NovelToon NovelToon
Sambat!

Sambat!

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy
Popularitas:63k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Besar tanpa rasa takut, sering ditindas dan di bully dari kecil membuat lelaki ini kebal oleh hinaan serta ejekan.

Awalnya dia selalu diam, tapi karena diamnya malah ditertawakan, dianggap sebagai bentuk ketakutan, dan justru makin membuat orang lain senang mempermainkannya. Kini dia berubah menjadi apa yang orang label kan pada dirinya.. Menjadi penjahat yang sesungguhnya!

Tapi.. Hati kecilnya selalu ingin sambat akan ketidak adilan yang selama ini dia rasakan. Dia lelah berpura-pura kuat.. Dia juga manusia biasa.. Yang ingin Sambat!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Semangat dari ayah

Satu minggu, waktu yang diperlukan Sakti untuk menyembuhkan luka fisiknya di rumah sakit. Tapi tidak dengan luka batinnya, dia yang memang sudah mendapatkan trauma akibat perundungan kembali diuji dengan hal yang sama di sekolah barunya. Dia hanya anak kecil, tapi anak kecil itu punya memori yang kuat. Dia bisa mengingat apapun dengan mudah di usianya sekarang ini.

Beberapa guru sebagai perwakilan sekolah sudah beberapa kali datang menjenguk Sakti di rumah sakit, mereka juga terkejut dengan masalah yang menimpa Sakti. Tapi terkejut saja tanpa melakukan apapun juga buat apa?

Mereka membujuk keluarga Sakti agar tidak memperpanjang atau mempublikasikan kasus perundungan itu karena selain mencoret citra baik sekolah, mereka juga akan berhadapan dengan orang tua murid lainnya jika sampai masalah itu tersebar luas.

Apa pak Jawir peduli? Tentu saja tidak!

Jika para guru dan pihak sekolah lebih mementingkan citra dan nama baik sekolah, maka pak Jawir justru akan membuat sekolah itu ditutup dengan caranya. Mereka guru yang digaji untuk mendidik generasi bangsa agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan memegang teguh kejujuran. Namun ketika mereka dihadapkan dengan masalah seperti ini, mereka seolah tutup mata dan telinga memilih menyelamatkan diri masing-masing.

"Pak.. Bu.. Saya mohon dengan kerendahan hati agar bapak dan ibu untuk tidak menuntut sekolah kami, kami sudah memperketat penjagaan di sekolah, memasang cctv di setiap titik yang mungkin tidak terjangkau oleh jarak pandang kita sebagai guru di sana, juga selalu menanamkan pada murid kami untuk menghargai orang lain.. Jadi saya harap-"

Ucapan kepala sekolah di SD tempat Sakti menuntut ilmu dipotong oleh isyarat tangan pak Jawir untuk tidak meneruskan kalimatnya yang mencla-mencle itu.

"Cukup. Anda boleh pergi dari sini. Anakku butuh istirahat, mendengar anda berkicau seperti itu membuat anakku tidak bisa beristirahat dengan tenang di rumahnya sendiri."

Wajah ibu kepala sekolah itu memucat, dia kehilangan cara untuk membujuk orang tua Sakti agar tidak menuntut pihak sekolah. Jika sampai itu terjadi, dan terbukti jika pihak sekolah telah melakukan kelalaian.. besar kemungkinan sekolah itu akan mendapat sanksi dengan diberhentikan kegiatan belajar mengajar di sana. Jika tidak ada lagi kegiatan belajar mengajar, sudah bisa dipastikan para guru dan tenaga pendidik di sana akan kehilangan mata pencaharian mereka.

"Bu.. Saya mohon, ada banyak orang yang menggantungkan hidup sebagai guru di sana.. Apa ibu tidak kasihan pada mereka? Mereka akan kehilangan pekerjaan mereka karena kasus ini bu.." Suara itu memelas.

"Lalu siapa yang kasihan pada anakku? Aku saja tidak pernah memukulnya tapi di sana, di sekolah tempat anda mengajar.. Anakku disiksa habis-habisan!!! Coba bayangkan jika itu semua terjadi pada anak anda?? Apa anda akan diam saja di rumah dan terus memaksa anak anda sekolah di lingkungan yang tidak sehat itu??" Kali ini Shopiah yang bersuara. Terdengar getaran dalam setiap kata yang dia ucapkan. Pak Jawir mengusap punggung istrinya agar istrinya tidak terbawa emosi.

"Kami sudah memberi peringatan kepada murid-murid yang berbuat kenakalan pada ananda Sakti bu.. Mereka juga sudah membuat pernyataan tertulis dengan tidak akan mengulangi perbuatan mereka lagi. Mereka sudah menyesal bu. Dan kami akan memediasi antara ananda Sakti dan teman-temannya agar tidak lagi terjadi kesalahan yang sama seperti ini, kami harap semua ini bisa kita selesaikan secara kekeluargaan saja."

"Selembar kertas pernyataan tidak akan mampu menyembuhkan luka batin anakku. Aku rasa itu bukan lagi sebuah kenakalan anak, asal anda tahu.. Banyak luka memar di tubuh Sakti, dengan apa mereka melukai anakku hingga meninggalkan bekas lebam membiru seperti itu? Apa anda juga tahu jika Sakti telah dilecehkan oleh salah satu tenaga pengajar di sekolah yang anda banggakan itu?? Anakku dilecehkan dan anda meminta saya memaafkan mereka???"

Shopiah tak habis pikir bagaimana bisa guru itu mengesampingkan penderitaan Sakti dan memilih mengubur masalah itu dengan dalih menyelesaikan secara kekeluargaan.

Shopiah di antar suaminya menuju kamar Sakti, bagaimanapun juga Sakti butuh pendampingan dari orang tuanya agar tidak merasa sendiri menghadapi masalah yang menimpanya.

"Pak Bayu sudah resign pak, dan kami juga tidak tahu di mana keberadaannya.. Saya mohon apa tidak ada jalan lain selain melaporkan masalah ini ke jalur hukum? Bagaimana dengan masa depan anak-anak itu jika mereka harus berurusan dengan polisi di usia sekecil itu?" Kepala sekolah kembali bicara, kali ini Dani yang terpaksa mendengarkan keluh kesahnya karena pak Jawir dan Shopiah sudah meninggalkan ruang tamu.

"Itu bukan urusan saya." Ucap Dani tak kalah dingin dari atasannya.

"Apa anda tidak bisa menolong saya menjelaskan kepada orang tua Sakti mas?" Kembali membujuk Dani. Dani mengerutkan keningnya.

"Sepertinya anda salah alamat jika meminta bantuan kepada saya, saya bahkan tidak peduli sama sekali dengan nasib anak-anak yang mencelakai putra dari atasan saya. Permisi, pintu keluar di sebelah sana jika anda lupa." Dani tak lagi menggubris lawan bicaranya, retinanya sibuk dengan benda kecil di tangannya.

Bu kepala sekolah itu menunduk lesu. Tak tahu lagi harus berbuat apa untuk mempertahankan pekerjaannya.

_____________

"Sakti, makan dulu kak. Ini ibuk buatkan mie ayam, ayo dimakan sebelum mie nya dingin." Kata Shopiah mendekati Sakti yang diam melihat ke luar jendela kamarnya.

Sebelumnya Sakti memang pendiam, tapi setelah mendapat perundungan serta dilecehkan oleh Bayu waktu itu dia jadi lebih murung dan sulit diajak berkomunikasi. Dia seperti menutup diri dari dunia luar.

"Kamu masih sedih ya kak? Kalau kamu seperti ini terus, ibuk ikutan sedih kak.. Ibuk harus bagaimana agar bisa mengembalikan senyum kamu lagi?" Shopiah menaruh semangkok mie ayam serta susu hangat di meja dekat tempat tidur anaknya.

"Nanti aku makan buk. Aku nggak apa-apa." Ucap Sakti tanpa melihat ibunya.

Apanya yang nggak apa-apa?? Tubuh itu semakin kurus, tatapan matanya kosong tanpa binar di sana. Hampir tiap malam Sakti harus memaksakan matanya terpejam berselimut ketakutan. Kadang dia bangun dengan tangisan tanpa suara, yang lebih menyayat hati dia sering mengigau ingin menyusul ayahnya, Wibi yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.

"Kak.. Ibuk selalu meminta kepada Allah supaya ibuk saja yang merasakan sakit mu, supaya ibuk saja yang menderita, ibuk saja yang menggantikan rasa perih di hatimu, ibuk nggak sanggup melihat anak ibuk terus bersedih seperti ini.. Maafkan ibuk yang nggak bisa jaga kamu kak, selalu terjadi hal buruk kepadamu.. Dan ibuk nggak bisa berbuat apa-apa untuk menghiburmu.." Shopiah menaruh kepala Sakti di dekapannya.

Sakti tetap diam tak membalas pelukan ibunya, dia seperti hilang rasa.

"Buk.. Aku mau tanya." Ucap Sakti memecah keheningan di antara mereka.

"Iya kak.. Kamu mau tanya apa?"

"Untuk apa aku tetap hidup di dunia ini buk?"

Bagaikan mendapat hantaman di hatinya, Shopiah bahkan menatap manik hitam itu dalam-dalam. Mengecupnya pelan kening putranya itu, sambil kembali memeluk Sakti membawa tubuh kecil itu ke dalam dekap eratnya.

"Untuk meningkatkan iman mu kepada Sang Khalik, untuk diri mu sendiri dan hiduplah untuk orang-orang yang menyayangi kamu. Jangan putus asa, kamu tidak sendirian kak."

"Tapi dunia selalu memusuhi ku buk.. Aku lelah.." Sakti kembali bersuara pelan lebih seperti bisikan.

"Jangan anggap dunia memusuhi mu kak, jadikan dirimu kuat agar tidak ada lagi yang berani menindas mu. Jadikan dirimu pintar agar tidak ada lagi orang yang bisa membodohi mu. Jadikan dirimu benteng agar tidak seorangpun yang bisa merobohkan mu. Jadikan dirimu orang yang dihormati jangan terkurung dengan kisah kelam mu. Mereka akan terus menertawakan mu jika kamu lemah, mereka akan terus memusuhi mu jika kamu tidak bisa membela dirimu sendiri, ingat kak.. Hiduplah untuk dirimu sendiri! Tergantung lah hanya kepada Tuhan jangan mengandalkan manusia untuk menopang kesedihanmu."

Suara tegas itu diucapkan oleh pak Jawir yang ada di ambang pintu. Melihat ayah sambungnya berkata demikian, ada kilatan semangat yang terpancar dari manik indahnya.

1
Eka Kaban
sering update dong author
Erl: saya usahakan.
karena semangat saya untuk terus berkarya di sini sudah setipis tisu dibelah tujuh
total 1 replies
Lyta Thalita
bukan cuma alka , aku juga gemes pingin mites koe.
sabar sabar kok malah emosi😌
Lyta Thalita
ish
seharusnya baca sambat dulu baru Rungkat 🤦🏻‍♀️
baca sambat jerohanku ikut tegang😳, semoga alka gk kenapa2
𝗝꒤🤫ᵇᵃˢᵉ
aduh... bikay apakah tertembak karena menjadi perisai untuk alka..
Waspray Aja
bikin mampus aja alka thor.. kalau cuma nyari mati nggak dari dulu aja sewaktu belum banyak dosa,?
🍊 NUuyz Leonal
berasa uji nyali di bagian ini
kesel ia deg degan iya tegang nya juga ada rasanya nano nano
Me mbaca
waduh bikay mati demi melindungi alka.....
atau malah pasukan ayahnya yang nembak Johan dulu
🌸Ar_Vi🌸
yaaahhhh.. siapa yg kena tembakkk.. /Whimper/
尺o𝐙⃝🦜
sambat sama othor aja Al yang udah bikin nasib kamu ngenes terus
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍🌼
kesian kamu Al..
sedari kecil sudah dipaksa kuat dan dewasa lebih awal..
bahkan utk jalan hidup saja harus mengikuti keinginan org lain..
giliran memiliki pilihan, malah ditentang..😞
smoga aja kelak kamu bisa mendapatkan kebahagiaanmu itu ya Al
ⓉᵃᵗᵅⒽ ᵃˡⒷᶥⓇᵘnʸ 𒈒⃟ʟʙᴄ
mengsad banget jadi alka pura² baik saja ternyata makin hancur🥺🥺🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Eka Kaban
katanya sultan mah bebas tapi tapi buat bernafas aja ada aturan nya, mending aku hidup serba pas Pasan makan tempe Ama terasi goreng daripada hidup segan bawaannya burdir
🌸Ar_Vi🌸
lanjuut
𝗝꒤🤫ᵇᵃˢᵉ
kenapa alka berkata seperti ini.. apakah kamu tidak ingin hidup berbahagia seperti yang lain kah 🥺🥺
Lyta Thalita
tertekan ya kayaknya jadi alka, tapi pak Jawir misahin starla dan alka kan ada sebab nya karena starla ponakannya Johan.
kenapa author harus ngenalin alka sama starla
padahal Lita tetangga sebelah jomblo akut

yaampun jangan lah ketemu Johan, kok aku takut.. takut trauma mu kumat Al.. kamu gk tau aja Johan penyuka sesama.
ngeriii😖😖😖
Me mbaca
kok aku malah nangis ya baca paragraf terakhir, alka bakal harakiri, saking putus asa po ya?
🍊 NUuyz Leonal
a few moment later 😴😴😴
eh bener gak sih tulisan nya gini 😅😅
pokoknya itu plan cukup alka dan author yang tau yang baca cukup ikutan nyimak aja
🍊 NUuyz Leonal
ko aku sedih ya saat alka mengatakan kata kata ini 🥺🥺
Lyta Thalita
bisa jadi Johan gk pernah kesenggol hukum karena Johan penyedia jasa esseekkkk2 bagi kaum elit
Lyta Thalita
ngeriiii...merinding seluruh tubuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!