Kinara Aulia. Seorang gadis pilihan keluarga Dirgantara, yang akan menjadi istri Kenan, laki-laki tampan, sukses, yang mempunyai segalanya, namun nahasnya. Ia mengalami kecelakaan saat akan menikah dengan wanita pujaannya.
Setelah mengalami kecelakaan, sang wanita yang ia cintai malah meninggalkan dirinya, karena tidak mau mempunyai suami cacat.
Kenan merasa terpuruk, tidak percaya diri. Sampai dimana keluarganya mencarikan istri untuk dirinya.
"Jaga batasan, kamu cuman istri kontrak pilihan keluargaku!" bentak Kenan.
"Aku juga tidak tertarik denganmu, jangan terlalu percaya diri," jawab Kinara Ketus.
•••
Lalu bagaimana kisah mereka? Setelah melewati banyak hal dalam kehidupan mereka?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpecahkan
Kinara mengucek matanya, saat ia merasakan ada yang membangunkan dirinya.
"Aaron, sudah aku katakan, kamu pulang saja. Aku akan pulang sendiri," kata Kinara, ia masih mengucek matanya.
"Bangunlah, saya sudah bosan menunggumu, sedari tadi," ucap Kenan.
Mendengar suara yang tidak asing beginya, Kinara langsung membuka matanya lebar-lebar.
"Kenan."
Kinara tak percaya, kalo Kenan berada di depannya, mengingat sudah tiga minggu ia tidak bertemu.
"Kenapa kau terkejut dengan kehadiranku?" ucap Kenan.
"Tidak, cuman tidak menyangka saja," jawab Kinara.
"Kak, ayo kita pulang," ajak Arta.
"Kamu sudah berkemas," kata Kinara.
"Sudah, kak. Tadi kak Kenan yang membantu aku," jawab Arta.
Saat Arta mengakatan kakak kepada Kenan, ada rasa was-was, karena Kinara tidak mau Kenan salah faham.
"Jangan panggil ia kakak, tapi tuan!" kata Kinara.
"Loh, memangnya, kenapa?. Bukanya kalian sudah menikah?" tanya Arta.
Kinara bingung menjelaskannya, harus bagaimana dulu menjelaskannya.
"Jangan seperti itu, dia adik ipar saya," sahut Kenan.
"Arta boleh memanggil saya dengan sebutan kakak," lanjut Kenan.
"Tuhkan, kak Kenan saja tidak keberatan," kata Arta.
"Ah yasudahlah, terserah kalian saja," ujar Kinara.
"Ayok kita pulang, mommy sudah menunggu kita," ajak Kenan.
Kinara mengangguk, lalu ia membawa Arta.
"Ayo masuk," titah Kenan.
"Tuan dulu masuk, kalo aku duluan masuk, anda tidak bisa masuk," kata Kinara.
"Aduh, hampir saja ketahuan," gumam Kenan.
"Tumben benar," ujar Kenan.
"Memangnya anda, otaknya sudah cedera," lirih Kinara.
"Coba katakan sekali lagi," ujar Kenan.
"Ah tidak," jawab Kinara tersenyum.
Kinara membantu Kenan, masuk kedalam mobil.
"Sudah nyaman posisinya?" tanya Kinara.
"Sudah, ayok masuk," kata Kenan.
Kinara masuk kedalam mobil, ia duduk disebelah Kenan.
"Kenapa dia tiba-tiba datang, tanpa menanyakan kabarku, atau menjawab pesanku, menyebalkan," gerutu Kinara dalam hati.
"Kenapa cemberut?" tanya Kenan.
"Tidak, biasa saja," jawab Kinara ketus.
Sepanjang perjalanan, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Arta, ayok turun," ajak Kenan.
"Ck, dia tidak mengajakku," gumam Kinara.
Kenan dibantu sang sopir, agar ia duduk di kursi rodanya.
Kenan membawa Arta masuk kedalam mansionnya.
Arta terkejut saat melihat kemewahan mansion kakak iparnya.
"Wah, ini seperti kerajaan, sangat luas dan indah," ucap Arta.
"Mulai sekarang, kamu akan tinggal disini," kata Kenan.
"Wah, sudah sampai ternyata," ujar Amira, yang menunggu kedatangan mereka.
Arta menundukan kepalanya, saat ia bertemu dengan Amira.
"Hallo Arta."
Amira menyapa Arta, dengan senyuman manisnya.
"Selamat sore nyonya," ucap Arta.
"Mommy, bukan nyonya!" tegas Amira.
"Sekarang kamu sudah mommy anggap anak mommy," ucap Amira tersenyum.
Mendengar itu, Kinara terharu. Karena mertuanya tidak membedakan antara dirinya dan juga adiknya.
"Mom, terima kasih," ucap Kinara.
Amira tersenyum.
"Ayok Arta, mommy tunjukan kamarnya," ajak Amira.
Arta menatap kearah kakaknya, meminta persetujuan.
Kinara mengangguk tersenyum.
"Ayok, sayang," ajak Amira.
Lalu Arta mengikuti langkah Amira.
"Ikut saya ke kamar!" ajak Kenan.
"Mau apa?" tanya Kinara.
"Olahraga," jawab Kenan ketus.
"Gak minat, badanku sudah bagus," ujar Kinara.
"Kinara, sekali saja kamu tidak ngeyel," kesal Kenan.
"Marah-marah mulu, nanti cepat tua," ucap Kinara.
"Mana udah tua lagi," lirih Kinara.
"Saya belum tua, ya," ujar Kenan.
"Iya, anda masih muda, lebih muda tiga hari dari umur anda," jawab Kinara.
Kenan menatap tajam kearah Kinara, entah kenapa, Kinara selalu membuat dirinya emosi.
"Ah, ya. Ayok kita ke kamar," ucap Kinara, ia mendorong kursi roda suaminya.
Kinara tak mau banyak berdebat dengan suaminya.
"Kunci pintunya!" titah Kenan.
"Harus banget, di kunci?" tanya Kinara.
"Kinara Aulia."
"Oke, baiklah," jawab Kinara, dengan perasaan kesal.
Kinara mengunci pintu kamarnya, sesuai yang Kenan katakan.
"Jadi, apa yang mau anda bicarakan?" tanya Kinara.
"Kalo boleh tau, kenapa orangtuamu meninggal?" tanya Kenan.
"Ibu, dan ayahku kecelakaan," jawab Kinara.
"Kecelakaan tunggal atau bagaimana?" tanya Kenan.
"Aku tidak tau pasti, penyebab kedua orangtuaku kecelakaan, karena aku di hubungi pihak RS, saat kedua orangtuaku sudah tiada," jawa Kinara.
"Apa kamu tidak mencari tau, penyebab orangtuamu kecelakaan?" tanya Kenan.
"Tidak, karena itu membutuhkan banyak uang," jawab Kinara.
"Setelah ibu dan ayahku tiada, perusahaan ayah dikuasai adiknya, dan toko ibu, di kuasai kakaknya dari ibu, katanya ibu dan ayah sudah mewariskannya untuk mereka," lanjut Kinara.
"Apa kamu tidak merasa janggal dengan semua kejadian, setelah orangtuamu tiada?" tanya Kenan.
"Maksud anda, apa?" tanya Kinara, ia tak mengerti dengan ucapan suaminya.
"Maksud saya begini, kenapa orangtua kamu memberikan semua hartanya kepada adik dan kakanya, sedangkan yang wajib menerima warisan itu, kamu dengan Arta," jawab Kenan.
"Apa kamu tidak merasa aneh?" tanya Kenan.
Kinara mencerna ucapan Kenan, ia mengingat semasa kedua orangtuanya masih ada, kedua orangtua Kinara, tak pernah akur dengan saudara-saudaranya, karena saudara dari ibu dan ayahnya selalu merasa kalo Ayahnya sombong, padahal mereka yang tidak suka dengan keberhasilan keluarga Kinara.
"Kenapa aku tidak mengingatnya, bahkan saat ayah dan ibuku masih ada, mereka selalu terlihat tidak suka dengan keberhasilan ayah," ucap Kinara.
"Apa kamu tidak curiga, dengan kecelakaan yang terjadi kepada kedua orangtuamu, bukan murni kecelakaan, tapi ada campur tangan manusia," kata Kenan.
"Maksud kamu, kecelakaan ayah dan ibuku itu, sudah di rencanakan seseorang?" tanya Kinara.
"Ya, lebih tepatnya seperti itu," jawab Kenan.
Kinara mencerna ucapan Kenan, kalo di pikir-pikir, ucapan Kenan ada benarnya.
"Apa kamu mempunyai bukti?" tanya Kinara.
"Tidak sulit bagi saya, mencari tau sesuatu," jawab Kenan.
"Katakan, anda tau apa tentang kecelakaan kedua orangtuaku?" tanya Kinara.
"Apa jaminannya kalo saya memberitahu kamu, tentang bukti itu?" ucap Kenan, yang pastinya tidak gratis.
"Tidak ada yang gratis di dunia ini," lanjut Kenan.
"Aku akan melakukan apapun, apapun yang anda inginkan," jawab Kinara, karena ia sangat penasaran dengan misteri kecelakaan kedua orangtuanya.
"Memberikan saya anak, bagaimana?" tanya Kenan.
"Setuju, saya akan melakukannya!" jawab Kinara.
Mendengar itu, senyuman Kenan merekah, rencananya berhasil.
Kemudian Kenan memberikan sebuah video beberapa tahun yang lalu, dimana ada seseorang yang sedang merusak rem mobil kedua orangtua Kinara.
"Oh Tuhan, jadi..." Kinara menutup mulutnya tak percaya.
"Kedua saudara ibu dan ayahmu yang melakukan itu, karena mereka iri dengan keberhasilan ayahmu, dan sebelum orangtuamu tiada, mereka memaksa agar ayahmu memberikan semua hartanya kepada mereka," ucap Kenan.
Seluruh tubuh Kinara terasa lemas, ternyata dalang kecelakaan kedua orangtuanya adalah keluarganya sendiri.
"Kenapa mereka jahat sekali, padahal semasa hidup ayah dan ibu, mereka tidak pernah menyakiti saudaranya, tapi mereka bertindak sekeji itu," ucap Kinara.
"Bangunlah, jangan lemah. Ambil semua harta hakmu, dan balaskan dendam atas kelakuan mereka, yang sudah membunuh kedua orangtuamu," ucap Kenan.
"Kamu benar, aku harus membalaskan dendam kepada mereka," ujar Kinara, matanya merah padam, emosinya memuncak.
***