NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamparan

Tama terdiam selepas kepergian Hanum. Ia melihat kekecewaan dan amarah pada sikap gadis cantik itu. Walaupun ia juga paham, jika bukan hanya dirinya yang tidak bisa menerima perjodohan ini, namun Hanum pun sama.

"Apa aku terlalu memberikan batasan atau aku yang terlalu kejam?" ucapnya sambil menggaruk kepala yang terasa tidak gatal itu.

Melihat ekpresi Hanum yang kesal, membuatnya merasa tidak enak. Bahkan ia sampai melupakan jika Hanum adalah dosennya ketika berada di kampus.

Namun, beberapa hari lagi mereka akan menikah dan Hanum akan menjadi istrinya. Bahkan sampai saat ini, mereka masih begitu formal ketika berbicara.

"Ah, tapi dia lebih memberikan batas, karena masih memanggilku seperti itu!" ucapnya kesal.

Tama memilih untuk kembali bekerja agar nanti sore ia bisa melakukan fitting baju yang sangat malas untuk ia lakukan. Jika bukan karena ancaman sang Mommy, ia tidak akan pergi ke sana dan bertemu kembali dengan Hanum.

Hingga sore menjelang, ia segera pergi ke butik dan melakukan fitting baju. Namun tidak menemukan calon istrinya di sana. Ingin rasanya ia menanyakan keberadaan Hanum namun lidahnya terasa kelu dan gengsi.

Tama hanya mengikuti arahan dari designer untuk mencoba beberapa baju yang akan ia kenakan nanti pada upacara pernikahan.

"Sayangnya Hanum sudah melakukan fitting baju tadi siang. Kalau tidak, kalian pasti akan terlihat sangat serasi sekarang," ucap Alifiya.

Para bunda sengaja berada di sana untuk memastikan baju-baju yang akan mereka kenakan nanti selesai tepat waktu.

Kemana dia?. Batin Tama penasaran.

Dering ponsel Nafisa mengalihkan perhatiannya. Ia memasang telinga untuk mendengar apa yang akan diucapkan oleh calon mertuanya itu. Karena sekilas ia melihat nama Hanum tertulis di sana.

"Tidur di apartemen? Nanti bunda kirim makanan ke sana, ya!" ucap Nafisa.

"Tidak usah, Bunda. Hanum hanya ingin menenangkan diri sebentar. Makanan sudah Hanum beli tadi, mungkin besok siang Hanum akan pulang," ucap gadis cantik itu.

"Ya sudah, Hati-hati, Sayang. Jangan keluar malam dan menerima tamu sembarangan!" ucap Nafisa tegas.

Ia langsung mematikan panggilan itu setelah mendengar jawaban dari Hanum.

Oh, jadi dia memiliki apartemen sendiri?. Batin Tama tersenyum tipis.

Ia memilih untuk segera pergi dari butik dan melacak keberadaan Hanum. Ia ingin mengerjai gadis itu sebentar, dan melihat apa yang dilakukan oleh calon istrinya itu.

Entah kenapa ia merasa penasaran dengan apa yang dirasakan oleh Hanum kini, walaupun ia menolak keberadaannya.

"Gatcha!" ucapnya ketika mendapatkan alamat apartemen Hanum yang berada tak jauh dari sana.

Ia membeli beberapa bungkus makanan agar bisa menjadi alasan untuk masuk ke dalam apartemen sang calon istri.

Ia menelpon Hanum dan meminta nomor kamarnya. Gadis itu tidak langsung menjawab dan malah mengusir Tama. Pria tampan itu terpaksa harus berbohong hingga akhirnya Hanum mengalah dan terpaksa memberikan nomor kamarnya.

Dan di sini mereka, Hanum berdiri dengan tatapan datar dan mata yang masih terlihat sembab.

"Mana makanannya?" ucap Hanum mengulurkan tangan.

Namun ia melihat ada yang berbeda dari bungkus makanan yang dibawa oleh Tama.

"Apa Ibu tidak menyuruh saya mampir dulu? Saya juga lapar!" ucap Tama mengernyit.

"Makan di luar saja! Jangan di sini!" ucap Hanum menurunkan tangannya dan menutup pintu.

Namun Tama menghalangi menggunakan tangannya, sehingga ia harus menjerit kesakitan karena terjepit oleh pintu.

"Argh!" Pekik Tama kesakitan.

Hanum terkejut dan kembali membuka pintu. "Ma-maaf! Apa Anda baik-baik saja?" tanya Hanum khawatir.

"Tangan saya terjepit!" ucap Tama mengibas-ngibaskan tangannya.

"Be-benarkah? Tunggu di sini sebentar!" ucap Hanum berjalan mengambil kotak p3k.

Tama langsung melangkah dan duduk di atas sofa tanpa menghiraukan ucapan Hanum. Ia mengambil kesempatan ini, agar bisa masuk ke sana tanpa harus berdebat lagi.

"Hei, siapa yang menyuruh Anda masuk?" ucap Hanum terkejut.

"Bu, saya sedang kesakitan. Anda masih saja marah-marah. Ini juga karena anda tadi!" ucap Tama masih meringis.

Hanum hanya terdiam dan langsung melihat tangan Tama yang memerah.

"Lagian kenapa anda meletakkan tangan di sana? Seperti anak kecil saja yang tidak bisa berhati-hati!" ucap Hanum kesal.

Untuk pertama kali tangan mereka bersentuhan karena Hanum mengobati luka pada jari Tama. Ia mengolesi betadine dan meniupnya dengan pelan.

Tama tersenyum penuh arti sambil menghirup aroma segar yang keluar dari rambut Hanum.

Wangi!. Batinnya keenakan.

"Sudah!" ucap Hanum dan mengangkat wajahnya.

Tama yang sempat mencondongkan kepalanya tersentak ketika melihat wajah Hanum dari jarak yang begitu dekat.

Hanum pun ikut terdiam dan tidak berkedip ketika melihat Tama yang begitu tampan dengan jarak sangat dekat. Ia segera mengalihkan pandangan dengan wajah yang merona.

"Terima kasih!" ucap Tama canggung.

Mereka terdiam, Hanum langsung mengambil jarak dari Tama, sesuai dengan ucapan pria tampan itu tadi siang.

"Sekarang pulanglah!" ucap Hanum ketus.

"Apa seperti ini, Ibu memperlakukan calon suami?" ucap Tama mendelik.

"Bukankah tadi siang, anda berkata seperti itu? Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak mengurusi kehidupan masing-masing!" ucap Hanum ikut mendelik.

Tama terdiam karena Hanum membalikkan ucapannya tadi siang. Ia tidak tau harus berbuat apa kali ini. Namun setidaknya ia masih bisa masuk dan menggoda Hanum. Ia ingin melihat reaksi dari gadis itu.

"Aku haus dan belum makan dari tadi siang!" ucap Tama mengiba.

"Ambil sendiri! Jangan manja!" ucap Hanum berdiri dan meletakkan kotak p3k kembali ke tempatnya.

Tama hanya terdiam dan berbaring di atas sofa. "Aku sangat lelah!" ucapnya sambil memejamkan mata.

"Pulanglah! Sangat tidak pantas anda berada di sini!" ucap Hanum ketus.

Tama kembali membuka mata dan berdiri. Ia berjalan mendekat ke arah Hanum dan menatap gadis itu dengan lekat.

"Kenapa? Bukankah kita sebentar lagi akan menikah? Jadi, kalau kita menyicil malam pertama saat ini tidak masalah, bukan?" ucap Tama tersenyum sambil menjilat bibirnya.

Plak!

Tamparan cukup keras melekat dengan tepat di pipi Tama. Pria tampan itu sangat terkejut melihat respon dari Hanum yang tidak pernah ia bayangkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!