Revenge Abandoned Princess
Druduk gruduk gruduk
" Minggir, semuanya minggir! Beri jalan!"
Seorang dokter muda berada di atas brankar sedang menekan tangannya pada luka seorang pasien. Pendarahan yang terjadi begitu banyak dan dia langsung membawa pasien itu ke ruang operasi.
" Dokter?"
" Panggil dokter utama dan juga dokter anestesi. Pasien ini harus segera di operasi."
" Baik!"
Arinsa Gramel, dia adalah dokter residen tahun ke-4 yang bekerja di Emergency Room sebuah rumah sakit terkenal dan tersibuk di kota itu. Padahal seharusnya residen tahun ke-4 seperti dia sudah harus menyiapkan tesis. Tapi Arinsa tetap masih sibuk di bagian ER karena kesibukan di bagian itu yang begitu luar biasa.
Drap drap drap
" Dok?"
" Kerja bagus Arinsa, sekarang kau bisa istirahat."
" Baik."
Arinsa menghembuskan nafasnya penuh dengan kelegaan, dia pun kembali ke ER dan siap untuk menerima pasien lagi. Namun tiba-tiba matanya teraa berkunang-kunang, kepalanya juga terasa berat. Dan tanpa dia sadari sendiri dirinya sudah terjatuh. Namun dia masih mendengar semua orang yang memanggilnya dengan begitu keras.
" Rinsa ... Arinsa ... Apa kau masih mendengar ku!"
" Sial, dia mengalami serangan jantung. Arinsa! Arinsa!
" 180 Joule, Clear!
Degub
" 200 joule, Clear!"
Degub
Tuuuuuuuut
Suara monitor panjang menandakan bahwa pasien sudah tidak lagi bernyawa. Semua orang yang ada di sana tampak sedih. Bagaimana tidak, Arinsa adalah seorang dokter yang sangat rajin dan humble. Dia juga dengan senang hati menggantikan rekan kerjanya yang sedang ada keperluan. Para rekan Arinsa sungguh merasa begitu kehilangan.
" Waktu kematian pukul 15.30, Arinsa Gramel sudah tidak ada lagi bersama kita."
Nguuuuuuung
Sraaaas
Kreek kreeeek
Jegleeeer
Suara gemuruh disertai petir menyambar. Udara yang sangat dingin membuat tubuh seolah membeku. Dan suara ranting pohon saling bergesek semakin menambah suasana sepi semakin mencekam.
Eughhhh
Dia menggeliat di kasur yang dingin itu, matanya mengerjap dan perlahan terbuka. Yang pertama kali dilihat adalah tangannya, dua tangan yang berwarna putih pucat itu seolah bukan tangannya.
Brrrrr
" Di-dingin, gila nih tidak ada penghangat ruangan apa ya di sini. Sebentar, tunggu, aku kan tadi di rumah sakit. Dan ... ."
Nguuuung
Telinganya berdengung. Semua ingatan saling bertumpuk berada dalam kepalanya. Arinsa mengingat bahwa dirinya sudah mati karena kelelahan dan serangan jantung. Tapi saat ini jelas-jelas dia bisa melihat tangan dan juga ruangan yang ia tempati.
Namun yang jelas, Arinsa tahu bahwa tempat yang ia lihat sekarang ini bukanlah kamarnya ataupun rumahnya. Ini terllau luas untuk disebut sebuah kamar.
Jegleeeer
" Apa aku hidup lagi di dimensi yang berbeda? Hmmm, mari kita cari tahu dulu. Tapi ini aneh, kamar ini tampak lebih luas bahkan dari pada kamar VVIP kamar rumah sakit tempatku bekerja dulu."
Sreet
Tap tap tap
Arinsa menyibakkan selimutnya lalu berjalan menuju ke cermin. Dia membulatkan bola matanya saat melihat tampilan dirinya. Rambut berwana coklat dan warna bola mata yang senada dengan rambutnya, ditambah kulit putih pucat.
" Cantik, ini perempuan cantik banget. Tunggu, ini aku? Apa ini sungguh aku,?"
Arinsa menggerakkan tangannya sendiri dan memutar badannya, ia juga menepuk pipinya. Ya, bayangan yang terpantul di kaca itu merupakan dirinya.
" Waah ini benar-benar aku, sebentar."
Telinga Arinsa kembali berdengung, satu persatu ingatan dari pemilik tubuh asli mulai meresap kedalam kepalanya. Dan yang membuat Arinsa sedikit terkejut adalah nama depan yang sama dengan dirinya, namum usia Arinsa yang sekarang jauh lebih muda dari pada Arinsa yang sudah mati.
" Arinsa De Rouglas, seorang putri kerajaan Rou berusia 18 tahun. Sudah memasuki usia dewasa namun karena dia putri yang dibuang, putri yang tidak diinginkan, dan putri yang lahir dari seorang pelayan sehingga dia tidak mengadakan acara kedewasaan. Haah dasar bangsat. Kelaminnya yang bermasalah kenapa anaknya yang jadi salah. Kalau emang tidak mau punya anak dari seorang pelayan kenapa harus menggauli pelayannya. Dasar Raja bejat!"
Mendapat semua ingatan itu, membuat Arinsa merasa sangat geram. Di kehidupannya yang dulu, dia juga merupakan anak yatim piatu yang dibesarkan dalam sebuah panti asuhan. Beruntung dia memiliki otak yang cerdas dan panti asuhan yang ditempatinya juga baik sehingga dia mampu menempuh pendidikan dan menjadi dokter.
Pernah mencari orangtuanya yang ternyata ayahnya adalah orang yang memiliki pangkat. Awalnya Arinsa ingin menemuinya, namun ia urung karena ternyata dia hasil dari sebuah pelecehan pria itu terhadap gadis muda.
Ibunya yang masih muda meninggalkannya di panti asuhan karena jelas tidak mampu merawatnya. Beruntung ibunya masih memiliki belas kasih, Arinsa tidak digugurkan.
Dan sekarang dia masuk ke kehidupan putri yang terbuang. " Hahaha lucu, hidup ini benar-benar lucu bagiku. Takdir yang lucu dan kehidupan seperti lelucon. Arghhhhh!"
" Tuan Putri, Tuan Putri Arinsa! Apa Anda tidak apa-apa?"
Mendengar suaranya, otak Arinsa memberi sinyal dan kemudian mengingat, bahwa orang yang sekarang ada di depan pintu kamarnya itu merupakan pelayan pribadinya. Dimana pelayan tersebut pun sebenarnya enggan melayani Arinsa. Bagi seorang pelayan, siapa majikan yang dilayani menjadi nilai tersendiri. Jika dia melayani seseorang yang berpengaruh maka dia pun akan ikut menikmati kepopuleran itu. Tapi jika yang dilayani seorang yang tidak berguna maka dia pun akan direndahkan.
" Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke kamarmu."
" Baik Tuan Putri."
Kotak klotak klotak
Suara langkah kaki sudah menjauh, Arinsa pun yakin bahwa pelayannya itu pasti juga sudah pergi.
" Sekarang, apa yang harus aku lakukan. Tapi aku berjanji Arinsa, aku akan menghancurkan kerajaan ini. Ya, aku akan membumihanguskan kerajaan ini termasuk orang-orang yang ada di dalamnya. Tapi dari amna aku harus memulainya, ughhhh."
Arinsa mengusap wajahnya kasar. Dia memang sudah bertekad akan membalaskan dendam pemilik tubuh asli, namun dia juga bingung. Saat ini Arinsa baru saja datang kemari dan tidak tahu sama sekali tentang apapun yang ada di dunia ini. Jadi dia pun tidak tahu bagaimana harus bergerak.
" Haaah entahlah, mari tidur dulu. Pas sekali. Sudah berapa hari akau tidak tidur. Jadi sekarang mari tidur, siapa tahu ada petunjuk saat aku tidur nanti."
Arinsa kembali berjalan menuju ke tempat tidur. Dia lalu menjatuhkan tubuhnya di sana. Meskipun istana ini begitu sepi namun tempat tidur yang saat ini ia gunakan sangat empuk dibanding tempat tidurnya di kehidupan sebelumnya.
" Besok pikir besok, sekarang aku akan tidur. Tapi aku sungguh berjanji Arinsa, kita memiliki nama yang sama. Aku akan membuat kepergianmu tenang. Aku sungguh akan menghancurkan kerajaan ini hingga rata dengan tanah."
TBC
Hay hay Readers, ini karya ketiga aku. Semoga kalian suka ya. Dan selamat menjalankan puasa bagi yang menjalankannya.
Mohon dukungannya dengan memberi like dan komen. Jangan lupa di subscribe ya biar langsung dapat notif kalau up.
Terimakasih banyak. Selamat membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Rizky Fadillah
thor,aku baru 5 detik lalu selesai baca novel mu yg grand duke rubi,sekarang aku mampir kesini,hmm kya nya aku thu jln cerita nya,maaf klo slh ini latar belakang kerajaan nya kya di kerajaan di novel rubi itu kerajaan kecil kerajaan rou bersalju apakah benar
2025-03-16
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
saya mampir lg thor dan skrng saya bacanya sambil sahur nunggu imsak semoga aja thor up nya bnyk tiap harinya 💪💪🤭🤭😘😘
2025-03-04
0
Osie
aku mampir nih..moga sesuai ekspektasiku...artinya wanita tangguh..jago bela diri..smart dan gak gampang ditindas
2025-03-11
0