Sistem Pesugihan Modern
Malam itu, sekitar pukul 12 malam, seorang wanita, terbaring di atas ranjang, dengan kondisi tanpa busana. Air matanya mengalir deras dengan sudut bibir, memerah dan mengeluarkan darahnya.
Tak jauh dari wanita itu, seorang pria terlihat sedang mengenakan pakaiannya kembali. Senyum terkembang dari bibir pria itu nampak sangat puas sambil melempar tatapan kepada wanita tersebut
"Bagaimana pelajaran dariku, Sayang? Apa kamu puas?" tanya pria tersebut. "Sekarang kamu paham bukan, bagaimana rasanya melawanku?"
Wanita itu hanya diam. Namun sorot matanya terpancar kebencian dan kemarahan yang tidak sanggup dia luapkan.
"Kamu jangan khawatir, setelah ini, giliran teman-temanku yang akan memuaskan kamu," pria itu menyeringai lalu dia berbalik badan melangkah keluar, meninggalkan wanita yang terlihat sangat menyedihkan.
Seperti yang dikatakan pria tadi, tak lama setelah dia keluar, masuklah tiga pria yang sudah tidak sabar untuk menikmati wanita, yang tangan kanannya terikat pada salah satu ujung ranjang. Wanita itu hanya bisa menangis dan merintih kesakitan akibat perlakuan brutal tiga pria itu.
Hingga satu jam kemudian setelah ketiga pria itu merasa puas, ikatan tangan wanita itu dilepas oleh salah satu pria dan wanita itu diseret paksa, keluar dari kamar.
"Ibu, Bapak," ucapnya lemah. Wanita itu tak percaya kala matanya menangkap dua sosok yang paling berharga, tergeletak di atas lantai dalam kondisi tak bernyawa.
"Tidak! Ibu! Bapak!" Wanita itu meraung, mengguncang tubuh kedua orang tuanya.
Sedangkan keempat pria yang menyaksikan kejadiaan itu, terbahak penuh kemenangan dan kepuasan. Salah satu dari mereka, mendekat dan menarik rambut wanita yang sudah tidak berdaya.
"Bagaimana, Mutia? Masih ada niat untuk melawanku?" ucap pria tersebut. "Inilah akibat yang harus kamu tanggung karena berani mengusik kesenanganku, paham!" Kepala wanita itu dihempas dan pria itu kembali tertawa kencang.
"Kita lihat saja, setelah kejadian ini, siapa yang akan berani menolongmu," pria itu lantas pergi diiringi dengan tawa yang menggelar bersama rekan-rekannya.
Di saat bersamaan, seorang anak laki-laki muncul dari balik sofa, menatap keempat pria dewasa itu dari balik jendela.
Anak laki-laki itu tidak bersuara, tapi tatapannya memancarkan amarah yang menggelegar dan penuh dendam.
"Aku bersumpah! Aku akan membalas semua yang kalian lakukan pada keluargaku! Aku bersumpah!" gumam anak tersebut.
6 tahun kemudian.
"Heh, kuli, berhenti kamu!" Titah seseorang pada anak muda yang melangkah sendiri di saat hari sudah petang. "Mana uangmu?"
"Uang apa, Bang?" Anak muda itu nampak panik.
"Nggak usah pura-pura! Mana uangnya!"
"Sumpah, Bang, aku nggak tahu, uang apa?" Anak muda itu masih mengelak.
"Minta dihajar kamu, hah! Cepat serahkan uangmu!"
"Aku nggak ada uang, Bang, sungguh."
"Eh, nantangin kamu ya? Bokir, Boneng, kasih paham tikus ini!"
"Beres, Bos."
"Ampun, Bang, aku nggak bohong, aku nggak ada uang!"
"Banyak mulut kamu! Nih, rasakan!"
Anak muda bertubuh kurus itu langsung mendapat perlakuan yang cukup menyakitkan. Dia tidak bisa melawan karena dia memang tidak memiliki daya untuk melawan tiga orang yang terkenal sebagai preman daerah tersebut.
"Ini apa, hah! Ini apa!" tunjuk pria berbadan kekar setelah merogoh paksa celana yang digunakan anak muda itu.
"Jangan, Bang, tolong. Aku mohon. Itu untuk berobat Nenek saya," ucap anak itu menahan sakit.
"Bodo amat! Orang miskin nggak usah sakit!"
"Tolong, Bang, jangan."
"Cih! Lain kali, kalau kamu melawan lagi, aku nggak akan segan-segan melepas nyawamu dari tubuh nggak berguna ini, paham!"
Dakh!
"Aahh...." anak muda itu langsung terkapar menahan perutnya akibat tendangan sepatu milik si preman.
"Ayo kita pergi! Biarkan saja dia, biar mampus sekalian!"
Anak muda itu hanya bisa menahan sakit dengan sorot mata penuh dendam, tapi dia tidak bisa melampiaskannya.
"Haaaaa!" Seketika anak itu teriak kencang, menatap langit melampiaskan amarahnya.
"Kenapa nasibku setragis ini? Apa salahku, sampai ditakdirkan hidup seperti ini? Apa!"
Suasana sekitar yang sangat sepi, membuat anak itu leluasa mengeluarkan segala kesakitan yang dia pendam selama ini.
"Apa tidak ada kesempatan bagiku untuk merubah jalan hidupku, hah!" anak itu terus berteriak. "Kalau memang ada, tunjukan sekarang juga! Tunjukan keajaiban itu!"
Jedder!
Tiba-tiba petir menyambar sangat keras. Anak muda itu bahkan sampai terlonjak dan dia segera bangkit karena kilatan cahaya yang terlihat seperti hendak menyambarnya.
Jedder!
Untuk kedua kalinya petir menggelegar, membuat anak itu mempercepat gerakannya.
Jedder!
"Aaaa...." anak muda itu berteriak kencang. Bukan karena tersambar petir, tapi kepala anak itu seperti kejatuhan sesuatu sampai dia kesakitan.
"Aduh," anak muda itu mengusap-usap kepalanya yang sakit. "Apa itu?" sesaat kemudian dia terkejut kala matanya menangkap sebuah benda jatuh di hadapannya.
Dia mendekat dan memungut benda tersebut. "Kaya kotak pensil, tapi desainnya unik," gumamnya. "Milik siapa ini?"
Anak muda itu celingukan. Namun tidak menemukan satu orang pun di sana. "Apa ini jatuh dari langit?" Dia terus menerka-nerka, sambil mengusap-usap benda tersebut.
"Paling barang tak berguna." Anak muda itu melempar benda tersebut ke sembarang arah, lalu anak itu melangkah pergi.
Tanpa anak itu sadari, benda itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya lalu terbuka dengan sendirinya.
#####
Setelah berjalan kaki sekitar 10 menit, anak muda itu, sampai di tempat tinggalnya. Tempat tinggal yang menyimpan kenangan buruk di masa lalu.
"Kamu sudah pulang, Gar?" suara lirih seorang wanita tua, mengusik telinga anak itu yang datang diam-diam.
"Sudah, Nek," anak muda itu terpaksa menjawab dengan perasaan yang tidak menentu.
"Syukurlah," wanita tua itu nampak lega "Istirahatlah, kamu pasti sangat lelah."
"Iya, Nek," anak muda itu lantas masuk ke kamarnya.
Nama panggilannya Tegar, nama yang bagus, tapi tidak sebagus dengan nasibnya. Anak muda itu menjalani kehidupan pahitnya sejak insiden tragis yang menimpa keluarganya, kala dia berusia dua belas tahun.
Kedua orang tua Tegar harus meregang nyawa karena ulah empat pria, sedangkan kakak perempuannya, juga ikut meninggal, setelah mengalami depresi berat selama satu tahun.
Yang lebih menyakitkan, peristiwa itu dianggap sebagai peristiwa perampokan biasa, dengan alasan kurangnya sebuah bukti.
Beruntung, Tegar masih punya satu Nenek dari kampung dan sejak kejadian itu, dia tinggal bersama Neneknya selama enam tahun ini.
Tegar bertahan di rumah tersebut karena tempat itu penuh kenangan meskipun kenangan pahit sekalipun.
Tegar merebahkan tubuhnya di atas kasur busa. Namun, baru saja pungggunya menyentuh kasur, dia dibuat terkejut kala punggungnya merasakan sesuatu yang mengganjal.
Tegar pun penasaran, dan dia mengurungkan niatnya untuk berbaring lalu dia segera mengecek benda apa yang ada di balik kasurnya.
"Astaga! Itu kan?" Begitu kasur dibalik, mata Tegar melebar kala melihat benda yang tadi menimpa kepalanya saat ada petir, kini ada di depan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Apriyanti
ya Alloh sungguh tragis nasib nya tegar,, semoga die bisa bales dendam ,,aku mampir Thor 🙏💪😘
2025-02-02
3
Dirman Ha
ig cg ig caa
2025-02-17
0
Dirman Ha
ig cy unch
2025-02-17
0