Valerie memutuskan pulang ke Indonesia setelah dikhianati sang kekasih—Kelvin Harrison. Demi melampiaskan luka hatinya, Vale menikah dengan tuan muda lumpuh yang kaya raya—Sirius Brox.
Namun, siapa sangka, ternyata Riu adalah paman terkecilnya Kelvin. Vale pun kembali dihadapkan dengan sosok mantan, juga dihadapkan dengan rumitnya rahasia keluarga Brox.
Perlahan, Vale tahu siapa sebenarnya Riu. Namun, tak lantas membuat dia menyesal menikah dengan lelaki itu, malah dengan sepenuh hati memasrahkan cinta yang menggebu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terungkap
"Maksudmu ... apa?"
Vale sedikit gugup. Di satu sisi menganggap Riu bersikap tulus. Namun di sisi lain, menganggap Riu sekadar mempermainkan. Ya ... masih terlalu singkat pernikahan mereka, rasanya mustahil Riu menyimpan rasa untuknya.
"Menurutmu, maksudku apa?" Riu malah balik bertanya, dan sontak membuat Vale makin gelagapan.
"Kalau aku tahu tidak mungkin tanya sama kamu." Vale meninggikan intonasi, guna menutupi kegugupan yang kian menjadi. Jangan sampai Riu menyadari hal itu.
Namun, meninggikan intonasi juga tidak membuat Riu mau menjawab. Dia malah tersenyum sambil mengalihkan topik pembicaraan, yang tidak bisa dibantah lagi.
"Sepertinya suasana hatimu sedang buruk. Kita tidur saja!"
Meski tidak puas dengan jawaban Riu, tetapi Vale tidak bicara lagi. Percuma. Akhirnya dengan agak keberatan, dia bersiap tidur. Sialnya, tidak bisa.
Sepanjang malam kata-kata Riu terus terngiang dalam ingatannya, dan itu membuatnya dilema. Terkadang Vale merasa berbunga-bunga, tetapi terkadang juga takut. Bisa saja itu tidak seperti yang ia bayangkan.
Sambil menghela dan mengembuskan napas panjang, Vale seringkali menatap ke arah Riu, yang terlihat tenang dalam lelapnya. Apakah lelaki itu tidak tahu jika Vale tak bisa tidur karenanya?
Ahh, menyebalkan!
Keesokan harinya, wajah Vale sedikit masam, efek tidak tidur semalaman. Kepala pening dan tidak semangat untuk melakukan apa pun. Andai tidak dituntut pekerjaan, dia akan tidur seharian untuk mengganti semalam.
Berbeda dengan Vale, malam tadi Riu justru tidur dengan sangat nyenyak. Ada banyak ketenangan yang ia dapatkan, terutama dari segi asmara. Makin ke sini ia makin yakin Vale adalah pilihan terbaik untuk hidupnya.
"Hari ini aku akan memperjuangkan masa depan kita, hingga kamu yakin bahwa berdiri di sisiku adalah pilihan yang paling tepat," batin Riu pagi itu, sebelum keduanya pergi ke tempat kerja masing-masing.
Riu akan ke kantornya sendiri, guna membahas kinerjanya selama ini bersama keluarga dan para pemegang saham. Sementara Vale, akan kerja seperti biasa di Kantor Victory.
________
Ruang rapat yang cukup luas, sudah dipenuhi oleh orang-orang kelas atas. Jason duduk di kursi kepemimpinan, sedangkan Riu dan Annisa berada di sebelahnya. Theo, Vir, dan Camelia turut hadir di sana. Tak lupa para pemegang saham yang jumlahnya belasan orang, juga ikut serta. Masing-masing menduduki tempat guna menyuarakan pendapat, layak tidaknya Riu menjadi pemilik sekaligus pemimpin dari perusahaan tersebut. Setelah nanti Jason pensiun dan menikmati masa tuanya.
"Selamat pagi, Bapak dan Ibu yang terhormat. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena sudah berkenan hadir dalam rapat kali ini. Saya selaku pemilik perusahaan, sekaligus pemimpin rapat sekarang, akan mengajak Bapak dan Ibu sekalian untuk berdiskusi mengenai pemindahan kepemilikan." Jason bicara dengan penuh wibawa.
Para peserta rapat mendengarkan dengan saksama, terlebih ketika Jason melanjutkan ucapannya dan menjelaskan bahwa Riu-lah yang sebelumnya ia calonkan untuk menjadi pemilik selanjutnya. Namun, setuju atau tidak, masing-masing berhak menyuarakan pendapat.
"Saya keberatan jika Tuan Riu yang menjadi pemilik selanjutnya. Selama ini tidak ada prestasi yang mencolok dari beliau. Selain itu ... maaf, keterbatasan fisik juga akan menghambat pekerjaan, dan itu akan berpengaruh pada perkembangan perusahaan." Deon—salah satu pemegang saham yang ikut terlibat dalam kecelakaan Riu, menyuarakan ketidaksetujuannya.
Setelah dulu meraup banyak uang dari Annisa, kini ia bersedia bekerja sama lagi. Melancarkan keinginan wanita itu untuk menjadi pemilik perusahaan.
"Saya setuju dengan Tuan Deon. Bukan bermaksud merendahkan, tapi ... faktanya perusahaan juga butuh pemimpin yang cekatan. Dalam hal ini, kecerdasan saja tidak cukup, harus diimbangi dengan fisik. Tuan Jason, selagi ada kandidat lain, saya rasa bukan keputusan baik memilik Tuan Riu. Di sini ada Nyonya Annisa dan Nyonya Camelia, yang sudah terbukti sukses dalam mengembangkan perusahaan di luar negeri. Mengapa tidak memilih salah satu dari mereka saja, Tuan?" timpal Farhan—pemegang saham lain yang juga berdiri di pihak Annisa.
Setelah dua orang itu bicara, banyak bisik-bisik di antara mereka. Sebagian ada yang terpengaruh dengan omongan barusan. Sedangkan sebagian lagi masih mendukung Riu. Selama ini, perannya cukup banyak dalam perkembangan perusahaan. Meski dia tidak jalan sendiri karena keterbatasan fisik, tetapi otak dari semua itu adalah Riu.
Kecerdasan adalah poin yang paling penting, harusnya tidak diabaikan begitu saja.
Sayangnya, pendapat itu dipatahkan ketika disuarakan. Menurut yang lain, Annisa dan Camelia juga cerdas. Mereka lebih layak menjadi pemilik sekaligus pemimpin karena fisik dalam keadaan normal. Selain itu, mereka juga meragukan pernikahan Riu yang mendadak dan diam-diam.
Banyak berspekulasi bahwa Riu sengaja menikah kontrak demi mendapat kesempatan untuk memiliki aset. Tentulah itu bukan perilaku yang terpuji, tidak mencerminkan jiwa kepemimpinan yang tulus.
"Bapak dan Ibu yang terhormat, izinkan saya berbicara." Riu menyela dengan tenang, tak peduli meski Annisa dan Camelia sudah mengulas senyum kemenangan.
"Soal pernikahan ... tidak ada yang namanya nikah kontrak atau sejenisnya. Kami menikah dengan tulus. Saya sengaja menyembunyikan hubungan demi keselamatan istri saya. Sebagai wanita yang saya cintai, tentulah dia menjadi kelemahan saya. Saya tidak mau menempatkan dia dalam bahaya, makanya identitasnya masih saya sembunyikan. Dan untuk kinerja saya selama ini ... saya sudah meminta tangan kanan saya, Baron, untuk merekapnya. Saya harap Bapak dan Ibu bisa menilai ulang setelah melihat rekapan tersebut," lanjutnya.
Hanya sedikit yang mengangguk kagum, selebihnya mencibir dan diam-diam menganggap itu lelucon, terlebih kakak dan iparnya.
Namun, Baron pun sama dengan Riu, tak terpengaruh dengan itu semua. Penuh percaya diri dia bangkit dan maju ke depan. Berdiri di dekat layar guna menjelaskan hasil rekapan yang telah ia buat sejak jauh-jauh hari.
'Lusa Riu pergi ke puncak. Aku tidak mau tahu bagaimana caramu mengotak-atik mobilnya, yang penting dia harus kecelakaan parah. Separuh uangnya akan kulunasi kalau ini sudah berhasil.'
Semua mata tertuju pada layar, yang kini menampilkan sosok Annisa dan Delon. Keduanya melakukan transaksi untuk mencelakai Riu.
"Riu, apa-apaan ini! Kamu mau mencemarkan nama baikku, hah!" bentak Annisa sambil beranjak dari duduknya.
Namun, pendukung Riu menahannya. Mereka juga meminta Baron untuk melanjutkan video tersebut.
Makin lama video diputar, makin gaduh saja ruangan itu. Pendukung Riu hampir kewalahan karena kini bukan hanya Annisa yang murka, melainkan juga Camelia, Theo, Vir, Delon, dan juga Farhan. Bahkan, Jason pula ikut-ikutan menyuruh Baron untuk menghentikan semuanya. Dia tak sanggup melihat potongan-potongan video yang menunjukkan betapa liciknya Annisa dan Camelia, berikut dengan suami-suami mereka.
Keempat orang itu sengaja memancing Riu untuk pergi ke puncak. Lantas, membayar Delon untuk mengotak-atik mobilnya. Sampai kemudian, Riu mengalami kecelakaan hebat ketika turun dari puncak. Karena rem blong, mobil yang ia kendarai jatuh ke jurang. Untungnya, Riu sempat melompat. Andai tidak, pasti sekarang sudah almarhum.
Dalam video juga ditunjukkan bahwa mereka melakukan itu untuk menguasai semua aset. Mereka tidak rela jika Riu ikut mendapatkan warisan meski hanya sedikit. Alasannya pun terekam jelas, yakni karena mereka terlahir dari rahim yang berbeda. Dalam kejahatan besar itu, cukup banyak orang yang terlibat, termasuk tangan kanan Jason dan beberapa orang penting di perusahaan.
"Riu___"
"Aku masih memegang janji Papa. Barang siapa yang melakukan kecurangan untuk mendapatkan aset, maka namanya akan dihapus dari daftar keluarga. Tidak ada aset lagi untuk mereka. Papa tidak lupa, kan?" pungkas Riu sambil memutar rekaman ketika ayahnya bicara itu, tempo hari.
Jason mematung. Sementara semua yang terlibat, pucat pasi di tempat. Karena bukan hanya keluarga yang menyaksikan itu, melainkan juga para pemegang saham, yang pasti kini akan berpihak pada Riu.
"Itu yang menjadi alasan saya kenapa menyembunyikan pernikahan. Saya tidak ingin istri saya mengalami hal yang sama. Terlalu menyakitkan," ujar Riu setelah video berakhir.
"Semua itu tidak benar. Kamu sengaja mencemarkan nama baik kami, Riu!" bentak Theo. Napasnya begitu memburu. Andai tidak dipegangi oleh dua pria, pasti dia sudah menghajar Riu detik itu juga.
"Bukti sudah jelas dan kamu masih bilang ini tidak benar, Kakak? Baiklah, jika ini kamu anggap rekayasa. Datanglah ke kantor polisi, katakan pada mereka kalau aku mencemarkan nama baikmu. Tapi, satu yang harus kamu tahu. Jordi, mantan tangan kanan Papa, sudah bersaksi atas kejahatan kalian, juga keterlibatannya sendiri," jawab Riu.
Farhan ketakutan, "Apa maksudmu? Kenapa Jordi ... Jordi___"
"Maksudku sangat jelas. Kasus ini sudah kubawa ke meja hijau. Sekarang polisi sudah ada di depan pintu, membawa gelang istimewa untuk kalian. Sambut dengan baik ya," sahut Riu sambil tersenyum miring.
Bersambung...