Pernikahan Beda Usia

Keisha masih berdiri berhadapan dengan Mayang. Keduanya saling menatap dengan penuh kebencian. Setiap orang yang melihat mereka pasti tidak akan bisa menduga jika sebelumnya kedua perempuan itu bersahabat baik.

"Aku tidak tahu keuntungan apa yang kamu dapatkan dengan memamerkan mobil ini padaku?" ucap Keisha.

"Jika kamu mengira aku akan merasa iri, itu salah besar. Barang-barang yang kamu miliki bisa dengan mudah aku dapatkan," imbuh Keisha.

"Atau kamu juga mengira aku akan bersedih karena Miko lebih memanjakan dirimu dari pada aku, itu juga salah, May," ucap Keisha.

Mayang diam, tetapi matanya masih menatap Keisha dengan sangat tajam, terlihat sekali kebencian Mayang pada Keisha.

"Sudahlah, May. Kita akhiri ini saja, aku sudah bahagia dengan kehidupanku sekarang. Kamu juga sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Jadi ... aku minta tolong hentikan semua ini! Kita hidup masing-masing saja. Hiduplah dengan tenang dan bahagia bersama pria itu," ucap Keisha.

"Apa kamu pikir aku akan bisa tenang dan bahagia jika suamiku masih berharap pada wanita lain? Aku tahu kamu dan suamiku diam-diam saling berkomunikasi di belakangku," ucap Mayang.

Keisha menyunggingkan senyum tipisnya. "Dengan ini kamu seharunya bisa tahu bagaimana perasaanku saat kamu menjalin hubungan gelap dengan suamiku dulu di belakangku."

"Tapi bedanya adalah aku sama sekali tidak membalas atupun menggubrisnya. Karena aku tidak tertarik pada suami dari wanita lain," tegas Keisha.

"Omong kosong!" Mayang sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Keisha.

"Aku tahu kamu ingin merebut mas Miko untuk membalas dendam padaku, 'kan?" tuduh Mayang.

"Mayang, Mayang! Maaf, aku masih memiliki banyak pekerjaan yang lebih bermanfaat daripada aku harus membalas dendam padamu. Apalagi untuk mendapatkan pria yang sudah sangat menyakitiku. Aku bukan wanita bodoh," ucap Keisha.

"Dengar, Keisha Alvina Putri Pramuja! Aku peringatkan padamu! Jika kamu berani mengganggu suamiku, aku tidak akan tinggal diam," ucap Mayang.

"Aku tidak pernah mengganggu suamimu! Justru suamimu yang selalu saja menggangguku," ucap Keisha.

"Bohong!" bentak Mayang.

Keisha mengela napasnya, ia tidak tahu lagi cara agar Mayang percaya jika dirinya tidak ingin merebut Miko darinya.

"Dengar Mayang, aku sudah memiliki kekasih yang jauh lebih baik. Jadi untuk apa aku berharap kepada mas Miko," ucap Keisha.

"Kekasih? Apa maksudmu Pak Arya Wiguna Atmaja?" tanya Mayang.

Eh?

Keisha merasa bingung untuk menjawab pertanyaan dari Mayang. Jika dirinya tidak menjawabnya, maka Mayang pasti akan terus saja menyudutkannya.

"Iya, dia orangnya." Keisha sedikit ragu untuk menjawabnya.

"Sekarang tolong jangan lagi mengurusi hidupku. Aku sudah tidak ada hubungannya lagi dengan suamimu," pinta Keisha.

"Sekarang aku kasih saran padamu. Urus suamimu dengan baik. Jangan biarkan dia berpaling dan mengejar wanita lain," ucap Keisha.

Keisha merasa perdebatan dirinya dan Mayang tidak akan berujung, ia memilih pergi, menyingkir dari tempat itu.

"Aku harus pergi. Masih ada hal yang lebih penting dari ini," ucap Keisha.

Keisha meninggalkan Mayang dan melangkah masuk ke club malam. Ketika sudah berada di dalam, Keisha mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang sedang berulang tahun.

"Keisha!"

Keisha mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang memanggilnya.

"Keisha!"

Keisha terkejut, tiba-tiba saja ada yang menyentuh pundaknya. Ia menoleh dan mendapati seorang pria, memakai kemeja warna biru tua, kulitnya yang putih, wajahnya juga sangat tampan, dia adalah Zio, teman Keisha sewaktu kuliah dulu.

Keisha dan Zio saling menjabat tangan kemudian saling memeluk. Beberapa saat kemudian keduanya sama-sama menarik diri dari pelukan itu.

"Ck, kenapa kamu datang terlambat?" tanya Zio.

"Maaf, ada masalah kecil tadi," jawab Keisha.

"Masalah? Semuanya baik-baik saja, 'kan?" tanya Zio.

"Ya, semuanya baik-baik saja," jawab Keisha.

"Oh, iya bagaimana kabarmu?" tanya Keisha.

"Kabarku baik," jawab Zio. "Bagaimana dengan kabarmu." Zio balik bertanya pada Keisha.

"Kabarku juga baik," jawab Keisha.

"Oh iya, happy birthday." Keisha memberikan kado yang ia bawa untuk Zio.

"Terimakasih banyak, Keisha. Sejujurnya ini tidak perlu, dengan kamu datang ke sini juga itu sudah sangat berarti untukku," ucap Zio.

"Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol di sana." Zio menunjuk meja bar yang ada di sudut ruangan.

Keisha menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Zio. Keduanya melangkah bersama dan duduk bersebelahan di kursi yang ada di depan meja bar.

"Mas, dua ya." Zio memesan minuman pada bartender.

"Maaf, aku tidak minum," tolak Keisha.

"Ayolah, Kei. Untuk malam ini saja," bujuk Zio.

"Tidak, Zio. Aku tidak biasa minum." Keisha tetap menolak untuk minum.

"Baiklah." Meksipun Zio merasa kecewa, dirinya juga tidak bisa memaksa Keisha.

"Mas, satu saja. Untuk wanita ini berikan saja soft drink," pinta Zio.

Setengah jam Keisha mengobrol dengan Zio, tetapi laki-laki itu pergi ketika ada temannya yang memanggilnya.

"Maaf, Kei. Aku tinggal sebentar ya. Tidak apa-apa, 'kan?" tanya Zio.

"Tidak masalah, pergilah," ucap Keisha.

Keisha duduk sendiri setelah Zio pergi. Ia merasa sepi di tempat yang ramai itu. Ingin bergabung bersama teman-temannya di lantai dansa, Keisha juga merasa ragu.

Keisha merogoh tas kecilnya untuk mengambil ponselnya di dalamnya. Bersamaan dengan itu ada notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya.

"Mas Arya?" Kening Keisha mengernyit melihat pesan dari Arya.

Keisha membaca sederet pesan dari Arya. Isi pesan itu semuanya sama, pria itu bertanya mengenai keberadaan dirinya. Keisha merasa heran, Arya bertanya seperti seorang wartawan saja.

"Ada apa dengan orang ini?" tanya Keisha.

Keisha merasa bingung dengan Arya, sedangkan di tempat lain Arya juga sedang bingung pada dirinya sendiri.

Arya merasa bingung saat dirinya terus saja memikirkan Keisha. Bahkan di manapun dirinya berada Arya selalu saja melihat Keisha. Akan tetapi Arya harus merasa kecewa, karena yang dia lihat sesungguhnya hanyalah bayangannya saja.

"Hei, Bos. Sudah aku bilang, kalau suka katakan saja. Jangan memendamnya sendiri seperti itu. Atau kamu akan menjadi gila seperti ini," ejek Tio.

Arya mendengkus, seraya menenggak minuman yang ada di tangannya. Ia sama sekali tidak minat untuk membalas ejekan dari Tio.

"Hei, Bos, sudah hentikan! Berapa banyak lagi Anda akan minum?" tanya Tio.

"Bukan urusanmu!" balas Arya.

Arya yang sudah merasa sangat frustrasi karen Keisha memilih pergi bersama Tio ke club malam. Namun, di tempat itu juga bayangan Keisha masih saja mengikutinya.

"Ck, wanita itu kenapa terus saja menggangguku." Arya berdecak saat kembali melihat Keisha di club malam.

"Wanita mana?" tanya Tio.

"Siapa lagi kalau bukan Keisha. Aku melihatnya lagi di sini," jawab Arya.

"Keisha? Mana? Aku tidak melihatnya?" Tio memandang sekitanya, tetapi tidak melihat Keisha.

"Itu di sana ...." Arya merasa bingung saat Keisha tidak terlihat lagi. "Tadi aku melihatnya di sana."

"Mungkin kamu salah lihat," ucap Tio.

"Tidak mungkin, aku melihatnya dengan jelas tadi," ucap Arya.

"Kamu sudah banyak minum. Itu pasti hanyalah bayangannya saja," ucap Tio.

"Aku masih sadar," tampik Arya.

"Jika benar Keisha ada di sini, lalu di mana dia sekarang?" Tio kembali mengedarkan pandangannya, tetapi tetap saja tidak melihat Keisha.

"Aku juga tidak tahu," jawab Arya.

"Ck, ck, ck, sepertinya wanita itu sudah berhasil mengacaukan pikiranmu dan juga hidupmu. Dan aku sangat yakin sebentar lagi kamu akan menjadi gila," ledek Tio.

Mungkin benar yang dikatakan oleh Tio, pikirannya menjadi kacau karena Keisha.

"Dari pada terus menerka-nerka, lebih baik chat saja dia. Tanyakan di mana keberadaanya sekarang," usul Tio.

"Ya itu ide yang bagus." Arya merogoh saku celananya, ia mengambil ponsel dari dalamnya.

Arya mencari nomor Keisha di ponselnya. Setelah menemukannya Arya bertanya pada Keisha tentang keberadaannya melalui pesan. Namun, sudah setengah jam Keisha belum membalas pesannya.

Saat sedang merasa frustasi karena Keisha tidak membalas pesannya, Arya justru sekali lagi melihat Keisha, tetapi Keisha berjalan dengan dipapah oleh Mayang.

Arya belum sepenuhnya yakin jika itu adalah Keisha dan Mayang. Berulang kali Arya mengedipkan matanya, ia masih bisa melihat Keisha dan Mayang.

Sekarang Arya merasa yakin jika dirinya sedang tidak mengkhayal. Ia yakin Keisha ada di tempat yang sama dengannya.

"Keisha kenapa? Dan kenapa dia bisa bersama perempuan itu?" Arya merasa curiga. Ia segera pergi untuk mengikuti Mayang dan juga Keisha.