Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.
"Aku capek di kekang terus."
"Lebih capek gak di urus."
"Masih mending kamu punya keluarga."
"Jangan bilang kata itu aku gak suka."
"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."
"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."
"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."
"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Hari ini mereka pulang lebih sore karena harus mengikuti les untuk Ujian Sekolah. Di sekolah hanya ada siswa kelas 6 saja. Para murid terlihat bosan belajar karena sudah jam 2 siang. Sesekali mereka menatap jam yang tergantung di belakang, ingin mengecek apakah sudah waktunya pulang. Namun jam terasa bergerak sangat lambat atau mungkin karena mereka melihat jam setiap dua menit sekali.
Bu Rosa yang menyadari itu menghela nafas.
"Anak-anak kalian harus fokus jangan melihat jam terus," ucap Bu Rosa menatap semua muridnya.
"Iya Bu," ucap mereka serentak.
"Langkah-Langkah Keselamatan ketika terjadinya gempa bumi dan kita berada dalam ruangan yang harus kita lakukan adalah jangan panik, cari tempat yang aman, lindungi diri, jangan berlari, tunggu sampai gempa berhenti, periksa kerusakan, dan yang terakhir evakuasi jika perlu," Bu Rosa kembali menjelaskan materi tentang gempa bumi.
Semua murid berusaha untuk memperhatikan Bu Rosa yang sedang mengajar. Namun tetap saja rasa kantuk terus menyerang, membuat sebagian dari semua murid sudah terlelap menjelajahi alam mimpi. Naysa terlihat mengantuk tapi berusaha untuk tetap terjaga.
"Nay jangan tidur," bisik Candy sambil menyenggol lengan Naysa agar tidak tidur.
"Susah Sel, aku ngantuk banget," ucap Naysa yang sesekali melebarkan matanya agar tidak tidur. Candy menggelengkan kepalanya melihat sikap Naysa.
Tiba-tiba tanah terasa berguncang, meja-meja dan kursi bergeseran. Membuat semua murid panik, kelas menjadi tidak kondusif. Ada yang berlarian bahkan ada yang berteriak histeris. Bu Rosa berusaha menenangkan semua murid.
"Tenang anak-anak jangan lari dan jangan berteriak, tetap tenang," teriak Bu Rosa namun tidak di hiraukan oleh semua murid.
Mereka berlomba-lomba keluar dari kelas sampai ada murid yang terjatuh. Gempa sudah tidak ada, murid yang panik dan sudah keluar dari kelas kembali masuk ke kelas.
"Kalian kenapa tidak mendengarkan ucapan Ibu. Ibu kan sudah bilang kalian jangan panik. Kalian gak lihat ada yang terjatuh karena kalian dorong," tegur Bu Rosa. Semua murid menunduk tidak berani membantah ucapan Bu Rosa.
"Itu lah gunanya mendengar penjelasan guru. Ibu kan baru saja menjelaskan tentang langkah-langkah keselamatan ketika terjadi gempa bumi. Untuk ke depannya dengarkan penjelasan Ibu jangan tidur. Jangan sampai masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Paham? " ucap Bu Rosa.
"Paham Bu," ucap semua murid serentak.
Mereka kembali belajar dengan mendengarkan penjelasan Bu Rosa, rasa kantuk sudah hilang.
Tidak terasa les telah selesai mereka membereskan alas tulisnya lalu pulang. Azel dkk sudah keluar dari kelas. Azel menatap bola yang ada di tangan teman sekelasnya. Sebuah ide terlintas dalam benaknya setelah melihat bola itu. Azel menghampiri temannya itu.
"Ka, pinjam bolanya dong," ucap Azel yang ada di depan Raka.
"Buat apa? " tanya Raka.
"Cuman buat main, boleh kan? " ucap Azel. Entah mengapa Raka merasa curiga ketika Azel berkata buat main. Meski begitu Raka tetap meminjamkan bolanya.
"Nih," Raka menyerahkan bola itu kepada Azel.
"Makasih Ka," ucap Azel ketika menerima bola itu.
"Yoi."
"Lo mau main bola Zel? " ujar Harrel melihat bola yang ada di tangan Azel.
"Yu lah main bola di lapangan. Itung-itung ilangin rasa jenuh habis belajar," sahut Gerald.
"Jangan ngelakuin hal yang bahaya Zel," peringat Anka. Firasat Anka entah mengapa tidak enak.
"Masa main bola berbahaya sih Ka," ucap Azel santai.
Mereka pun memain bola di lapangan. Ketika main bola Azel terlihat aneh. Ia seperti mencari seseorang. Hal itu di sadari oleh Anka.
Azel tiba-tiba tersenyum lalu menendang bolanya. Bola itu cukup jauh jika di arahkan ke Harrel. Anka melihat tatapan Azel yang tertuju kepada anak perempuan yang tengah tertawa. Anka segera menghampiri anak itu, namun terlambat bola sudah mendarat di wajah anak itu.
Bugh
Benturan itu cukup keras sampai berbunyi. Semua orang yang belum pulang menatap ke arah asalnya bunyi.
"Sel, kamu gakpapa? " ucap Anka khawatir ia menatap wajah Candy yang memerah.
Untung saja ketika Candy akan jatuh karena terkena bola Naysa dan Tania dengan sigap memegang tubuh Candy dari kanan dan kiri.
"Mana yang sakit bilang Sel," ucap Tyra khawatir.
"Siapa sih yang nendang bola? " Tania marah lalu ia melihat ke sekitar.
"Ayo kita cari! Anka sama Rara jaga Sesel ya. Kita akan cari pelakunya," Tania dan Naysa mendekat ke arah sekumpulan anak laki-laki yang menatap mereka.
"Sel, kamu gak pingsan? " ucap Tyra khawatir. Pasalnya Candy tidak menjawab pertanyaan mereka dan menutup matanya.
"Sesel cuman lagi nenangin dirinya, lebih baik kamu beli minum ya," ucap Tyra dan di angguki oleh Tyra.
"Sesel masih pusing? " dengan perlahan Candy menganggukkan kepalanya. Ia memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Ia menatap Anka dengan mata berkaca-kaca.
"Anka pusing,"
"Sini aku pijat kepalanya biar gak terlalu pusing," Anka memijat kepala Candy.
Cairan merah mengalir dari hidung Candy. Candy yang merasakan itu memegang hidungnya dan terlihat cairan merah.
"Aku mimisan," pandangan Anka melihat ke arah hidung Candy yang mengeluarkan cairan merah. Ia pun mengambil saputangan dari dalam saku celananya.
"Sini biar aku bersihkan," dengan penuh kehati-hatian Anka menyeka darah yang keluar dari hidung Candy dengan saputangan nya. Darah itu sudah berhenti. Kini Candy sudah tidak apa-apa meski wajahnya terlihat pucat.
"Makasih ya Anka," Candy tersenyum manis menatap Anka.
"Sama-sama, kamu bisa berdiri gak? "
"Bisa kok."
"Sesel nih minum dulu," Tyra yang baru sampai segera menyodorkan Air mineral kepada Candy.
"Makasih Rara," Candy meminum air itu.
"Iya, pelan-pelan minumnya Sesel."
Tyra menatap ke saputangan yang berada di tangan Anka. Di saputangan itu terlihat ada noda merah. Mengerti tatapan Tyra yang penasaran Anka pun menjelaskan.
"Tadi Sesel mimisan," jelasnya singkat.
"Sesel kamu gakpapa? sampai mimisan gitu pasti pusing ya kita ke rumah sakit aja ya. Takut kamu kenapa-napa," ucap Tyra menatap Candy khawatir.
"Aku gakpapa kok cuman sedikit pusing aja, gak usah ke rumah sakit," ucap Candy.
"Tapi wajah kamu pucat Sel, kita ke rumah sakit ya atau kita kasih tahu Bu Rosa biar Bu Rosa hubungi orang tua kamu? " ucap Tyra lagi. Namun di balas gelengan oleh Candy.
"Gak usah Rara, kalau orang tua aku tahu mereka akan bersikap berlebihan. Kasian anak yang gak sengaja nendang bola itu pasti akan di marahi habis-habisan oleh Ayah," ucap Candy.
Naysa dan Tania menyeret dengan paksa anak laki-laki yang terus meronta dari pegangan Naysa dan Tania yang memegang tangan kanan dan kirinya.
"Nih dia pelakunya."