NovelToon NovelToon
Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Aku Cinta Kamu, Dia, Dan Mereka

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi
Popularitas:319
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ibadurahman

Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang.

Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya.

Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ibadurahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5.

...Ayaka Ito ...

Keesokan harinya, berita tentang Yuki yang dirawat di rumah sakit telah menyebar di kelas 1C. Nana, yang baru saja mendengar kabar itu, langsung melangkah dengan cepat menuju Keisuke. Tanpa ragu, dia menarik kerah baju Keisuke, membuat anak itu sedikit terhuyung ke depan.

"Siapa yang melakukan itu pada Yuki?" tanyanya dingin.

Keisuke menelan ludah, wajahnya sedikit pucat. "Dia bilang nggak mengenalnya…" jawabnya dengan suara sedikit gemetar. Nana mendorong Keisuke dengan kasar, lalu meninju meja di sebelahnya dengan keras, membuat suara dentuman menggema di dalam kelas.

"Brengsek."

Matanya penuh amarah.

"Naoki, antar gue ke rumah sakit."

Naoki mengangguk, sudah bisa menebak kalau Nana tidak akan tinggal diam. "Gue ikut," tambah Keisuke, meski masih sedikit tegang. Nana tidak menjawab, dia langsung berjalan keluar kelas, diikuti oleh Naoki dan Keisuke.

Begitu mereka melangkah keluar dari kelas, Yuna sudah menunggu di depan pintu dengan tangan disilangkan di dada. Tanpa banyak bicara, Yuna ikut bergabung.Mereka berempat pun segera berangkat menuju rumah sakit.

---

Sementara itu, di dalam kamar rawat, Yuki yang tengah berbaring terkejut saat pintu kamar terbuka tanpa diketuk. Yui Nakahara masuk begitu saja, membawa sebuket bunga dan sekeranjang buah di tangannya. Langkahnya santai, seolah ruangan itu miliknya.Tanpa berkata apa-apa, Yui berjalan menuju jendela dan meletakkan bunga di pot yang ada di sana.

Yuki hanya bisa terdiam, matanya terus memperhatikan gadis itu dengan waspada. Yui menoleh padanya, ekspresinya sulit ditebak.

"Gue datang ke sini untuk meminta maaf secara pribadi. Bukan atas nama kelas 1F," ucapnya tiba-tiba.

Yuki tetap diam. Dendam dalam hatinya masih membara, mengingat bagaimana dirinya dipukuli tanpa ampun oleh anak buahnya Yui.

"Terserah lu mau memaafin gue atau tidak,"lanjut Yui, melangkah mendekat ke sisi ranjang Yuki. Lalu, dengan gerakan cepat, dia mencondongkan tubuhnya, mendekatkan bibirnya ke telinga Yuki.

"Kalau lo berani ngadu ke pemimpin lo tentang siapa pelaku pengeroyokan ini… berarti SMA Kageyama akan jadi lautan darah." Bisikan itu dingin dan penuh ancaman.

Setelah berkata begitu, Yui berdiri tegak lagi dan berjalan menuju pintu. Namun sebelum keluar, dia menoleh sekali lagi.

"Camkan itu."

Dengan langkah ringan, Yui keluar dari ruangan, menuju lift. Ketika pintu lift di rumah sakit terbuka, Yui berpapasan langsung dengan Nana, Yuna, Naoki, dan Keisuke.

Namun, Yui tidak menghentikan langkahnya,tidak menghiraukan mereka sedikit pun. Matanya tetap menatap ke depan dengan ekspresi dingin.

Nana menoleh sedikit, mengamati gadis itu dengan tatapan penuh selidik. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Begitu lift kembali tertutup, Nana dan yang lainnya segera menuju kamar Yuki.

---

Setibanya di ruangan Yuki, mereka langsung melihat sesuatu yang mencurigakan. Di dekat jendela, bunga segar masih tertata rapi di dalam pot, dan sebuah parsel buah berada di meja. Nana berjalan ke arah pot bunga itu, mengambilnya tanpa ragu, lalu melemparkannya ke tempat sampah dengan ekspresi penuh kebencian.

"Ngapain dia ke sini?" tanyanya tajam tanpa menoleh ke arah Yuki.

"Dia siapa?," ucap Yuki pura-pura tidak tau.

"Yui Nakahara" jawab Nana dingin.

Yuki menelan ludah. "Dia… dia hanya sekedar menjenguk gue."

Nana berbalik, tatapannya tajam menusuk. "Apa dia meminta maaf atas perbuatannya kemarin?" tanyanya dingin.

Yuki terkejut bagaimana Nana bisa menebaknya dengan tepat. Namun, Yuki mengingat ancaman Yui tadi. Jika dia mengaku, itu bisa memicu perang besar antara kelas 1C dan 1F. Dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

"Apa maksud lu?" tanyanya, berpura-pura tidak mengerti.

Nana mendekatkan wajahnya ke Yuki, suaranya semakin rendah tapi tajam. "Bahkan gue aja nggak tahu ruangan lo di mana. Tapi Yui Nakahara bisa ta tahu." Yuki terdiam, tidak bisa menyangkalnya.

"Lu tau apa artinya itu?, dia yang bawa lo ke sini."

Mata Yuki melebar, benarkah itu?

"Bukannya Naoki dan Keisuke yang bawa gur ke rumah sakit? Soalnya mereka ada di sini pas gue sadar,"ucap Yuki, mencoba mencari jawaban lain.

Naoki menggeleng. "Nggak. Gue dihubungi rumah sakit lewat ponsel lo."

Keisuke menimpali, "Itu artinya kita baru tahu setelah lo udah ada di sini."

Sekarang Yuki benar-benar tidak bisa menyangkal lagi. Jika yang menghubungi Keisuke adalah pihak rumah sakit, itu artinya bukan Naoki atau Keisuke yang membawanya ke sini, maka hanya ada satu kemungkinan: Yui-lah yang membawa Yuki ke rumah sakit. Namun, mengapa? , Apakah dia merasa bersalah? Atau ini bagian dari rencana lain?

Sementara Yuki masih mencoba mencerna situasi ini, suasana di ruangan menjadi semakin tegang.

"Jujur saja, Yuki."

Suara Yuna terdengar penuh tekanan. "Jangan bilang lo mau mengkhianati Nana?"

Yuki merasa terpojok. "Tolong… jangan ganggu gue. Gue mau istirahat," ucapnya, mencoba menghindari pertanyaan lebih lanjut.

Nana menatapnya lama, matanya seakan ingin membaca isi pikiran Yuki. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan melangkah keluar dari ruangan, diikuti oleh Yuna, Keisuke, dan Naoki.

Saat pintu tertutup, Yuki menghela napas berat, menatap langit-langit ruangan. "Apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya dalam hati.Di satu sisi, dia bersyukur masih hidup. Di sisi lain, dia terjebak dalam kebohongan yang bisa saja membahayakan dirinya sendiri.

**

Keesokan harinya, Yuki kembali masuk sekolah. Luka-lukanya sudah sembuh, hanya menyisakan beberapa lebam samar dan sebuah plester di dahinya. Meski tubuhnya masih terasa sedikit kaku akibat pukulan kemarin, dia tetap melangkah ke dalam kelas dengan santai. Namun, suasana di dalam kelas terasa berbeda.

Biasanya, Naoki dan Keisuke akan menyapanya. Tapi kali ini, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka mulut. Bahkan, seluruh kelas seakan tidak melihat keberadaannya. Yuki tersenyum miring.

"Jadi begini caranya Nana menghukum gue?" pikirnya.

Dia melangkah menuju bangkunya dan duduk dengan santai. Tidak masalah. Dia sudah terbiasa sendirian.

Sepanjang pelajaran, Nana beberapa kali melirik ke arahnya. Saat melihat Yuki menulis dengan tangan kanan, lalu kadang berpindah ke tangan kiri, alisnya sedikit berkerut. "Orang aneh." Gumam Nana dalam hati. Yuki tetap tenang seolah tidak terganggu sama sekali.

**

Ketika bel istirahat berbunyi, dia langsung bangkit dan meninggalkan kelas, tidak ingin berlama-lama dalam suasana canggung ini. Yuki berjalan ke belakang gedung sekolah, berharap bisa duduk tenang tanpa ada yang mengganggunya. Namun, tanpa disangka, dia malah masuk ke wilayah anak-anak kelas 1G.

Seisi tempat itu terdiam. Belasan pasang mata menatapnya, tatapan penuh intimidasi. Berbeda dengan kelas lain yang masih memiliki anggota perempuan, kelas 1G hanya diisi laki-laki berbadan kekar. Beberapa di antara mereka berdiri, menegangkan otot mereka.

Yuki menelan ludah. "Sial. Kenapa gue harus nyasar ke sini?" pikirnya. Dia mempertimbangkan cara untuk kabur. Tapi sebelum dia sempat bergerak, tangan seseorang tiba-tiba menarik lengannya dari belakang. Saat menoleh, dia melihat Yui Nakahara.

"Apa lu mau cari mati?" bisik Yui dengan nada kesal.

Yuki masih tercengang ketika Yui menggandeng tangannya dan menariknya pergi dari tempat itu. Mereka berjalan menjauh dengan cepat, sementara anak-anak kelas 1G hanya memperhatikan tanpa bergerak. Setelah cukup jauh, Yuki menghembuskan napas lega.

“Terima kasih, Yui.”

Yui tidak menjawab, hanya berjalan dengan ekspresi datar. Tapi saat itu, Nana dan Yuna kebetulan sedang berdiri di kejauhan. Nana melihat tangan Yuki yang digenggam oleh Yui. Darahnya mendidih.Yuki menyadari tatapan Nana, dan segera menarik tangannya dari genggaman Yui.

"Maaf, Yui. Gue akan kembali ke kelas. Terima kasih sudah membantu gue," ucap Yuki buru-buru sebelum berjalan menjauh. Yui hanya mendengus pelan.

Dia sengaja melakukan itu, hanya untuk melihat ekspresi Nana. Dia merasa puas ketika melihat ekspresi Nana kesal.

Ketika Yuki kembali ke kelas, semua orang menatapnya. Namun, sebelum dia bisa duduk,

BRUKK!!

Pukulan keras menghantam wajahnya. Yuki terpental ke meja guru, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia memegang pipinya yang baru saja dipukul. Ketika dia menoleh, dia melihat Nana berdiri di hadapannya dengan mata penuh amarah. Sebelum dia bisa berkata apa-apa, Nana menarik kerah bajunya dan melayangkan pukulan kedua.

BUAGH!

Yuki tersungkur ke lantai. Tinju Nana lebih menyakitkan dibandingkan semua pukulan yang diterimanya saat dikeroyok kemarin. Seisi kelas hanya diam. Tidak ada yang berani menghentikan Nana. Nana duduk di atas perutnya, mencengkeram kerah bajunya dengan erat.

"Lu mau jadi penghianat, hah?" ucapnya dingin.

Yuki masih sedikit pusing. "Apa maksud lu?"

BUGH!

Nana memukul wajahnya lagi.

Namun Pintu kelas tiba-tiba terbuka. "Kembali ke tempat kalian." Suara Ayaka Ito terdengar tajam dan penuh tekanan. Nana menoleh ke arahnya, tapi tidak langsung menurut. Dengan ekspresi tajam, Nana menatap Yuki lalu meninju wajahnya sekali lagi.

Setelah itu, barulah dia bangkit dan berjalan menuju bangkunya dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa.

Bu Ayaka masuk ke dalam kelas dan menghampiri Yuki yang masih berusaha bangkit. "Bisakah kau berdiri?" tanyanya tanpa ekspresi.

Yuki mengangguk pelan, lalu berjalan sempoyongan kembali ke bangkunya.

---

Nana mungkin marah, tapi apa sebenarnya yang lebih membuatnya marah? Karena Yuki tidak memberitahunya soal kelas 1F?, atau karena dia melihat Yuki bergandengan tangan dengan Yui?. Yuki tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, Nana Aoi benar-benar berbahaya.

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!