NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24. Acara empat bulanan

Acara empat bulanan Dinda berlangsung dengan lancar.

Terlihat raut bahagia di wajahnya saat lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema di halaman rumah. Suasana khidmat memenuhi udara, membawa ketenangan di hati setiap tamu yang hadir.

Dinda sengaja menyewa fotografer untuk mengabadikan momen spesial ini. Tak lupa, ia juga membagikan beberapa potret acara ke dalam Instastory-nya.

Di tengah suasana syukur, Andira ikut merasakan kebahagiaan atas kehamilan adiknya.

"Semoga ibu dan bayinya sehat sampai lahiran," ucap Andira tulus saat mendekati Dinda.

"Aamiin, makasih doanya, Kak," balas Dinda dengan senyum hangat.

Setelah acara pengajian selesai, Dinda dan Reza membagikan bingkisan serta amplop kepada anak-anak yatim yang hadir. Mereka juga meminta doa agar kehamilan Dinda tetap sehat hingga persalinan.

"Alhamdulillah, acaranya berjalan lancar," ujar Dinda dengan lega, lalu duduk di sofa ruang tamu.

Dion, ayahnya, bangkit dari duduknya. "Dinda, Ayah mau pergi ke kantor dulu."

"Iya, hati-hati, Yah," jawab Dinda.

Tak lama kemudian, Reza juga berpamitan. "Sayang, aku juga mau ke kantor." Ia mengecup kening Dinda dengan lembut.

"Hati-hati, Mas," balas Dinda sambil tersenyum.

Setelah Dion dan Reza pergi, Andira datang menghampiri Dinda sambil membawa dua gelas es jeruk.

"Dinda, kamu pasti capek. Aku sudah bawakan minuman buat kamu," katanya seraya menyerahkan segelas es jeruk pada Dinda.

"Terima kasih, Kak," ucap Dinda, lalu menyeruput minumannya.

Andira menatap adiknya sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Dinda, boleh aku tanya sesuatu?"

"Boleh, tanya apa, Kak?"

"Apa Reza masih selingkuh?"

Dinda terdiam sesaat sebelum menjawab, "Kayaknya enggak deh. Soalnya sekarang uang gaji Mas Reza semua aku yang pegang."

"Bagus kalau begitu. Aku enggak mau kamu disakitin terus oleh Reza," ucap Andira tegas.

Dinda tersenyum tipis. "Semoga aja Mas Reza benar-benar berubah saat anak ini lahir."

"Aamiin," sahut Andira.

"Oh iya, besok kamu mau temenin aku ke makam Andini?" tanya Andira.

Dinda langsung mengangguk. "Mau. Aku juga udah lama enggak ke sana."

"Kak Rakha ke mana? Dari tadi aku enggak lihat Kak Rakha," tanya Dinda tiba-tiba.

"Kak Rakha lagi di kantor. Ada urusan mendadak," jawab Andira.

Dinda mengangguk. Matanya mulai terasa berat. "Kak, aku mau ke kamar dulu. Ngantuk banget, mau tidur siang," ujarnya sebelum masuk ke dalam kamar.

---

Sementara itu, di tempat lain…

Sudah tiga hari sejak kematian Sumi, dan selama itu pula Airilia hanya termenung di dalam kamar. Ia tak banyak berbicara, tak berinteraksi dengan siapa pun di rumah.

Badriah yang hendak masuk ke kamarnya melihat Airilia sedang duduk di atas tempat tidur, matanya menerawang kosong ke luar jendela.

"Lia, kenapa kamu belum siap? Bukankah hari ini masih ada ujian?" tanya Badriah, melihat Airilia masih mengenakan pakaian tidur.

"Bibi temenin kamu ke sekolah, ya," lanjutnya, lalu mengambil seragam sekolah Airilia dari dalam tas.

Airilia tetap diam, tidak bereaksi. Namun, Badriah tak tinggal diam. Dengan lembut, ia menarik Airilia ke kamar mandi agar segera berganti pakaian.

---

Sekitar pukul tujuh pagi, Airilia dan Badriah tiba di sekolah. Mereka berdiri di depan kantor kepala sekolah ketika seorang guru menghampiri mereka.

"Airilia, ibu pikir kamu enggak akan ikut ujian hari ini," ucap Ibu Ami sambil mengusap punggung Airilia.

"Maaf, Bu. Tapi kenapa hari ini tidak ada siswa lain selain Airilia?" tanya Badriah, heran karena sekolah tampak sepi, padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan.

"Ujiannya sudah berakhir kemarin. Jadi semua siswa sedang libur. Besok baru masuk kembali," jelas Ibu Ami.

Badriah mengangguk paham. "Lia, yuk masuk," ajaknya lembut.

Airilia dituntun masuk ke dalam ruang kepala sekolah. Saat memasuki ruangan itu, matanya langsung menangkap sosok yang tak asing baginya.

Seorang laki-laki duduk di sofa. Saat melihat Airilia, ekspresi terkejut langsung tergambar di wajahnya.

"Gilbert?"

"Airilia?"

Mereka saling menatap, sama-sama tak menyangka akan bertemu di sini.

"Airilia, Gilbert juga ikut ujian hari ini, sama seperti kamu. Kemarin Gilbert juga tidak hadir saat ujian terakhir," jelas Ibu Ami sambil membagikan lembar soal ujian kepada mereka berdua.

"Silakan dikerjakan. Ibu akan mengawasi kalian dari sini," lanjutnya.

Airilia menatap soal di hadapannya. Namun, pikirannya justru dipenuhi pertanyaan lain.

"Kenapa Gilbert tidak hadir kemarin?"

Di sisi lain, Gilbert juga menatap Airilia dengan rasa penasaran.

"Kenapa Airilia enggak hadir kemarin? Apa dia juga sakit?"

---

Hampir satu jam berlalu. Keduanya fokus mengerjakan soal. Namun tiba-tiba, suara histeris memenuhi ruangan.

"Aaaahhh!!!"

Semua orang terkejut.

"Lia, kamu kenapa?" tanya Ibu Ami panik, segera menghampiri Airilia yang terlihat ketakutan.

Gilbert menatap Airilia dengan khawatir. Sementara itu, Badriah yang mendengar teriakan itu langsung masuk ke dalam ruangan dan segera memeluk Airilia.

"Maaf, Bu. Sepertinya Airilia masih terguncang," ujar Badriah sambil menenangkan Airilia yang terisak.

Ibu Ami mengangguk mengerti. "Baiklah, kita bawa dia ke UKS dulu agar bisa beristirahat sebentar sebelum melanjutkan ujian."

Badriah dan Ibu Ami kemudian membawa Airilia ke ruang UKS, berharap ia bisa merasa lebih tenang.

Di sisi lain, Gilbert hanya bisa menatap kepergian Airilia dengan penuh kebingungan.

Bersambung…

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!