Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 31
"Sebenarnya ada apa ini, mengapa tiba-tiba istana di tutup seperti ini. Lalu, sama sekali tidak ada kejelasan. Siapa juga yang berani menutup istana tiba-tiba."
Beberapa Lady Bangsawan nampak menggerutu, namun tidak dengan Micel. Micel terlihat tenang. Dia yakin ada sesuatu yang terjadi di dalam istana. Meskipun mereka memiliki mata-mata di dalam sana, tapi tak ada informasi yang bisa di dapat. Istana sungguh langsung ditutup. Yang ada di dalam tidak bisa keluar dan yang di luar tidak bisa masuk. Baik itu orang yang bekerja di istana maupun hanya tamu yang datang.
"Apa kita akan pulang begitu saja?"
"Mau apa lagi, ditutupnya Istana memiliki arti bahwa sekarang sedang ada sesuatu yang penting.Tadi bukankah kalian dengar sendiri kalau ada rapat internal. Jika demikian pasti sesuatu terlah terjadi. Sebaiknya sekarang semuanya pulang dulu. Dan ingat untuk tidak bicara apapun mengenai ini.Jangan sampai ada asumsi-asumsi yang merugikan kaisar."
Gaya bicara Micel sudah seperti salah satu anggota keluarga dari istana saja. Sebagian nampak takjub dan kagum namun sebagian tidak menyukainya. Mereka beranggapan bahwa Micel adalah wanita yang sok, dia seolah sudah jelas menjadi permaisuri. Padahal dirinya belumlah pasti jadi. Mereka semua ini kandidat, masih sekedar calon dan tidak ada satupun yang akan tahu siapa nanti yang benar-benar bisa menduduki posisi tertinggi sebagai wanita di kekaisaran ini.
Gaya bicara dan tinda tanduk Micel benar-benar membuat sebagian lady bangswan merasa jengah. Gayanya yang begitu tinggi dan seolah paling anggun, paling cantik dan paling berwibawa membuat orang yang melihatnya enggan untuk berbicara. Mereka bahkan memilih untuk menghindar dari pada mendengar Micel berbicara.
"Dia sungguh menjengkelkan."
"Iya benar, aku setuju dengan mu."
Dua orang lady bangswan mengungkapkan isi hatinya ketika Micel sudah pergi meninggalkan gerbang istana. Bukan tanpa alasan mereka baru berani bicara saat Micel sudah pergi. Mereka takut karena kedudukan bangswan Micel termasuk paling tinggi. Bangswan yang berada di tingkat rendah tidak akan berani bicara hal yang tidak sopan kepada yang kedudukannya lebih tinggi. Bisa-bisa mereka mendapat sanksi sosial yakni dibuat orang tidak ada yang berhubungan dengan mereka. Dan hal ini tentu sangat menakutkan.
Sistem kasta memang sangat menakutkan. Entah dimanapun itu tempatnya, bagi tempat yang masih memakai sistem itu, maka sudah jelas akan ada yang namanya diskriminasi. Sesama bangswan saja mereka akan saling menindas, apalagi yang statusnya hanya rakyat jelata, semakin sulit saja. Maka dari itu rakyat biasa yang sama sekali tidak memiliki kedudukan dan harta, tidak berani melakukan hal yang dapat membuat para bangsawan marah.
Gradak gradak gradak
Suara kereta kuda dipacu dengan sedikit lebih cepat. Meskipun tadi nampak tenang tapi sebenarnya Micel merasa begitu kesal. Dia amat sangat kesal karena tidak jadi masuk ke dalam Istana.
"Sialan, mengapa harus ditutup? Sebenarnya ada apa di dalam sana? Gara-gara itu aku jadi tidak bisa bertemu dengan Baginda Kaisar. Padahal aku tahu Baginda sudah ada di dalam istana. Aaah sial. Dan apa-apaan tadi, mengapa yang menurunkan perintah adalah Evelyn. Dia hanya Duchess tapi berlagak seperti Permaisuri. Arghhhh aku benar-benar membenci dia. Jika aku nanti jadi Permaisuri, akan ku jadikan dia di bawah kaki ku."
Sungguh sangat luar biasa sekali pemikiran dari Micel ini. Dia benar-benar merasa yakin bahwa dirinya lah yang terpilih menjadi permaisuri. Dan hari ini Micel sangat kesal. Pasalnya dia sudah berdandan dengan begitu sempurna demi untuk bertemu dengan Loyd, tapi ternyata semuanya gagal karena pemberitahuan tentang ditutupnya istana.
Dengan membawa rasa kesalnya, Micel tak ingin pulang dengan segera. Dia memilih untuk mampir dulu ke sebuah tempat seperti toko kue. Ya makanan manis merupakan obat yang paling mujarab untuk hati yang kesal.
Sedangkan itu di dalam istana, Paul dan Loyd tengah berbincang. Dua orang pria beda kedudukan itu tak meninggalkan kamar Esme. Loyd tetap ingin berada di sana hingga Esme sadar. Pasalnya hingga malam, wanita itu masih dalam kondisi seperti semula.
"Count, siapa saja menurut mu yang ingin menyelakai Esme?"
"Maafkan saya Baginda, saya pun tidak tahu. Selama Esme menjabat sebagai Ratu, memang ada beberapa yang tidak menyukainya. Namun saya sungguh tidak menyangka bahwa sekarang hal seperti ini terjadi pada Esme. Jika benar Esme terkena sihir hitam, maka pastilah orang yang melakukannya memiliki uang yang cukup banyak untuk membayar penyihir. Di Vasilica, tidak ada penyihir, maka dari itu jasa penyihir sangat lah mahal. Itu adalah dugaan saya yang mana tidak bisa dijadikan acuan."
"Tidak Count, apapun kemungkinan yang ada, bisa dijadikan petunjuk. Count, buatlah daftar nama-nama siapa saja yang membenci Esme. Lalu tandai mereka yang merupakan bangsawan kaya."
"Baik Baginda."
Loyd melihat ke arah Heros, tangan kanan kaisar itu paham betul arti tatapan tuannya. Heros langsung mengajak Paul untuk membicarakan hal tersebut, ia akan membantu Paul untuk membuat daftar yang diinginkan oleh Loyd.
Sedangkan Algar, dia memilih berada di ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Ditemani oleh sang istri, mereka berdua berbincang secara pribadi
"Aku sungguh kasihan melihat kondisi Lady Esme. Mengapa ada yang tega melakukan itu. Aku sungguh tidak tega melihatnya."
"Ya kau benar sayang, aku pun kasihan melihatnya. Apa kehidupannya menjadi ratu sangat berat ya. Dia tampak sangat lelah."
"Dengar-dengar, ini rumor yang beredar dan aku dapat dari informan yang ku kirim. Katanya Raja Vasilica tidak mencintainya. Dia selama ini hanya fokus bekerja dan hubungan rumah tangga mereka hanya sebatas hubungan politik. Bahkan Lady Esme lah yang seperti memegang kendali atas kerajaan karena kiprahnya. Maka dari itu Raja Vasilica seolah tidak menyukai apa yang dilakukan oleh istrinya."
Algar terdiam, jika memang hal itu yang terjadi, maka seharusnya Stefan ini bekerja lebih keras. Dia harus berusaha menunjukkan dirinya dan bukannya malah melampiaskan rasa tidak puasnya terhadap sang istri.
"Sayang, aku jadi khawatir dia akan menolak permintaan Kakak untuk menjadi Permaisuri."
Algar terkejut mendengar ucapan istrinya. Bagaimana bisa tiba-tiba Evelyn bicara demikian.
"Memangnya kau yakin Kakak akan melakukan itu."
"Ya Tuhan suamiku, apa kau tidak melihat bagaimana tatapan kakak ke Lady Esme. Dia memang mengatakan tertarik, tapi menurutku dia tak hanya sekedar tertarik. Dalam hatinya pasti merasakan sesuatu."
Algar mengangguk-anggukan kepalanya. Dia paham dengan apa yang diucapkan oleh istrinya tersebut.
"Semoga semua yang Kakak inginkan terwujud dengan lancar. Aku ingin melihat Kakak memiliki keluarga, bukan hanya sekedar permaisuri yang mendampingi Kaisar. Aku ingin Kakak memiliki istri yang dicintai dan mencintainya."
TBC
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/