Menceritakan seorang pemuda bernama Darren yang kehidupannya tampak bahagia, namun terkadang menyedihkan dimana dia dibenci oleh ayah dan kakak-kakaknya karena sebuah pengakuan palsu dari seseorang.
Seseorang itu mengatakan bahwa dirinya sebagai pelaku atas kecelakaan yang menimpa ibunya dan neneknya
Namun bagi Darren hal itu tidak penting baginya. Dia tidak peduli akan kebencian ayah dan kakak-kakaknya. Bagi Darren, tanpa mereka dirinya masih bisa hidup bahagia. Dia memiliki apa yang telah menjadi tonggak kehidupannya.
Bagaimana kisah kehidupan Darren selanjutnya?
Yuk, baca saja kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandra Yandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Markas Triad..
"Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan apa yang aku perintahkan?" tanya Thomas kepada para tangan kanannya.
"Sudah ketua." Ragil menjawab pertanyaan dari sang ketua.
"Ini ketua lihat sendiri." Finto memberikan sebuah tablet kepada ketuanya.
Thomas langsung mengambil tablet milik Finto. Kemudian dia melihat di layar tablet tersebut sebuah video.
Di dalam video itu terlihat dua keluarga besar dari CEO perusahaan Venus yaitu CEO Wina, dua diantaranya adalah sepasang suami istri yang berstatus sebagai orang tua dari CEO Wina.
Di dalam video itu juga terlihat bahwa dua keluarga dari CEO Wina hanya beberapa orang saja yang memiliki perusahaan sendiri termasuk Wina sendiri.
Sementara beberapa anggota keluarga CEO Wina yang lainnya hanya berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang cukup terkenal, dan perusahaan-perusahaan itu relasi atau rekan bisnisnya perusahaan Darren dan ketujuh sahabat-sahabatnya. Bahkan beberapa anggota keluarga CEO Wina yang lainnya ada yang berstatus kuliah di Kampus terkenal setelah Kampus University Internasional Hamburg. Dengan kata lain, Kampus tersebut adalah kampus kedua, Kampus yang memiliki pemilik yang sama.
Thomas seketika tersenyum ketika melihat adegan demi adegan di dalam video itu. Ini yang diinginkan oleh Darren.
Thomas menatap satu persatu para tangan kanannya. "Baiklah. Sekarang dengarkan aku. Kalian buat orang-orang yang ada di dalam video ini tidak memiliki pekerjaan lagi. Bagi yang memiliki perusahaan, buat mereka kehilangan perusahaan dengan cara mereka kehilangan banyak rekan kerja dan koneksi."
"Siap!"
"Bagi mereka yang berstatus karyawan, buat mereka dipecat dari pekerjaan mereka dengan cara memfitnah mereka. Jebak mereka seolah-olah mereka telah melakukan kesalahan besar yaitu membunuh dua karyawan wanita disana. Bagaimana caranya, itu urusan kalian."
"Baik!"
"Untuk yang berstatus yang masih kuliah buat rumor tak sedap di internet. Kalian cari seseorang yang mirip dengan mereka. Mulai postur tubuhnya, tinggi badannya sampai wajahnya. Make Over mereka sedemikian rupa hingga orang-orang percaya jika orang yang ada di internet itu adalah orang yang mereka kenal."
"Siap!"
"Lakukan dengan rapi. Buat mereka semua benar-benar hancur."
"Siap!"
Setelah itu, para tangan kanan pun pergi meninggalkan Thomas sendirian untuk menjalankan apa yang telah diperintahkan.
"Tunggu kehancuranmu, Nona Wina!" Thomas berucap sembari tersenyum di sudut bibirnya.
***
Rumah Sakit..
Di ruang rawat Darren semua orang masih berada disana. Mereka ingin menunggu Darren bangun dari tidurnya.
Di ruang rawat Darren itu juga ada kelima ketua mafia. Mereka sudah berada disana sejak satu jam yang lalu.
Apa yang dirasakan oleh semua orang, hal itu juga yang dirasakan oleh kelima ketua mafia tersebut. Mereka menangis melihat kondisi Darren saat ini.
Devian melihat kearah Kishan, suami dari Agneta Laurinda Gracia. Dia ingin menanyakan sesuatu sembari membahas masalah tersebut.
"Paman Kishan!"
Kishan yang dipanggil langsung melihat kearah Devian. Begitu juga dengan yang lain. Semuanya melihat kearah Devian.
Kini mereka duduk di sofa panjang yang tersedia di ruang rawat Darren. Sementara untuk ketujuh sahabat-sahabatnya Darren dan kedua kakak kesayangannya duduk mengerubungi tempat tidur Darren.
"Iya, nak Devian."
"Apa aku boleh bertanya?"
Kishan seketika tersenyum. "Tentu. Kamu mau bertanya apa?"
"Begini, Paman. Aku mendapatkan informasi dari tangan kananku. Tangan kananku itu mengatakan bahwa ketika Paman berada di luar, ada beberapa laki-laki berpakaian hitam menyerang Paman. Apa itu benar?"
Deg..
Semua orang di ruangan itu terkejut, kecuali Agneta karena dia sudah tahu dari suaminya. Mereka melihat kearah Kishan. Mereka ingin mendengar jawaban dari Kishan.
"Iya, itu benar."
Mendengar jawaban dari Kishan membuat semua orang terkejut, terutama Erland dan putra-putranya, termasuk Gilang dan Darka yang mendengar pembicaraan tersebut.
"Apa Paman tahu siapa mereka?" tanya Enzo.
"Tidak. Paman sama sekali tidak mengenali mereka, bahkan Paman tidak pernah berurusan dengan mereka."
"Lalu apa yang terjadi? Tidak mungkin kan mereka diam saja dan membiarkan Paman pergi," ucap dan tanya Noe.
"Darren datang menolong Paman saat Paman terdesak. Darren datang dengan memberikan tembakan kepada beberapa anak buah dari laki-laki itu sehingga hanya tersisa 5 orang. Dari pengakuan Darren, dia kebetulan lewat. Dan dia tidak sengaja melihat perkelahian antara Paman dengan orang-orang berpakaian hitam itu."
"Kalian dengar sendiri kan jawaban dari Paman Kishan! Orang yang telah menyelamatkan nyawa Paman Kishan adalah Darren, adik kesayanganku." Gilang berucap tiba-tiba dengan tatapan matanya menatap tajam kearah ayah dan keempat kakaknya.
"Sekarang coba kalian pikir. Paman Kishan yang berstatus suami dari Bibi Agneta diselamatkan oleh Darren ketika dia tak sengaja melihat kejadian itu. Darren tidak tega melihat Paman Kishan bertarung sendirian. Dan dia juga tidak ingin terjadi sesuatu terhadap Paman Kishan."
"Orang lain saja Darren tolong, bahkan rela membunuh orang-orang itu demi menyelamatkan orang tersebut. Sementara untuk ibu kandungnya? Bagaimana bisa Darren tega membunuh ibu kandungnya sendiri dengan mencelakainya. Apa kalian paham sampai disini?" kini Darka yang berbicara. Tatapan matanya mengisyaratkan kemarahan dan kekecewaan terhadap ayah dan keempat kakaknya.
"Dan satu lagi. Jika Darren seorang pembunuh atau dengan kata lain, dia adalah seorang penjahat yang tidak punya hati. Mungkin saat itu Darren akan membunuh salah satu dari kalian dengan cara menembak kalian. Namun nyatanya, Darren tidak melakukannya. Itu semua karena apa? Itu dikarenakan bahwa kalian adalah ayah dan kakak-kakaknya yang paling dia sayangi."
"Bukan itu saja. Aku dan Gilang juga hampir kehilangan nyawa tepat di hadapan kalian! Beberapa orang datang ke rumah, lalu orang-orang itu hendak membunuh kami. Namun semua itu digagalkan oleh kedatangan Darren. Orang yang kalian sebut pembunuh datang menyelamatkan nyawa kami."
"Setelah semua kejadian itu. Apakah masih pantaskah kata pembunuh disematkan untuknya?" Gilang berucap dengan tatapan matanya menatap kearah ayah dan keempat kakaknya.
Sementara Erland dan keempat putra tertuanya hanya bisa diam. Mereka tidak mengatakan apapun. Mereka sadar akan kesalahannya terhadap Darren selama satu tahun ini.
Hening sesaat..
Semuanya seketika membisu setelah mendengarkan ucapan demi ucapan dari Gilang dan Darka.
"Paman Kishan," panggil Chico tiba-tiba.
"Iya, Nak Chico!"
"Apa Darren ada mengatakan sesuatu?"
"Eeemmm... Darren tidak mengatakan banyak hal saat kejadian itu. Hanya saja Paman dibuat bingung akan setiap ucapannya."
"Apa itu, Paman?" tanya Ziggy.
"Darren tiba-tiba bertanya kepada pria itu dengan mengatakan berapa kau dibayar oleh wanita itu. Mendengar pertanyaan dari Darren membuat pria itu terkejut."
"Lalu apa yang terjadi, Paman?" kini Daffa putra sulungnya Clarissa dan Evan yang bertanya.
"Ketika pria itu terkejut dan dia bertanya agar tidak ketahuan bahwa dia tengah gugup. Dia berusaha untuk pengalihan. Namun justru Darren mengatakan bahwa pria itu tahu maksudnya. Melihat bahwa pria itu tetap tutup mulut, Darren pun akhirnya mengatakan nama wanita yang telah membayarnya. Dan dari situlah pria itu benar-benar terkejut dengan tatapan matanya menatap kearah Darren dengan penuh tanya."
"Siapa wanita itu, Paman?" tanya Devian.
"Wina, CEO perusahaan Venus."
"Apa?!" semua orang yang ada di ruangan tersebut seketika terkejut ketika mendengar jawaban dari Kishan.
"Jadi benar kalau wanita itu yang ingin membunuh Paman Kishan?" tanya Adnan.
"Apa maksud kamu, Adnan?" tanya Kishan.
"Kita sudah mengetahui hal itu. Kita mengetahuinya karena mendengar ucapan suara hati Darren."
"Suara hati Darren?!"
Mendengar ucapan dari Adnan membuat kelima ketua mafia terkejut.
"Jadi Paman Erland dan kalian bisa mendengar suara hati Darren?" tanya Noe terkejut.
"Iya, Nak Enzo."
"Kami juga bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Darren ketika dia sedang melamun dan berbicara di dalam hatinya," sela Aaron kakak sulungnya Qenan.
"Hm." yang lainnya berdehem bersamaan anggukkan kepalanya.
"Kemungkinan kalian juga akan bisa mendengar suara hati Darren. Kalian bisa buktikan sendiri nanti," ucap Marco.
Suasana kembali hening. Tidak ada yang bersuara setelah itu. Tatapan mata mereka semua berpusat kearah tempat tidur Darren. Mereka semuanya melihat kearah Darren yang saat ini masih setia menutup matanya.
penasaran kelanjutannya
semangat
up lagi ya
kasian Darren