Ganteng ✔️
Kaya Raya ✔️
Pintar ✔️
Jago Olahraga ✔️
Jago Bela Diri ✔️
Orangtua Cakep ✔️
Kesayangan Semua Orang ✔️
Fajarendra Galaxio Nayanka, putra sulung dari pengusaha kaya raya, Aksara Langit Nalendra, dan mantan model terkenal, Wulandari Camelia Yovanka. Lahir & tumbuh dikeluarga konglomerat dengan segala kelimpahan harta & kasih sayang dari semua orang, membuat lelaki yg akrab disapa Galaxio itu merasa kehidupannya sudah sangat sempurna.
Namun siapa yg mengira bahwa semua sketsa-sketsa indah yg sudah ia rancang untuk masa depannya, harus hancur dalam sekejap. Dan yg lebih parahnya lagi, yang menjadi penyebab dari kehancuran itu adalah satu-satunya wanita yg berhasil menarik perhatiannya, bahkan menumbuhkan cinta dalam hatinya. Wanita yg ia kira akan menemaninya membangun kisah cinta romantis, justru memberinya luka yg amat tragis. Akankah kisah Galaxio berakhir bahagia seperti kisah orangtuanya dulu? Atau justru berujung pilu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itachi Wife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Keesokan harinya...
Sesuai janji Pak Edgar, mereka semua saat ini sedang mampir di sebuah taman yang sangat indah, yang dipenuhi beragam bunga. "Pak, kita di sini masih lama kan? Kami mau foto-foto sekalian cobain jajanan yang ada di sini, enak-enak keknya Pak" ujar Ardan. "Yaudah, kalian nikmati aja, nanti jam 4 kumpul di sini lagi ya" ujar Pak Edgar. "Baik Pak" ujar murid-murid kelas IX 1. "Gal, cobain itu yok" ujar Arnav menunjuk salah satu pedagang jajanan takoyaki. "Hm" ujar Gala mengikuti langkah Arnav dan Skylar. "Lo mau berapa Gal?" tanya Arnav. "10ribu aja deh, kalo banyak-banyak takut gak habis nanti" ujar Gala mengeluarkan ponselnya. Ketika Gala memperhatikan sekeliling, keningnya mengernyit saat matanya menangkap 2 orang cewek yang tengah berjalan dengan membawa seekor kucing.
Gala masih ingat kucing itu, salah seekor kucing jenis Scottish Fold berwarna abu-abu. Lagi pula tak hanya kucing itu yang Gala ingat, tapi gelang Pandora yang melekat di pergelangan tangan salah seorang gadis itu juga masih melekat dalam ingatan Gala, terlebih saat semalam gadis itu melepas jedainya, Gala juga melihat gelang yang serupa. Dengan sigap, Gala memotret 2 gadis itu. "Heh, foto apaan lo?" tanya Skylar mengintip pada ponsel Gala. "Wiihhh, tumben lo foto cewek, paparazi pula" ujar Skylar. "Itu cewek yang lo bilang semalam, Gal?" tanya Arnav membawa kedua temannya itu menuju ke salah satu bangku taman. Gala hanya mengangguk kecil, membuat kedua temannya saling melempar tatap.
"Yang mana? Kan di situ ada 2" ujar Arnav. "Yang gendong kucing" ujar Gala. "Yang pake masker sama bucket hat itu ya?" tanya Skylar yang diangguki oleh Gala. "Dia semisterius itukah? Sampe ke mana-mana pun pake masker dan topi" ujar Skylar. "Ya mana gua tau dodol... Kenapa gak sekalian aja lo suruh gua nyamperin dia terus nanya 'mbak kenapa pas kemana-mana selalu pake masker' gitu" ujar Gala ketus. "Nah boleh juga tuh, yok samperin" ujar Skylar membuat Gala menepuk jidat. "Mimpi apa gua dapat temen lemot gini" ujar Gala. "Tapi kan kalo gak lo samperin, lo gak akan tau tuh cewek siapa Gal" ujar Arnav. "Huffttt, yaudah biarin aja. Biar takdir yang bermain" ujar Gala mengambil takoyaki miliknya dan mulai menikmatinya.
Setelah pukul 4 sore, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan pulang. Semua murid diantarkan sampai ke rumah masing-masing. Saat bus tersebut berhenti di depan mansion Gala, semua teman-temannya tampak tercengang melihat kemegahan mansion itu. "Gilak, rumah lo gedenya udah kayak stadion aja Gal" ujar Ridho. "Gak segitunya juga kali. Yaudah Pak, saya turun dulu kalo gitu, makasih udah nganterin saya" ujar Gala mencium tangan gurunya. "Guys, gua duluan ya. Thanks buat kenangannya, semoga kita bisa ketemu lagi di sekolah yang baru ya" ujar Gala lalu segera keluar dari bus. Tampak Pak Surya yang tergopoh-gopoh membukakan gerbang.
"Tasnya biar saya yang bawain Tuan Muda" ujar Pak Surya. "Gak usah Pak. Gala bisa bawa sendiri kok, mending Bapak istirahat aja, ini udah malam" ujar Gala tersenyum lalu beranjak masuk. "Mami... Papi..." teriak Gala berlari memasuki mansion. "Di kamar kali ya" ujar Gala dalam hati. Ia pun segera bergerak menuju ke kamar orangtuanya. Gala memencet tombol yang berada di sisi pintu kamar orangtuanya itu beberapa kali, hingga... Ceklek... "Eh, kamu udah pulang Nak" ujar Langit yang membuka pintu. "Mami mana?" tanya Gala. "Mami udah tidur tuh" ujar Langit menunjuk Wulan yang tertidur di balik selimut tebal tersebut. "Tumben Mami tidur cepat" ujar Gala. "Mami tuh kecapean" ujar Langit.
"Kecapean gimana? Emangnya Papi nyuruh Mami ngapain aja ha sampe bisa kecapean gitu" ujar Gala. "Bukan kecapean karena gitu,,, tapi kecapean karena... karena..." ujar Langit menggaruk kepalanya bingung. "Karena apa? Papi mau boong ya" ujar Gala. "Huffttt...." Langit tampak menghembuskan nafas lalu berbisik. "Mami kecapean karena abis usaha bikin adek buat kamu" bisik Langit, membuat Gala langsung terdiam. "Hadeh,,, nih kalo Gala masih gak paham, gua harus jelasin kek mana lagi coba" ujar Langit dalam hati. "Kenapa gak chat Gala sih, tau gitu kan Gala nginep di rumah Arnav aja tadi" ujar Gala pelan dengan pipi sedikit merona. "Yaudah Gala ke kamar dulu" ujar Gala berbalik.
"Oh iya Pi" ujar Gala kembali menghadap Langit. "Gala emang mau adik, tapi kalo itu justru bikin Mami kecapean terus,,, mending gak usah deh Pi" ujar Gala pelan membuat Langit menarik senyum. "Mami gak akan kenapa-napa, percaya sama Papi. Lagi pula kecapeannya itu bukan kayak kecapean yang abis kerjain hal berat gitu kok, nanti kamu juga akan paham kalo udah waktunya" ujar Langit. "Hufft yaudah deh, Gala ke kamar dulu ya. Good night Pi. Love you" ujar Gala mencium tangan Langit, lalu segera menuju kamarnya. "Heran gua, tuh anak bucin banget sama emaknya. Sama gua mah boro-boro, gulat mulu yang ada" gumam Langit seraya menutup pintu kamar, dan segera kembali istirahat.
Keesokan paginya...
Wulan bangun pagi seperti biasanya, namun langkahnya menuruni anak tangga perlahan melambat saat melihat sosok yang tengah sibuk di dapur, dan jangan lupakan apron (celemek) yang melekat di tubuhnya. Lelaki itu menoleh saat mendengar langkah kaki yang mendekat. Senyum manis terbit di wajah tampan itu saat matanya bertemu dengan mata indah sang ibu. "Morning Mi. How do you feel? Do you feel better?" ujar Gala seraya menyajikan beberapa piring sandwich dan juga beberapa gelas susu yang telah ia buat di meja makan. "Morning too Prince. Kamu ngapain pagi-pagi udah sibuk banget?" tanya Wulan. "Gapapa, Gala cuma lagi pengen bikinin sarapan buat Mami sama Papi" ujar Gala melepas celemeknya.
"Anak Mami rajin banget. Yaudah, kalo gitu Mami bangunin Pap..." "Gak usah, biar Gala yang bangunin Papi. Mami duduk manis aja ya" potong Gala segera berlari menuju kamar orangtuanya. "Pi... Papi... Bangun dong Pi..." ujar Gala mengguncang-guncang tubuh papinya itu. "Papi... Iihhh susah banget sih dibangunin. PAPIIII..." ujar Gala kembali mengguncang tubuh Langit. "5 menit lagi ya sayang. Papi masih ngantuk banget nih" ujar Langit menelungkupkan wajahnya ke bantal. "Yaudah deh" ujar Gala kembali beranjak. "Oh iya Pi... Ada Om Harvey di bawah, lagi ngobrol berdua aja tuh sama Mami. Tadi sih katanya mau ngajak Mami pergi berdua" ujar Gala di ambang pintu.
Mendengar hal itu, Langit langsung melotot, lantas bangkit dan berlari keluar kamar, membuat Gala turut mengikuti. "Sayang aku gak izinin kamu pergi berdua sama Harvey ya..." teriak Langit membuat Wulan tercengang. "Ha? Pergi ke mana Mas? Kamu ngigau ya?" tanya Wulan. "Tadi Gala bilang ada Harvey datang terus ngajak kamu pergi" ujar Langit polos. "Kamu tuh udah berapa kali sih Mas kena tipu sama anakmu" ujar Wulan tertawa membuat Langit langsung menatap tajam sang putra yang tampak berjalan santai menuju ke meja makan. "Kamu tuh hobi banget ya boongin Papi" ujar Langit ketus. "Papi juga sama ya,,, susah bangun kok dijadiin hobi" ujar Gala duduk di depan Wulan.
"Yaudah Mas. Bersih-bersih dulu gih sana, abis itu kita sarapan" ujar Wulan. Langit mendengus lalu berbalik menuju kamar dan segera bersih-bersih. Setelah itu, ia kembali ke meja makan dan mulai sarapan bersama. "Gala, kamu kenapa hobi banget ngerjain Papi sih" ujar Langit di sela sarapannya. "Asyik aja Pi" jawab Gala polos. "Lagi pula ya Pi... Itu tuh bisa jadi kenangan indah tau,,, kalo seandainya Gala pergi jauh, misalnya kuliah di luar negeri,,, Gala jamin, Papi pasti bakal kangen aku recokin" ujar Gala tanpa sadar membuat Wulan terdiam. Langit yang peka pun langsung menoleh pada sang istri. "Say..." ucapan Langit terhenti saat Wulan tiba-tiba bangkit. "Mas, aku duluan ke kamar ya. Masih agak gak enak badan" ujar Wulan langsung beranjak pergi.
"Mami kenapa Pi? Masih sakit ya? Perlu Gala panggilin dokter Garka gak?" tanya Gala. "Kamu sih, ngomong tuh asal ngejeplak aja" ujar Langit. "Loh? Kok Gala? Emang Gala ngapain?" tanya Gala balik. "Mami kamu tuh sedih karena kamu bilang mau pergi jauh gitu" ujar Langit membuat Gala seketika tersadar dan merutuki mulutnya. "Gala susulin Mami dulu deh" ujar Gala langsung bangkit dan menyusul sang ibu. "Huft,,, kayaknya gua emang harus bikinin Gala adek deh, takutnya nanti kalo Gala beneran kuliah di luar, Wulan bakal sedih dan ngerasa kesepian" ujar Langit pelan dan segera menyelesaikan sarapannya itu. Sementara Gala tak menemukan sang ibu di dalam kamar.
"Loh Bi, Mami mana?" tanya Gala pada Bi Sekar yang sedang membersihkan kamar orangtuanya. "Nyonya tadi katanya mau ke taman Den" ujar Bi Sekar. "Yaudah deh, makasih ya Bi" ujar Gala langsung berlari menuju taman belakang. Ia lega saat melihat Maminya yang tengah duduk di taman tersebut. "Mi,,, maafin Gala ya. Gala gak bermaksud buat ninggalin Mami kok. Gala juga belum ada niatan untuk sampe kuliah di luar negeri segala" ujar Gala berjongkok di depan Wulan, seraya menggenggam kedua tangan ibunya itu. Sedangkan Wulan hanya menarik senyum tipis dan mengelus pipi Gala. "Mami gapapa kok sayang. Kalo pun Gala emang mau kuliah di luar negeri, Mami akan selalu dukung Gala" ujar Wulan.
"Apapun keputusan yang Gala ambil, selagi itu positif,,, Mami akan selalu jadi orang pertama yang dukung Gala" lanjut wanita itu. "Love you Mom. Gala juga gak mau jauh-jauh dari Mami" ujar Gala memeluk Wulan. "Kok Papi gak diajak pelukan juga?" tanya Langit yang baru bergabung di taman. "Papi ganggu aja iihhh" gerutu Gala melerai pelukannya. "Oh iya Mi. Gala mau pergi bareng Arnav sama Skylar, boleh gak?" tanya Gala. "Boleh kok sayang" ujar Wulan. "Diantar sopir ya" ujar Langit. "Bawa mobil sendiri gak boleh Pi?" tanya Gala. "Gak ada ceritanya nyetir sendiri sebelum 17 tahun" ujar Langit tegas membuat Gala mendengus. "Sabar ya sayang" ujar Wulan.
"Nanti kalo udah 17tahun, kamu bebas deh mau bawa mobil sepuasnya" lanjutnya sembari mengelus kepala Gala. "Hm,,, iyadeh Mi. Yaudah, kalo gitu Gala siap-siap dulu" ujar Gala bangkit. "Gala" ujar Langit membuat anak laki-laki itu berhenti dan kembali berbalik. "Nih,,, pake buat jajan atau beli apapun yang kamu sama teman-teman kamu mau" ujar Langit menyodorkan blackcard pada Gala. "Beneran Pi? Gala boleh beli apapun yang Gala mau?" tanya Gala yang disambut senyum hangat sang ayah. "Of course, beli apa pun yang kalian mau. Have fun ya" ujar Langit. "Thanks Pi. Love you" ujar Gala mengambil blackcard tersebut dan memeluk Langit singkat, lalu berlari masuk.
pihak sekolah nya gmna ada tauran di sekolah kok gk panggil polisi sampai ada kasus penusukan bgtu kok anteng aja 🤦