Namanya Tegar, pemuda dengan pembawaan ceria tapi hatinya penuh dengan dendam.
Di depan kedua matanya, Tegar kecil harus menyaksikan kedua orang tua meregang nyawa dan kakaknya digilir di rumahnya sendiri, oleh sekelompok orang.
Yang lebih menyakitkan, para penegak hukum justru tunduk pada orang-orang tersebut, membuat dendam itu semakin dalam dan melebar.
Beruntung, Tegar mendapat keajaiban. Sebuah sistem dengan misi layaknya pesugihan, Tegar menemukan jalan yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh Mulai Ketar Ketir
Kali ini Gunawan kembali terbungkam, begitu mendengar jawaban yang keluar dari mulut anaknya. Amarahnya yang sudah diubun-ubun seketika dia tahan agar tidak meluap terlalu besar lalu melampiaskan amarah itu kepada anaknya.
Sekarang, Gunawan tidak bisa membentak dan berteriak. Dia hanya menatap nyalang anak laki-lakinya yang tertunduk. Pria itu tidak menyangka kalau selama ini anak laki-lakinya ternyata memperhatikan semua tindakannya.
Yang membuat Gunawan kaget hingga tumbuh rasa kecewa, pria itu mengetahui fakta kalau anaknya lebih meniru jejak buruknya dari pada sikap baik yang selama ini dia contohkan.
Sampai beberapa menit kemudian, Gunawan memilih beranjak dari kamar sang anak, bergegas keluar rumah dan melangkah menuju mobil yang biasa dia gunakan menuju kantor dengan hati yang bergejolak.
Karena suasana hatinya sedang buruk, Gunawan menunjuk sang supir yang biasa dipakai istrinya, untuk mengantarkannya menuju kantor. Tidak seperti biasanya, Gunawan menyetir kendaraannya sendiri.
Hingga sesampainya di gedung Kobam grup, mobil Gunawan segera memasuki jalur khusus agar terhindar dari kerumunan berbagai media yang sudah berada di dekat pintu utama gedung tersebut.
"Aku pikir kamu tidak akan datang ke kantor, Gun," ucap salah seorang rekannya begitu Gunawan keluar dari lift dan melangkah menuju kantornya.
"Kenapa? Apa di kantor ada masalah?" tanya Gunawan sambil terus melangkah hingga memasuki ruang kantornya.
"Orang-orang yang bekerja sama dengan kita, mempertanyakan nasib mereka," terang Hartawan. "Mereka tidak mau, nantinya ikut terseret pada kasus penyuapan kita terhadap Pak Suryo."
Gunawan mengangguk paham. Dia lalu membuka laptopnya setelah duduk di kursi kebesarannya. "Apa kamu sudah menemukan siapa yang merekam video-video itu?"
"Hendrawan dan Darmawan yang melakukannya. Kemungkinan mereka sebentar lagi ke sini," balas Hartawan. "Semalam, aku juga sudah mendapat laporan dari orang yang kita tugaskan untuk mendatangi rumah Mutia Maharani."
"Gimana hasilnya?" tanya Gunawan sambil membalas email yang masuk ke dalam akunnya. Beberapa dari email itu adalah kiriman rekan bisnis, baik yang bekerja sama di usaha Legal maupun ilegal.
"Katanya rumah Mutia, sekarang berhantu, Gun."
Seketika Gunawan menghentikan kegiatannnya sejenak. "Berhantu? Apa maksudnya?" tanya pria itu sambil menatap Hartawan.
"Jadi gini..." Hartawan lantas menceritakan informasi yang dia dapat dari dua anak buah yang semalam ditugaskan untuk mengorek informasi tentang keluarga Mutia yang tersisa. Gunawan semakin terkejut dan ada rasa tidak percaya, mendengar cerita itu.
"Kok aneh gitu?" ujar gunawan.
"Ya itu yang aku dengar. Aku aja awalnya nggak percaya. Tapi ini yang lihat dua orang loh," balas Hartawan.
Di saat bersamaan, dua orang rekan Gunawan pun datang ke ruangan tersebut.
"Ini benar-benar aneh, Gun, ini benar-benar aneh," ucap Hendrawan sembari duduk di sofa yang ada.
"Aneh kenapa lagi ini?" tanya Gunawan semakin dibuat heran dan penasaran dengan sikap rekan-rekannya.
"Tahu nggak, ternyata yang merekam dan memviralkan dua video itu, memakai nama akun Mutia Maharani lagi."
"Apa!" Gunawan dan Hartawan sontak menunjukan reaksi yang sama. Bahkan Hartawan langsung melangkah menghampiri rekannya dan mengambil laptop yang tadi di pegang Darmawan.
"Bagaimana bisa seperti ini?" Hartawan dibuat terperangah begitu melihat semua data yang ada di laptop tersebut.
"Kita sendiri juga bingung," ujar Darmawan. "Video itu diunggah bersamaan dan titik lokasinya berada di kutub utara."
"Jangan kan kita, orang-orang kita yang ahli dibidangnya juga dibuat tak percaya saat melakukan pelacakan," Hendrawan kembali bersuara.
"Bagaimana ini, Gun? Kalau kaya gini terus, kita bakalan hancur," ujar Hartawan mulai panik. "Sepertinya dia memang sengaja mengincar kamu karena dia tahu, kamu yang paling berpengaruh di antara kita berempat."
"Oh iya, aku juga mendapat laporan," ucap Hendrawan. "Dua orang gadis semalam kabur saat hendak di kirim ke..." seketika ucapan pria itu terhenti saat Gunawan memberi kode dengan meletakkan satu jari telunjuknya di depan bibir.
"Sebaiknya kita jangan membahas apapun di sini," ujar Gunawan. "Bisa saja, saat ini kita sedang direkam."
"Astaga.." ketiga rekan teman sontak menunjukan reaksi yang sama.
"Aku akan memeriksanya. Kemungkinan banyak kamera pengintai di sini," ucap Darmawan dan pria itu langsung bangkit dari duduknya.
####
Sementara itu, anak muda yang membuat kekacauan pada hidup Gunawan, saat ini sedang asyik menikmati bakso yang lokasinya tak jauh dari sekolah, yang sedang didemo oleh para wali murid.
Fiza juga ada di sana dan kali ini dia menyerupai wanita biasa yang sangat cantik. Tegar sengaja melakukannya agar tidak ada yang mengganggu.
Jika Fiza menyerupai wajah artis, Tegar tidak akan mungkin sesantai itu berada di warung bakso yang cukup ramai didatangi oleh pengunjung.
"Kenapa mereka pada lihat ke arah kita ya, Tuan? Apa ada yang aneh pada kita?" tanya Fiza ketika matanya habis memperhatikan beberapa pengunjung di sekitar mereka.
"Mereka heran karena kamu terlihat sangat cantik," jawab Tegar asal.
Sebenarnya Tegar tahu alasan lain dirinya menjadi pusat perhatian. Selain karena Fiza yang memang terlihat cantik, Tegar menikmati baksonya hanya sendirian saja. Padahal Tegar memesan dua porsi, tapi malah dihabiskan sendiri.
"Tapi kenapa mereka, rata-rata berpasangan?" tanya Fiza lagi.
"Mungkin mereka sedang kencan," jawab Tegar lagi.
"Kencan? Apa itu kencan?"
Tegar tidak langsung menjawab. Namun, anak muda itu terdiam sejenak, memikirkan rangkaian kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Fiza sambil mengunyah bakso urat.
"Kencan itu, suatu hubungan khusus antara satu laki-laki dan satu wanita yang melibatkan emosi dan perasaan terdalam. Jika beruntung, hubungan kencan itu akan terus berkembang menjadi hubungan pernikahan hingga menghasilkan keturunan. Kalau tidak beruntung, mereka akan berpisah dan mencari teman kencan lagi."
"Oh," sepertinya Fiza mengerti. "Mungkin kencan itu adalah hubungan yang dilandasi atas dasar cinta dan mereka disebutnya sepasang kekasih, begitu?"
"Betul!" balas Tegar dan dia kembali menikmati baksonya.
"Lalu, kenapa anda tidak kencan juga?"
Hampir saja Tegar tersedak begitu mendengar pertanyaan berikutnya dari Fiza.
"Aku kencan? Buat apa?" Tegar malah melempar pertanyaan balik.
"Biar Tuan bisa seperti mereka."
"Hahaha... gampang kalau soal itu. Nanti aja. Saat ini aku lebih senang sendirian. Lagian kan ada kamu, jadi aku nggak kesepian."
Fiza zontak tersenyum. "Jadi manusia seru yah? Banyak sekali peristiwa unik yang menakjubkan."
Tegar pun ikut tersenyum. "Enakan jadi kamu, Za. Kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau tanpa harus memikirkan masalah tentang kehidupan."
Kening Fiza sontak berkerut. Di saat dia hendak melempar pertanyaan, Tegar malah bangkit setelah menghabiskan dua porsi bakso dan menyisakan kuahnya.
"Ayok, Za," ajak Tegar sambil beranjak. Fiza mengikutinya dari belakang. Setelah melakukan pembayaran, mereka melangkah menuju tempat parkir motor.
"Sekarang kita mau kemana, Tuan?"
"Kita ke Kobam Grup. Kita akan gunakan alat yang semalam kita beli."
lanjut thor
lanjut Thor
d tunggu karya2 selanjutny