Di zaman sekarang ini adakah laki-laki yang serba bisa? sempurna!
jawabannya di novel kali ini ada!
Dia dijuluki Human Perfect oleh semua orang karena kesempurnaannya. Dia bernama Badai Bagaskara.
Lalu, sesempurna apakah dia?
Baca kisahnya dalam Novel Human Perfect. Dan disarankan bagi yang belum membaca Novel Tafsir Mimpi Sang Inspirator diharapkan membacanya terlebih dahulu, karena novel ini berhubungan dengan itu.
happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Datangi Satria
Sinar matahari sudah mengintip dari ufuk timur, di dalam rumah kini dua orang sepasang suami istri sedang bersiap-siap untuk berangkat menaiki kereta api, hendak pergi nyambangi putri kesayangan nya yang tengah mondok di salah satu pondok pesantren terkenal di Jawa Timur. Dimana putrinya ini mondok sudah cukup lama, bahkan sudah hampir lulusan.
"Ayo ma! Keburu ketinggalan kereta loh nanti!" ucapnya, yang cukup lama menunggu istrinya selesai bersiap.
"Sabar dong sayang. Ini juga udah selesai!" ucapnya, dimana sambil menunjukkan penampilannya kepada sang suami.
"Gimana? Aku cantik?" tanyanya.
"Kamu itu selalu cantik mamanya Najwa." pujinya kepada istrinya tercinta.
"Ya istri siapa dulu dong? Bintang Adi Kusuma!" ucapnya sendiri. Memuji pada dirinya sendiri.
Bintang pun tertawa renyah. "Yaudah deh, kalau aku? Gimana penampilan ku ma?" ucap Bintang.
"Bapaknya Najwa selalu ganteng." pujinya.
Bintang pun ikut-ikutan memuji diri sendiri seperti yang dilakukan istrinya, "Siapa dulu dong? suaminya Sayyidati Zainab!" sambil menyisakan tawa. Dimana Zainab pun juga tertawa.
"Sudah deh, ayo berangkat!" ucap Zainab. Lalu dia menaiki motor, dimana sudah sejak tadi Bintang telah naik di atas motornya.
Motor matic mereka yang telah berusia belasan tahun dimana mereka memiliki nya sejak mereka punya anak Najwa itu, meninggalkan rumah dengan dikunci rapat. Mereka kini yang tinggal di rumah miliki Bintang sendiri, walaupun berukuran tidak terlalu besar, namun mereka bahagia di dalam keluarga kecilnya.
Sesampainya di stasiun kereta api, motor telah Bintang parkir di stasiun seperti biasanya. Dan akan diambil sekembalinya mereka dari nyambangi putri mereka.
Tut tut tuuuuut
Suara terompet kereta api telah di lepaskan, Bintang dan Zainab pun juga telah ada di dalam gerbong kereta. Dan kereta pun tak lama kemudian bergerak meninggalkan kota Surabaya menuju ke kota tujuan para penumpang.
Setelah dua jam dalam perjalanan menggunakan kereta api, sampailah mereka di kota tujuan mereka, namun mereka harus menggunakan transportasi umum lainnya untuk sampai di pondok pesantren sang putri menimba ilmu. Yaitu mereka mengendarai angkot.
Dan sesampainya mereka di tempat tujuan, di pondok pesantren putri Fusshilat. Mereka pun turun dari mobil angkot dan langsung tersenyum lah keduanya. Karena kebetulan kini terlihat di sekolahan para siswanya sedang melakukan olahraga serentak.
Bintang dan Zainab yang berangkat pukul enam pagi telah sampai di tempat tujuan tepat pukul sepuluh pagi pun sangat senang. Dimana tak lama setelah mereka turun dari angkot, mereka melihat di kejauhan, tepatnya di barisan siswa yang berbaris salah satunya ada putrinya.
"Najwa!!!" teriak Zainab dengan penuh antusias kebahagiaan.
Najwa yang mendengar panggilan dari suara sang ibu pun, "Seperti suara mama?" ucap Najwa dalam hati. Dia pun menoleh ke kanan kiri, depan belakang.
Dan tepat di belakangnya dia berbaris olahraga, di kejauhan, ada dua orang yang dia sayangi sedang mengunjungi dirinya.
"Mama!! Bapak!!!" ucapnya lalu dia izin kepada gurunya. Dan gurunya pun mengizinkan, Najwa pun langsung berlari dan meneriaki.
"Mama! Bapak!" sambil berlari dan memeluk mamanya, lalu setelah itu memeluk bapaknya.
"Gimana nak? Kamu sehat-sehat aja?" tanya Bintang.
Najwa saat ditanya keadaannya, dia langsung berubah raut wajahnya. Dia menarik tangan kedua orangtuanya. Sambil tersenyum, memperlihatkan kepada banyaknya mata memandang. Tapi bibir Najwa sambil menggumam,
"Mari ikut aku mama, bapak... Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan." sambil menggumam, sambil tersenyum.
Dan sampailah Najwa dan kedua orangtuanya dia ruangan tempat tamu berkunjung. Dimana setiap pondok memang ada tempat khusus apabila ada orangtuanya atau keluarga lainnya ingin mengunjungi putrinya yang mondok.
"Ada hal apa lagi Najwa? apakah hal yang sama seperti yang kamu ceritakan di telpon seminggu lalu?" tanya Bintang pada sang putri.
Sambil membenarkan kerudung nya, Najwa mengangguk pasti.
Sedangkan Zainab yang tak tahu menahu bahwa anaknya menelpon suaminya, dia pun bertanya, "Kenapa mama juga gak diceritain? Memangnya ada apaan sih?" kepo lah Zainab.
"Ma... Saat itu mama sedang ada arisan di kampung Madu, jadi hanya bapak yang ada dirumah yang bisa Najwa curhati." ucap Najwa.
"Baiklah, katakan apakah kau memimpikan hal yang sama?" ucap Bintang lagi, dimana dia sudah tak sabar mendengar cerita putrinya.
"Iya bapak, aku kan tadi sudah mengangguk juga. Jadi gini.....".
...****************...
Disebuah lembah didekatnya terdapat aliran sungai yang indah, Najwa berada disana. Sendirian. Namun Najwa tak merasakan sedikitpun kesedihan, malah sebaliknya. Dia sangat bahagia dengan melihat sekitarnya yang dipenuhi dengan keindahan dan kelestarian alam yang seimbang.
Najwa berjalan di atas jembatan yang melintang memotong sungai dimana membuatnya bisa menyeberang ke seberang sungai. Najwa pun melihat ke sekelilingnya, keindahan semakin menyeruak. Semakin Najwa lihat, semakin indah pula pemandangan itu. Dan saat Najwa melihat ke arah Sungai, semakin panjang pula aliran air sungai itu.
Tanpa berkata-kata apapun, bahkan dalam hati Najwa pun tak berkata-kata apa-apa. Dia benar-benar hanya menikmati keindahan yang kini dilihatnya.
Dan saat itu juga, dalam kesunyian.
"Kau disini? Kamu yang bernama Najwa Hawa itukan?!!" satu suara muncul, sangat jelas di pendengaran Najwa, karena memang di dukung suasana yang sangat hening.
Dalam keheningan, ada suara muncul. Najwa langsung lah dia menoleh mencari sumber suara. Dan tak perlu repot mencari, saat dia menoleh ke belakang.
Telah ada orang yang berdiri tepat di belakangnya. Seorang lelaki tampan dan masih muda, berambut abu-abu namun tidak karena sudah berusia lanjut. Tapi karena memang lah begitu warna rambutnya. Kedua tatapan matanya yang memicing tajam. Bibirnya tipis kemerah-merahan. Hidungnya mancung, dan kulitnya sangat putih pucat. Pakaiannya seperti berjubah hitam, namun rapi. Lebih mirip kemeja yang dilapisi blazer.
Najwa pun langsung bersuara, setelah sejak awal berada di tempat itu dia diam saja. "Siapa kamu?" tanyanya.
Dan lelaki tampan itu tersenyum mendengar pertanyaan dari Najwa. Tanpa menjawab apa-apa, lalu lelaki tampan itu berjalan ke arah sungai, menginjak air sungai tanpa terjebur dan air sungai itu dibuatnya berubah menjadi lautan yang sangat luas. Hingga tak ada lagi pepohonan, bahkan jembatan pun telah tak ada. Hanya hamparan lautan luas yang disertai suara gemuruh ombak di depan mata kepala Najwa.
Membuat Najwa pun hanya bisa tercengang kini melihatnya. Tak berkata apa-apa lagi juga, dia hanya terdiam.
...****************...
"Lalu aku bangun dari tidurku. Aku siangnya nelpon ke hp bapak, dan cuma ada bapak dirumah. Jadi aku curhatnya ke bapak, gitu ma...." Najwa menghela nafas sejenak, dia minum minuman yang dibawakan oleh mamanya. Teh manis, namun setiap buatan mamanya tetaplah enak baginya.
Dan Najwa pun melanjutkan ceritanya sebelum kedua orangtuanya berkomentar tentang ceritanya, "Dan aku kira semua itu hanya mimpi saja. Mama bapak tau? Setelah aku curhat, malam harinya, sebelum tidur ini!" ucap Najwa, dengan menekankan kata sebelum tidur.
"Aku belum tidur, aku yakin betul. Aku di datangi Agi kedua kalinya oleh lelaki tampan itu. Tapi dia seperti nyata. Tapi sekali lagi, aku tidak tidur."
Ditengah-tengah curhatannya Najwa, mamanya yang telah penasaran untuk bertanya, akhirnya pun bertanya, "Atau mungkin kamu ketind**ihan¹ nak..." ucap Zainab.
Bintang pun dibuatnya ikutan menganggukkan kepalanya setuju atas pertanyaan sang istri.
"Nggak ma..." namun Najwa malah menjawabnya dengan sanggahan lagi, dengan penuh keyakinan.
Lalu Najwa melanjutkan kata-katanya, "Dan lelaki tampan itu malah berkenalan ke Najwa. Dia bilang, 'Maukah kau mengenalku?' aku cuma diam aja gak menggubris ucapannya. 'Aku Satria.' lalu aku tetap diam, dia tiba-tiba menghilang." ucap Najwa.
"Memangnya kamu ada dimana?" tanya Bintang.
"Aku ada di teras kamar pondok. Sebagian teman-teman sudah tidur. Aku di datangi lelaki tampan itu tepat duduk disebelah ku." ucap Najwa.
Bintang dan Zainab pun saling tatap kemudian berkata secara bersamaan, "Masak jin? Jin tampan?" ucap nya bersama-sama.
"Tapi sekali lagi loh ma, pak... Aku sadar dan tidak ketindihan ataupun merasa itu jin. Dia kayak nyata, tapi hilang begitu saja. Dan dia gak serem." ucap Najwa.
"Yaudah deh lupain aja. Nanti bapak akan cari tau siapa yang datangin kamu itu lewat Gusti Allah." ucap Bintang.
Zainab pun tersenyum mendengar ucapan suaminya, karena dia tahu kalau suaminya menganggap Najwa cuma curhat, atau mungkin semuanya itu hanya ilusi semata, atau tanpa sadar Najwa bermimpi.
Dan mereka pun menikmati makanan yang Zainab bawa jauh-jauh dari kampung Madu, Surabaya. Ke pondoknya Najwa. Maka mereka pun makan bersama di ruang kunjungan pondok.
Sedangkan Najwa, yang tau dibalik senyuman sang mama, dia pasti dianggap hanya curhat. Namun Najwa bersikeras dan sangat yakin bahwa itu makhluk Allah juga yang Najwa sendiri tak tau siapa.
"Lain kali aku akan menjawab setiap pertanyaan laki-laki tampan itu! Dan aku akan tau siapa dia sebenarnya!" gumam Najwa dalam hati.
.
.
.
Lanjutannya besok 😘
Orang Jawa menyebutnya Ketindihan saat diganggu oleh jin sebelum tidur atau saat tidur.