"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
****
Bia gadis yatim piatu yang haus akan cinta. Dia menyerahkan segalanya untuk Dira, pria yang dia cintai sepenuh hati. Dari mulai cintanya sampai kehormatannya. Tapi Dira yang merupakan calon artis meminta putus demi karir, meninggalkannya sendirian dalam keadaan mengandung.
Demi si kecil yang ada di perutnya Bia bertahan. Memulai hidup baru dan berjuang sendirian. Semua membaik berjalannya waktu. Ia dan si kecil Divan menjalani hari demi hari dengan ceria. Bia tak peduli lagi dengan Dira yang wara wiri di televisi dengan pacar barunya.
Tapi rupanya takdir tak tinggal diam dan mempertemukan mereka kembali dalam kerumitan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elara-murako, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takdir Memang Aneh
Dira masih berusaha berhati-hati dengan penyamarannya. Sebuah topi menutup rambut dan masker melindungi bagian hidung hingga dagu. Ketika ia bercermin pada spion, Dira yakin sudah tidak terlihat jelas. Pria itu kemudian membuka pintu mobil dan berjalan ke luar.
Dira tidak ada pilihan lain. Jika harus memilih mengungkap sifat kekanak-kanakannya atau dikejar fans di dalam mall, Dira lebih memilih opsi yang ke dua. Serius, ia tidak bisa mengungkap pada satu orang pun jika ia menyukai marshmallow yang di jual di toko paling tua di Blue Humble Mall.
Semua itu berawal sebelum negara api ... eh ... ibunya membelikan marshmallow di sini setiap kali mengunjungi Dira ke Emertown. Akhirnya Dira jadi ketagihan hingga sekarang.
"Syukur, tidak ada yang mengenali," batin Dira sambil mengusap dadanya begitu ia dengan lancar tiba di depan pintu toko. Ia nekat pergi sendiri akibat mementingkan image.
Hendak membuka pintu, Dira tanpa sengaja melihat seorang anak kecil berdiri di depan kaca jendela toko. Matanya membulat dan beberapa kali mengucap kata, "Wow!"
"Kau mau?" tanya Dira menghampiri anak itu sambil berjongkok di depannya. Anak ini masih sangat mungil hingga Dira masih harus menunduk meski sudah berjongkok.
Anak di depannya hanya berkedip-kedip. "Oom capa?" tanyanya curiga membuat Dira tersentak kaget. Namun Dira akhirnya memaklumi. Posisinya sekarang sedang menutup wajah dengan masker dan anak seusia ini tentu belum mengenalnya.
"Mau tidak?" tawar Dira lagi. Divan terlihat berpikir keras hingga memicingkan matanya. Dira yakin dalam diri anak itu pasti ada pergolakan hebat.
"Kaci ja, tapi ndak cium," ucap Divan memberikan syarat. Biasanya ia akan disuruh mencium atau dicium setiap kali mendapat hadiah dari nenek atau ibunya.
Dira tertawa geli. "Hei bocah! Harusnya aku yang memberi syarat. Kan aku yang membelinya," protesnya.
Divan melipat tangan di depan dada dan menatap Dira tajam. "Divan," ucap Divan menolak dipanggil bocah.
"Dira," balas Dira menolak dipanggil Oom. "Mana ayah dan ibumu?" tanya Dira. Ia menengok kanan dan kiri tapi tak seorang pun terlihat gusar melihat keberadaan Dira dekat Divan.
Divan menggeleng. "Mamah keja. Papa nfak da," jawab Divan.
Dira menggaruk keningnya. "Kerja di mana?" tanyanya lagi.
"Toko."
Mendengar jawaban itu, Dira membuat kesimpulan sendiri jika ibu Divan bekerja di salah satu toko di mall ini. Dira memangku Divan masuk ke dalam toko untuk membelikannya beberapa marshmallow. Anak yang memakai jaket abu-abu dan celana jeans panjang itu hanya menurut.
"Memang ayah kamu gak ada kemana?" tanya Dira yang masih merasa janggal dengan apa yang dimaksud anak itu.
Divan berpikir. Sepertinya ia mencoba merangkai kata. "Kabul. Cali mama balu," jawab Divan. Kata itu ia dapatkan dari Melvi.
Dira bingung bagaimana menanggapinya, antara kasihan tetapi juga ingin tertawa. Mulut kecil itu begitu lucu saat berceloteh.
Di dalam toko Dira meminta Divan memilih banyak marshmallow yang nantinya akan di kemas ke dalam kotak. Marshmallow di sini mengandung lebih banyak susu dan juga ada rasa hazelnut. Sehingga tidak hanya manis, tapi juga gurih.
"Aku antar ke mamah, ya?" tawar Dira begitu selesai mendapatkan marshmallow di tangan. Ia membeli dua kotak marshmallow yang disimpan di dalam tas kertas yang berbeda. Satu untuknya dan satu untuk Divan.
Divan menunjuk jalan yang ia lalui ketika mengejar bola. Anak itu memiliki daya ingat yang baik. Namun di tengah perjalanan, ia terpaku pada sebuah benda.
"Pololo!" tunjuk Divan pada action figure cukup besar yang dipajang di salah satu toko. Action figure itu berbentuk pinguin berkaca mata dengan warna biru.
Dira menurunkan Divan. "Kau mau itu juga?" tanyanya. Divan mengangguk malu. "Tapi foto dulu," syaratnya. Divan mengangguk.
Anak ini terlalu imut hingga Dira gemas sendiri ingin menyimpan fotonya. Dira mengeluarkan ponsel dan bersiap mengambil foto Divan.
"Siap?" tanya Dira dengan kamera yang sudah mengarah pada balita itu. Divan mengacungkan telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V sambil tersenyum lucu memperlihatkan lesung pipinya.
"Ya ampun, kau lucu sekali," puji Dira. Divan terkekeh. "Aku tepati janji, akan aku belikan kamu pokoyo." Dira menyimpan ponsel di saku jaketnya.
Divan manyun. "POLOLO!" protes Divan.
🌿🌿🌿
**Yok kak ajak pasukan buat komen laknat di sini. Jangan lupa tinggali jempol. Karena up banyak maaf gak sempat balesin komen satu-satu.
up lagi besok pagi klo gak ada insiden nyangkut kayak hari ini 😁. makanya buat tahu kapan up, bisa gabung GCku ya 😘**.