murka atas perlakuan Excel. Excel seperti sudah menipunya.
"Jadi, pernikahan kalian tidak Excel daftarkan ke kantornya? Benar-benar, Excel telah menipu kita. Sepertinya dia memang dari awal sengaja menginginkan pernikahan kalian hanyalah sebentar. Karena Excel memang tidak mencintaimu," tutur Pak Arman.
Elyana tersentak, dia memang tahu kalau pernikahannya dengan Excel hanyalah perjodohan. Akan tetapi yang menjadi heran, kenapa sang ayah tahu kalau Excel tidak mencintainya?
"Jadi, Bapak sudah tahu kalau Mas Excel tidak mencintai aku sejak awal? Kenapa Bapak tidak memberi tahu Elyana, Pak?" Elyana menatap Pak Arman penuh penasaran.
"Bapak tahu karena malamnya setelah acara pernikahan kalian selesai. Bapak mendengar perdebatan antara suamimu dan kedua mertuamu. Excel berkata dengan marah, bahwa dia tidak akan pernah mencintaimu, karena merasa dipaksa dalam perjodohan ini," tutur Pak Arman lagi, mengenang tiga tahun lalu, ketika acara pernikahan Elyana dan Excel selesai digelar.
Elyana menghela nafas kasar. Bapaknya ternyata tahu dan selama ini tidak memberitahu dirinya.
"Lalu, kenapa Bapak tidak kasih tahu Elyana, Pak? Kalau dikasih tahu, bisa jadi Elya tidak mungkin bertahan sampai selama tiga tahun dan bahkan memiliki anak."
Pak Arman menggeleng. "Bapak mengetahui itu, setelah pernikahan kalian digelar. Bapak bukan tidak mau mengatakan padamu. Tapi, tidak baik rasanya, dihari pertama pernikahan kalian, bapak menceritakan hal yang membuat kamu sedih. Saat itu, bapak hanya berdoa, semoga rumah tangga kalian bahagia, langgeng dan saling mencintai seiring berjalannya waktu," tutur Pak Arman.
"Dan, mengenai Nada, jangan sesali kehadirannya. Nada adalah anugerah dan takdir dari Allah yang harus kamu syukuri, meskipun kehadirannya bukan karena cinta. Namun, bagaimana pun, Nada adalah darah dagingmu dan Excel yang harus tetap kamu sayangi setulus hati," lanjut Pak Arman lagi.
Elyana tidak bersuara, lamunannya kembali teringat akan ucapan Excel. Excel tidak mencintainya, dia hanya dijadikan pelampiasan kebutuhan batinnya saja. Meskipun Nada hadir, Excel tetap tidak mencintainya. Yang dicintainya hanyalah kekasihnya, yang terpaksa berpisah karena Excel menerima perjodohan dengan Elyana.
"Kita lihat, jika dia datang kemari, apa yang akan dia katakan," sela Bu Elis sembari mengalihkan pandangan ke depan dengan tatapan yang sedih dan hampa.
Semua yang berada di dalam rumah itu bersedih, termasuk Elida, adik semata wayang yang hanya bisa menguping dari arah ruang tengah, sembari berusaha menghibur Nada yang tadi rewel.
***
Di tempat lain, Excel dan kedua orang tuanya sudah bertemu di Pom Bensin tempat mereka janjian. Mobil mereka beriringan menuju kampung halaman Rafka.
Rafka merupakan anak dari kakak perempuan Bu Gina. Mereka satu daerah, akan tetapi beda kampung. Hari ini, Bu Gina, Pak Erik serta Excel, akan bertakziah, karena istrinya Rafka meninggal saat akan melahirkan di RS.
Kurang lebih tiga jam perjalanan yang mereka tempuh. Kini, mobil mereka sudah menapaki perkampungan. Ada dua arah yang menunjukan ke kampung halaman mereka, yakni ke kiri merupakan arah ke kampung Sumuhun Dawuh, sementara sebelah kanan lurus, merupakan kampung Sarangka Bedoh.
Excel menarik nafasnya berat, kala ia melihat plang bertuliskan Sumuhun Dawuh, ia berpikir keras bagaimana nanti menjelaskan tentang Elyana yang pergi. Terpaksa Excel harus berkata bohong, bahwa Elyana dan Nada baik-baik saja di rumah.
Beberapa saat kemudian, mobil Excel dan kedua orang tuanya, sudah tiba di depan rumah duka. Tenda dan bendera kuning sudah terpasang.
Kedatangan Excel dan kedua orang tuanya disambut haru oleh keluarga Rafka. Bu Gina langsung berangkulan dengan wanita yang hampir seumuran dengannya.
"Aku turut berduka cita, Geni, atas meninggalnya menantumu." Bu Gina terus menghibur Bu Geni, kakak perempuannya.
Setelah itu, Bu Gina menghampiri suami Bu Geni juga Rafka. Rafka masih terlihat sangat sedih, sejak kepulangannya dari pekuburan, Rafka mendekap erat foto almarhumah sang istri.
"Rafka, tante turut berduka. Kamu yang kuat dan sabar, ya," hibur Bu Gina sembari memeluk Rafka keponakannya yang hampir seumuran dengan Excel.
Rafka kembali terisak, dia sepertinya sangat terpukul. Bagaimana tidak, baru saja sebulan pulang dari Kalimantan dan bisa berkumpul kembali dengan sang istri yang hamil besar, kini Rafka kembali harus berpisah. Dan perpisahannya kali ini justru untuk selamanya.
Bu Gina melepaskan rangkulannya. Kini giliran Pak Erik, yang sama sedihnya seperti Bu Gina atas duka yang dialami Rafka.
"Kamu harus kuat, Raf. Mungkin ini yang terbaik dari Allah untukmu, meskipun sakit," hibur Pak Erik.
"Terimakasih banyak, Om," balas Rafka sembari melerai pelukan Pak Erik.
"Sabar, ya. Tentara harus tetap kuat, meskipun kenyataan ini sangat pahit," hibur Pak Erik lagi. Setelah itu, Pak Erik berlalu, dan memilih bergabung dengan keluarga dari orang tua Rafka, sekalian memberi kesempatan kepada Excel untuk memberikan ucapan belasungkawa.
"Mas Rafka, aku turut berduka cita yang sedalamnya. Semoga kamu kuat," ucap Excel sembari memeluk kakak sepupunya yang notabene seorang tentara juga. Tapi saat ini Rafka benar-benar menangis di pelukan Excel.
Excel merasakan kehilangan yang dirasakan Rafka. Tidak terbayang hancurnya hidup Rafka. Setelah menikah dengan istrinya kurang lebih lima tahun, dan di tahun ke-lima ini istrinya mengandung, adalah merupakan anugerah yang ditunggu-tunggunya. Namun, setelah kembali dari tugas di Kalimantan, Rafka hanya bisa menikmati kebersamaan dengan sang istri sebulan saja, sebelum meninggal dunia.
Excel menghela nafas dalam. Nasibnya dengan nasib Rafka hampir sama tapi berbeda. Rafka kehilangan calon anak dan istri untuk selamanya, sementara dirinya kehilangan anak dan istri karena kabur. Dua takdir yang berbeda, tapi sama nasib.
"Bagaimana dengan istrimu, bukankah dulu sempat aku dengar kamu sudah menikah?" Rafka melerai rangkulan Excel, kini dia mempertanyakan pernikahan Excel yang pernah ia dengar tiga tahun lalu, saat dia tugas di wilayah Papua.
Excel tidak mampu menjawab, dia bingung harus mengatakan apa.
"Cel, kamu baik-baik saja, kan?" sentak Rafka sembari menatap Excel heran.
"Aku baik-baik saja, Mas." Wajah Excel mendung, tapi ia berusaha menutupinya agar Rafka tidak curiga.
jodoh elyana otw....
di dunia nyata
kl aku jd mantan dah kulaporkan biar viral lah. biar hancurnya bareng bareng gk sendirian.
untung mantan istri terlalu baik, ciri khas wanita sinetron ikan terbang dng lagu kumenangis 😁🤣🤣
gk tahu, walau mmg Excel salah. namun, kasihsn. Walau aq jg memahami sikap Elyana yg.bgtu benci Excel, pasti sakit bgt mengetahui kenyataan bhw pernikahan mereka tdk terdaftar secara kedinasan