"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Dekat Dengan Lelaki Hutan
“Aah…lupakan! Anggap saja aku tidak pernah bicara apapun.”
Kenapa harus bertanya ini? Jelas-jelas dia benar lumpuh, kan!
Imel mengangguk meskipun bingung, "Kalau begitu, saya siapkan sarapan, nona."
"Aku akan membantumu."
......
Masih ada waktu tiga hari sebelum Ariel mengunjungi kediaman utama Smith. Dan selama tiga hari ini juga Ariel selalu bertemu sosok misterius kala tengah malam, tapi dia tidak menemuinya secara langsung seperti sebelumnya, hanya mengamati dari atas tembok.
Sepertinya Ariel tertarik dengan lelaki Hutan itu, dengan penuh antusias dia bangun ditengah malam hanya untuk melihatnya. Lelaki itu bukan orang jahat! Nyatanya tidak terjadi apa-apa di kastil ini selama kemunculannya, semuanya baik-baik saja. Karena pikiran inilah hingga Ariel mantap tidak memberitahu siapapun akan sosok lelaki itu.
Malam ini, tepatnya malam minggu dan besok dia akan bertolak ke kediaman Smith.
Sebelum dia menghabiskan waktu satu minggu di kediaman mertuanya. Ariel ingin melihat lelaki Hutan. Biasanya hanya mengamati dari balik tembok kini dia nekat turun langsung.
Tidak butuh waktu lama karena Ariel sudah sangat memahami waktu kemunculan lelaki itu.
Suara langkah kaki yang menginjak ranting pohon membuat Ariel mengulas senyum di kedua sudut bibirnya.
Dia datang….
Mata bulat Ariel menatap serius pada sumber suara. Dengan senter yang juga fokus menyoroti.
Masih menatap sumber suara dari balik pepohonan, Ariel bertanya dalam gumam, ‘Apa mungkin dia tinggal di tengah hutan sana. Ada kehidupan di tempat itu?’
Lelaki Hutan yang menyadari kehadiran Ariel, mencoba menghindari dengan memutar arah.
“Tunggu!” Teriak Ariel, “Aku…tidak akan melaporkanmu pada siapapun!” Sambungnya masih dengan nada sedikit berteriak karena posisinya dengan lelaki itu cukup jauh.
Lelaki Hutan diam dan berbalik menatap Ariel dari kejauhan.
Jauh dari pandangannya lelaki ini melihat Ariel yang mendekat ke arahnya.
“Kau, haus!” Kata Ariel dengan menyodorkan sebotol air mineral.
Lelaki Hutan memicing.
“Aku hanya ingin memberimu minum, kamu mengelilingi hutan di jam seperti ini, meskipun dingin pasti terasa haus juga, kan!”
Lelaki Hutan tetap menyimpan waspada, ditambah dengan Ariel yang tiba-tiba berbaik hati padanya.
“Ini benar-benar air putih biasa,” Ariel meyakinkan lelaki yang mungkin curiga padanya.
Dan pada akhirnya, lelaki hutan menerima pemberian Ariel.
Ariel kembali mengulas senyum, meskipun bertekad untuk membiarkan lelaki itu di habitatnya. Ariel tetap menyimpan rasa keingintahuan yang besar akan sosok lelaki itu. Seperti apa wajahnya?
Dia ingin tahu, hingga suatu hari saat mereka dipertemukan kembali di tempat yang berbeda Ariel bisa mengenali dan menyapanya.
Jika meminum air yang Ariel berikan, sudah pasti lelaki itu membuka masker hitamnya, dengan begitu Ariel bisa melihat wajah yang selama ini disembunyikan.
Haha... hebatnya aku. Ternyata semudah ini! Kenapa tidak dari kemarin saja aku menggunakan cara seperti ini.
Tapi…lelaki itu tidak sebodoh yang Ariel pikirkan, apa yang menjadi rencananya hancur. Si lelaki tidak meminum air yang Ariel berikan, dia sudah tau tujuan Ariel.
“Kenapa tidak diminum? Tenang, air itu aman, aku tidak menambahkan apapun,” ucap Ariel kala melihat botol air malah dimasukkan ke saku jaket hitam lelaki itu.
Yang diajak bicara nampaknya enggan untuk membalas ucapan Ariel. Entah karena dia bisu atau tidak mau wanita itu mendengar suaranya. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Lelaki itu memilih berbalik arah mengabaikan Ariel.
"Tunggu!" Ariel kembali mencegah, kali ini memberanikan diri dengan menarik jaket lelaki itu.
Lelaki Hutan menggerakkan pundaknya seolah bertanya, ada apa?"
Ariel langsung mengulurkan tangannya, "Mamaku, Elle!"
Si lelaki Hutan tampak terkejut saat Ariel menyebutkan namanya.
"Kenapa? apa ada yang salah?" tanya Ariel, "Lalu siapa namamu?" sambungnya.
Lelaki itu hanya diam saja.
"Kamu, tidak bisa bicara?"
lelaki itu menggelengkan kepalanya lalu dia mengisyaratkan Ariel untuk membalikkan badan.
Tidak mau mengulur waktu Ariel mengganggu dan membelakangi lelaki itu.
Memastikan Ariel tidak melihatnya lelaki itu merogoh saku jaket sebelah kiri dan mengambil selembar masker tebal. Dia melapisi kembali masker yang sudah terpasang menutupi mulutnya. Niatnya... tentu untuk menyamarkan suara asli..
"Apa sudah selesai? Apa yang kamu lakukan?" tanya Ariel.... *Apa dia sedang buang air kecil*?
"Berbalik lah!"
Ariel terbelalak, akhirnya dia bisa mendengar suara lelaki itu. Wanita ini terdiam sejenak.... Suaranya terdengar asing! aku tidak mendengar suara ini sebelumnya.
Ariel kembali membalikkan badannya, "Ternyata kamu bisa bicara, lalu Siapa namamu?"
"Panggil saja, apa yang kau mau."
Hah.. kali ini, Ariel tidak bisa mendengar dengan jelas suara lelaki itu, "Aku tidak mendengar, apa kamu bisa melepas maskermu?"
Dalam hati Lelaki ini berkata....Dia masih memanfaatkan kesempatan.
"Panggil aku, dengan sebutan, apapun yang kamu inginkan."
Mana boleh begitu.... "Kamu tidak punya nama?"
Lelaki itu hanya mengangguk!
*Kasihan... mungkin karena dia terlalu lama tinggal di dalam hutan*. "Aku, akan memikirkan nama yang baik untukmu."
Hingga malam itu, Ariel menghabiskan waktu sampai matahari terbit bersama lelaki Hutan, dengan bercerita ringan dan menanyakan ada apa di dalam Hutan sana.
Menyadari hari sudah akan pagi dia bergegas, "Aku harus kembali...jika tidak dia bis marah!" kata Ariel yang mulai melangkah pergi.
"Dia....!" Lelaki itu mengulangi sebutan Ariel, pada sosok dia.
"Ya, dia tuan muda pemilik kastil ini. Lelaki itu akan marah jika aku tidak tepat waktu menyiapkan air hangat untuknya. Dia hanya bisa marah-marah dan mengeluhkan apapun yang aku lakukan." Keluh Ariel, saat mengingat sosok Alfred yang selalu membuatnya jengkel.
"Apa dia jahat padamu?"
"Tidak...dia hanya menyebalkan. Aku harus segera kembali, kita akan bertemu lagi."
Si lelaki itu mengangguk, lalu dia mengantar Ariel sampai ke pohon tempat wanita itu turun.
"Aku janji tidak akan memberitahumu pada siapapun." Ucap Ariel sebelum meninggalkan lelaki itu.
....
Ariel kembali ke kastil dengan hati yang berbunga-bunga, selaras dengan kaki yang menapak di lantai bening kastil, bibirnya selalu mengukir senyum. Apa wanita ini menyukai lelaki Hutan itu?
Entahlah... mungkin benar seperti itu, yang jelas. Ariel merasa nyaman saat bersama lelaki itu, dia juga merasa punya teman di tempat yang asing itu. Tidak masalah tidak mengetahui seperti apa wajahnya, suatu hari nanti, saat lelaki itu mulai mempercayainya Ariel yakin dia akan membuka topengnya.
"Nona!"
Ariel terlonjak kaget, "Bi, kamu mengejutkanku."
"Maaf nona, Anda terlihat sangat bahagia pagi ini."
"Benarkah! Mungkin karena cuaca yang mendukung."
"Saya senang jika Anda bahagia. Nona, jam sepuluh nanti Anda akan pergi ke kediaman utama, bersama tuan muda."
"Aku tau. Kalau begitu, aku akan menyiapkan air hangat untuk tuan muda terlebih dahulu." Sahut Ariel dan melenggang pergi menuju kamar Alfred. Langkah kakinya tidak terlihat berat seperti biasanya, wanita itu bersemangat di pagi ini.
Tidak mau tahu apa yang dilakukan Ariel akhir-akhir ini hingga membuatnya sedikit berbeda, melihat wanita itu bahagia Bibi Imel sudah merasa puas dan senang.
.....
Tepat pukul 10:00. Mobil yang dikendarai Arthur meninggalkan kastil. Saat mobil hitam itu melewati Hutan, tidak sedetik pun Ariel mengalihkan pandangan pada jajaran pohon besar di sana.
Alfred yang duduk disebelahnya tentu merasa terganggu.
Apa yang membuatnya terganggu? Ariel tidak berisik, tidak juga mengajaknya bicara kenapa dia merasa terganggu!
minimal 2bab sehari🥰