Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergilah
"Marya" panggil Kanzo lembut, menyentuh dagu Marya, mendongakkan wajah wanita itu ke arahnya." Siapa yang menyakitimu?."
Marya menggelengkan kepalanya, masih tak bisa menghentikan air matanya. Selain takut, Marya merasa sesak di dadanya, yang sudah membuat Bella sakit hati. Marya merasa bersalah melihat Bella tadi menangis, meminta dan memohon padanya supaya meninggalkan Kanzo. Dan Marya juga tidak tau, siapa pria bertopeng Yang menenggelamkannya dan menyakitinya tadi. Mungkinkah itu suruhan Bella untuk mengancamnya?.
" Jangan takut, aku tidak akan membiarkan orang bisa menyakitimu lagi" bujuk Kanzo, supaya Marya mau bercerita.
" Lepaskan aku, Pak. Aku mohon!" lirih Marya dengan bibir bergetar dan menatap Kanzo mengiba.
Kanzo terdiam dan menatap intens wajah Marya yang sembab dan basah karena terus menangis.
" Aku akan membayar hutangku sama Bapak. Tapi beri aku keringanan untuk menyicilnya. Jangan dengan tubuhku lagi." Marya menangis terisak sampai cigukan.
"Katakan Marya, siapa yang menyakitimu!" tegas Kanzo bertanya. Ia yakin pasti orang yang menyakiti wanitanya itu sudah mengancam. Sehingga Marya meminta di lepaskan.
"Aku gak tau, aku gak melihat wajahnya." Marya menunduk takut melihat tatapan horor Kanzo.
"Laki laki atau perempuan?"tanya Kanzo lagi.
" Laki laki" jawab Marya lirih.
Kanzo terdiam dan mengerutkan keningnya, berpikir siapa laki laki yang berani menyakiti Marya. Apakah Marya punya musuh?. Atau laki laki itu musuh Ayah dari Marya. Dan apakah...?
Kanzo menarik napasnya dalam dan mengeluarkannya perlahan. Kemudian menarik Marya ke dalam pelukannya, mengusap usap punggungnya dari belakang. Eh! ternyata istrinya itu belum memakai baju. Ada yang meronta tuh!.
"Diam lah, jangan menangis terus" bujuk Kanzo, merapikan rambut Marya lalu mengecup keningnya.
"Aku mohon, lepaskan aku, Pak" mohon Marya lagi dari dalam pelukan Kanzo.
Kanzo terdengar menghela napasnya kasar."Setelah aku tau, siapa yang menyakitimu."
Marya langsung terdiam, menghentikan tangisnya. Marya menelan air ludahnya, merasakan hatinya malah semakin sakit, dadanya semakin sesak, mendengar Kanzo akan melepasnya.Bukankah seharusnya Marya merasa lega, lepas dari belenggu ikatan Kanzo?.
Suasana ruangan itu pun menjadi sepi, baik Kanzo atau Marya tidak ada yang berbicara lagi. Sampai pintu resort itu terdengar di ketuk dari luar.
Kanzo melepas pelukannya dari tubuh Marya dan langsung turun dari atas ranjang, melangkah ke arah pintu untuk membuka pintu untuk Haris yang datang mengantar obat.
" Ini obatnya, jangan mengganggu waktu istirahatku lagi" cetus Haris memberikan obat di tangannya ke tangan Kanzo yang baru membuka pintu. Jam sudah menunjukkan dini hari, ia belum memejamkan mata.
" Kau asistenku, kalau kau lupa" balas Kanzo mengingatkan sahabatnya itu.
Haris mendengus lantas pergi dari tempat itu. Kanzo menutup pintunya kembali dan tidak lupa menguncinya. Sampai di atas tempat tidur, tanpa bicara, Kanzo mengoleskan salep ke luka memar di pergelangan tangan dan kepala Marya. Setelah selesai, membaringkan tubuhnya di belakang Marya, dan memeluk wanita itu dari belakang, membawanya ke alam mimpi hingga menjelang siang hari.
"Aku akan mengantarmu pulang" ucap Kanzo melihat Marya hendak membuka pintu resort itu.
"Gak usah Pak, aku pulang bersama karyawan lain aja" tolak Marya menunduk. Wajahnya masih nampak sembab dan sedikit bengkak.
" Aku akan mengantarmu pulang!" tegas Kanzo tak suka melihat Marya berani membantah.
Marya mendongakkan kepalanya ke arah Kanzo, menatap pria itu dengan mata berkaca kaca.
Kanzo menghela napasnya." Pergilah!" desahnya, tidak tega melihat wajah dramatis wanita itu.
Marya kembali meraih knop pintu resort itu dan memutarnya sampai berbunyi.
Klek!
Setelah berhasil menarik pintu itu sampai terbuka, Marya langsung pergi tanpa mengatakan apa apa pada Kanzo.
Kanzo hanya bisa menghela napasnya dan mengusap kasar wajahnya melihat Marya pergi begitu saja.
Marya yang sedang berjalan keluar dari area resort, menepis air matanya yang sempat menetes.
'Dia tidak mencintaimu Marya, masih saja kamu berharap, dia akan membujukmu dan merayumu. Memintamu bertahan menjadi istrinya' batu marya.
**
Hari pun berlalu, Marya yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya, langsung ke luar kamar dan segera berangkat kerja dengan menggunakan motornya.
Saat memarkirkan motornya di parkiran perusahaan. Marya menghela napasnya kasar melihat mobil Kanzo memasuki gerbang perusahaan. Marya segera turun dari atas motornya dan langsung masuk ke gedung perusahaan tempatnya bekerja itu.
Tak lama kemudian, Kanzo menyusul masuk. Ternyata Kanzo tidak sendiri, dia masuk bersama putri dan istrinya.
Marya yang melihatnya langsung berdiri kembali dari tempat duduknya, memberi salam hormat pada orang nomor satu perusahaan itu.
"Selamat pagi, Pak, Bu!" sapa Marya sedikit menundukkan kepalanya dengan perasaan yang perih saat melihat Bella yang bergelayut di lengan Kanzo sambil meliriknya.
Kanzo yang membawa Areta di gendongannya, mengulas senyumnya seperti biasa.
Setelah Kanzo dengan anak dan istrinya masuk ke dalam lif. Baru Marya mendudukkan tubuhnya dan mulai bekerja.
Sore hari, pulang kerja Marya langsung ke apartement. Meski Kanzo tidak menyuruhnya, Marya tetap menunggu Kanzo di tempat itu. Namun orang yang di tunggu tak kunjung datang. Begitu juga dengan hari hari berikutnya. Kanzo tidak pernah menemuinya lagi, meminta jatah ranjang lagi.
Jujur, Marya merindukan Kanzo, merindukan sentuhan pria itu. Merindukan belaian pria itu memanjakannya.
Akhirnya Marya pun memutuskan pulang dari apartement itu, dan tidak pernah kembali lagi.
**
" Marya, kamu sudah pulang Nak?. Kamu gak kerja ke rumah bos mu?" tanya Ibu Hayati, melihat Marya yang memakai baju kerja, masuk ke dalam kamarnya.
"Hari ini kan jadwal check up Ibu ke rumah sakit. Jadi Marya ijin untuk gak kerja tambahan Bu." Marya mengulas senyumnya dan mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur.
" Oh iya, ibu lupa. kalau begitu ibu siap siap dulu" ucap Ibu Hayati kemudian turun dari atas tempat tidur untuk mengganti pakaian.
"Marya juga harus siap siap" balas Marya kembali berdiri dan langsung keluar kamar Ibunya.
Setelah selesai bersiap siap, Marya pun membawa Ibunya ke rumah sakit dengan menggunakan motor. Sampai di rumah sakit, langsung membawa Ibu Hayati mengantri di ruang poli umum.
"Pa, nanti kalau adek bayinya sudah lahir, tidurnya sama Areta ya !" seru suara gadis kecil yang berada di gendongan Ayahnya.
Refleks Marya menoleh ke arah sumber suara gadis kecil yang baru keluar dari ruang spesialis kandungan. Dada Marya sesak melihat pemandangan indah itu. Seorang Ayah menggendong putrinya, dan satu tangan pria itu merangkul pinggang istrinya berjalan.
"Mana bisa kamu menjaga bayi sayang" ujar wanita cantik yang terlihat wajahnya pucat dan tubuhnya lemah berjalan di samping suaminya.
Marya menghela napasnya, berpikir Kanzo tidak pernah menemuinya karena sibuk mengurus istrinya yang sedang hamil muda. Dan akhir akhir ini, Bella dan Areta sering kali ikut ke kantor. Kata Cici, sekretaris Kanzo, istri bos mereka itu pengen dekat dekat dengan suaminya.
'Seharusnya aku lega, jika Pak Kanzo melepas ku. Aku tidak perlu lagi harus melayaninya. Aku bisa lebih fokus memikirkan masa depanku' batin Marya.
" Ibu Hayati!."
Marya langsung tersadar dari lamunannya saat mendengar seorang perawat memanggil nama Ibunya dari pintu ruang periksa poli umum.
Marya pun berdiri dan membawa Ibunya masuk ke ruang periksa Dokter umum tersebut.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab