Airilia seorang gadis yang hidup serba kekurangan, ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia 1 minggu. Airilia tinggal bersama ibunya, bernama Sumi yang bekerja sebagai buruh cuci. Airilia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Aluna yang berstatus sebagai mahasiswa yang ada di banjar.
Pada suatu hari, Airilia kaget mendengar Sumi terkena kanker darah. Airilia yang tidak tau harus kemana mencari uang, ia berangkat ke banjar untuk menemui Aluna, agar Aluna mau meminjamkan uang untuk pegangan saat Sumi masih di rawat dirumah sakit.
Alih-alih meminjamkan uang, Aluna justru membongkar identitas Airilia sebenarnya. Aluna mengatakan bahwa Airilia anak pelakor yang sudah merebut ayahnya. Sumi yang berlapang dada merawat Airilia semenjak ibunya mengetahui ayahnya meninggal karena kecelakaan. Aluna yang menuntut Airilia harus membiayai pengobatan Sumi sebagai bentuk balas budi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Acara empat bulanan
Acara empat bulanan Dinda berjalan lancar. Terlihat Dinda saat bahagia ketika ia mendengar lantunan ayat suci al-quran menggema dihalaman rumahnya.
Dinda juga menyewa fotografer untuk mengabadikan momen itu. Ia juga tidak lupa mengabadikan momen itu instastorynya.
Andira juga merasakan bahagia atas kehamilan sang adik.
"Semoga ibu dan bayinya sehat sampai lahiran" Andira mendekati Dinda.
"Aamiin, mkasih doanya".
Setelah selesai acara pengajian, Dinda dan Reza membagikan bingkisan dan amplop, ia juga minta doakan agar kandungannya sehat sampai lahiran.
"Alhamdulilah acaranya selesai dan berjalan lancar" kata Dinda yang baru saja duduk disofa ruang tamu.
"Dinda, ayah mau pergi ke kantor dulu" Dion pamit kepada putrinya Dinda.
"Iya, hati-hati".
"Sayang, aku juga mau ke kantor" Reza berpamitan sambil mencium kening Dinda.
"Hati-hati, mas".
Setelah kepergian Dion dan Reza, Andira datang menemui Dinda sambil membawa dua gelas es jeruk.
"Dinda, kamu pasti cape, aku sudah bawakan kamu minum" Andira memberikan secangkir es jeruk.
"Terima kasih, kak".
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?".
"Boleh, bertanya apa, kak?".
"Apa Reza masih selingkuh?".
"Kayaknya enggak deh, karna uang gaji mas Reza, aku semua yang pegang".
"Bagus dih, aku tidak mau kamu disakitin terus oleh Reza".
"Semoga aja mas Reza berubah saat anak ini lahir".
"Aamiin".
"Besok, kamu mau enggak temenin aku ke makam Andini? Dinda mengangguk.
"Mau, aku juga udah lama enggak kesana".
"Oh, kak Rakha kemana?dari tadi aku enggak liat kak Rakha? tanya Dinda.
"Kak Rakha sedang di kantor karna ada urusan mendadak" Dinda mengangguk.
"Kak, aku mau ke kamar, ngantuk banget mau bobo siang" Dinda masuk kedalam kamarnya.
.
.
.
Sudah tiga hari semenjak kematian Sumi, Airilia hanya termenung didalam kamar, ia tidak pernah sedikitpun berinteraksi sama orang rumah. Disaat Badariah ingin masuk kamar Airilia, ia sudah melihat Airilia sedang duduk dikasur sambil matanya memandang ke arah luar jendela.
"Lia, mengapa kamu belum siap?bukankah hari ini masih ada ujian?" Badariah melihat Airilia belum memakai baju sekolah.
"Bibi temenin kamu ke sekolah, ya" Badariah mengambil baju sekolah Airilia dalam tasnya.
Airilia hanya diam, namun Badariah langsung menarik Airilia ke kamar mandi untuk ganti baju.
Sekitar jam 7 pagi, Airilia dan Badariah sudah sampai di sekolah. Seorang guru menghampiri Airilia dan Badariah yang sedang berdiri didepan kantor kepala sekolah.
"Airilia, ibu pikir hari ini kamu enggak ikut ujian"ucap ibu Ami sambil mengusap punggung Airilia.
"Maaf bu, mengapa hari ini tidak ada siswa lain selain Airilia" Badariah menatap guru Ami untuk minta penjelasaan karena jam sudah menunjukkan setengah delapan, namun tidak ada seorang murid yang terlihat.
"Ujiannya udah berakhir kemarin, jadi semua siswa sedang libur. Besok baru turun kembali" Badariah mengangguk.
"Lia, yuk masuk" Airilia dituntun ibu Ami untuk masuk kedalam ruang kepala sekolah.
Didalam ruang kepala sekolah, Airilia melihat seorang laki-laki sedang duduk di sofa. Laki-laki itu terkejut saat melihat Airilia didalam ruangan ini.
"Gilbert".
"Airilia".
Airilia dan Gilbert saling pandang satu sama lain.
"Airilia, Gilbert disini juga ikut ujian sama seperti kamu karna kemarin Gilbert juga tidak hadir saat ujian terakhir" ibu Ami membagikan kertas ulangan kepada Gilbert dan Airilia.
"Silahkan kerjakan, ibu akan mengawasi kalian dari sini".
"Mengapa Gilbert enggak hadir ujian kemarin?" batin Airilia menatap kertas soal.
"Mengapa Airilia enggak hadir kemarin?apa dia juga sakit?"batin Gilbert.
Hampir satu jam, mereka mengerjakan ujian, tiba-tiba Airilia histeris ketika menemukan soal yang ada kata kalimat pembunuh.
"Lia, kamu kenapa?"tanya ibu Ami mendekati Airilia dan menenangkannya. Gilbert terkejut saat Airilia berteriak, Badriah segera masuk dan memeluk Airilia.
"Maaf bu, sepertinya Airilia masih terguncang" Ibu Ami mengangguk.
Ami segera membawa Airilia menuju ruang uks untuk memberikan waktu bagi Airilia istirahat sebelum melanjutkan ujiannya kembali.
*Bersambung*