Syifana Khoirunnisa yang biasa di sapa Syifa, harus menelen kekecewaan saat mengetahui rahasia suaminya yang tidak ingin menyentuhnya.
Di usia pernikahan yang menginjak Minggu ke empat, Syifa memutuskan untuk bercerai. Bahkan meninggalkan kota kelahirannya demi melupakan kegagalan rumah tangganya juga mantan suaminya yang sebenarnya sudah ada di hatinya.
Hingga ia harus kembali ke kota itu setelah tujuh tahun berlalu dengan sudah ada banyak perubahan pada kehidupannya.
Apa yang terjadi jika ia kembali bertemu mantan suaminya di saat ia sudah memiliki calon suami. Lalu apa yang akan terjadi saat ada laki-laki yang dengan berani menyatakan cintanya bahkan mengejar cinta Syifa tanpa lelah.
Kemana hati Syifa akan berlabuh? Siapa pemilik hati Syifa?
Happy Reading
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 20 Boleh Mengulang Lagi?
Pemilik Hati (20)
" Dia sudah menikah. Menikahi janda yang masih per@wan," Kakek David angkat bicara dengan suara agak pelan agar tidak didengar kedua cicitnya.
Uhukk...Uhukkk...Uhukkk...
Kini, adik serta kedua orang tua David yang tersedak karena terkejut dengan apa yang ia dengar.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Ayah tahu darimana?,"
" Ayah menyuruh orang memata-matai David dan Daniel. Kalian pikir setelah apa yang menimpa kedua cucuku aku akan diam saja.?
Ayah dan Ibu David mengangguk.
" Lalu siapa yang dinikahi David? Bisa-bisanya dia menikah tanpa restu dari ku," ibu David terlihat kesal.
" Dia juga terpaksa. Kalau dia melakukannya tanpa menikahi perempuan itu lebih dulu, aku pasti sudah membuatnya babak belur," jelas Kakek David.
" Memangnya apa yang terjadi?" ayah David heran.
" Nanti kalian tanyakan sendiri saja langsung pada orangnya."
"Baiklah."
" Ngomong-ngomong soal cucu sendiri, jangan lupakan Faisal." adik David mengingatkan.
" Tapi, rasanya berbeda. Kita tahu saat dia sudah masuk taman kanak-kanak. Tidak dari bayi."
" Ck, alasan." lirih adik David pelan.
" Ibu masih dengar ya..."
Hanya di balas dengan cengiran.
" Lalu apa kita harus memberitahu keberadaan Reza disini?," tanya Ayah David
" Jangan. Biarkan Daniel yang menyelesaikan masalahnya. Kita tidak perlu ikut campur. Cukup awasi saja." tidak ada yang berani melanggar jika sesepuh sudah bicara.
Sementara itu, suasana sarapan di rumah David cukup canggung. Hanya Alya dan Daniel yang tampak biasa saja.
Sementara David dan Syifa tampak hanya diam. Setelah kejadian semalam keduanya diliputi kecanggungan.
" Fa, David sudah jadi suami kamu loh," Alya mengingatkan.
" Ah iya maaf." Syifa mulai melayani David. Ia mengambil piring kosong dan mengisinya dengan nasi.
" Segini cukup?,"
" Cukup,"
" Lauknya mau apa?,"
David menunjuk menu yang dia inginkan.
Mereka pun makan dengan tenang.
" Sepertinya kalian perlu bicara, kami tinggal dulu ya," Daniel mengajak istrinya meninggalkan David dan Syifa.
" Tidak apa-apa. Dia suami kamu sekarang," bisik Alya saat melihat tatapan memohon Syifa.
" Bagaimana kalau kita bicara di taman," usul David. Mereka butuh tempat yang nyaman untuk berbicara berdua.
" Baiklah,"
Syifa mengikuti langkah David yang membawanya keluar rumah. Disinilah mereka berada, duduk saling bersebelahan walaupun menyisakan jarak.
Cukup canggung bagi Syifa. Kemarin ia masih sendiri, bangun-bangun sudah bersuami. Dengan laki-laki yang pernah menyatakan cintanya pula.
David sendiri bingung harus memulai dari mana. Dia memang ingin menikahi Syifa, tapi ini di luar rencananya.
" Maaf lancang menikahimu tanpa persetujuanmu." satu kata yang akhirnya terucap setelah saling diam beberapa saat.
" Aku memang berharap kita bisa sampai pada tahap ini. Namun, tidak dengan cara seperti ini," jelas David. Tak ingin Syifa menganggap ia terpaksa menikahinya. Karena pada dasarnya ia pun menginginkan pernikahan ini.
Syifa diam. Bingung juga harus menanggapi seperti apa. Dia sudah merelakan apa yang terjadi. Setidaknya sekalipun kesuciannya terenggut, dia di ambil oleh orang yang berhak mengambilnya. Dan masih bersyukur bukan Andra laki-laki itu.
" Kamu marah?," tanya David karena Syifa hanya diam.
" Tidak. Hanya masih tak menyangka."
" Apa kamu menyesal?,"
Ah, David jadi merasa salah memberikan pertanyaan. Bagaimana jika jawabannya adalah iya. Apa yang akan terjadi pada pernikahannya yang baru sebentar ini.
Syifa tetap melihat pada bunga-bunga yang ada di hadapannya. " Tidak." jawabnya singkat.
David sedikit bernafas lega.
" Mungkin ini terlambat karena status kita yang sudah berubah. Tapi, .." David menarik nafas dalam-dalam.
" Maukah kamu tetap di sampingku. Dalam kondisi apapun tetap bersamaku. Menua bersama dengan anak cucu kita kelak?." David mengambil tangan Syifa dan menggenggamnya membuat Syifa melihat ke arahnya.
Deg.... Deg... Deg....
Jantung Syifa berdetak kencang.
Syifa tak berani menepis walaupun ia terkejut. Orang yang menggenggam tangannya adalah suaminya sendiri. Mana mungkin ia berani menepisnya.
" Aku pernah mengatakan aku menyukaimu. Aku bersyukur menjadi suamimu. Apa yang kamu inginkan sebagai bukti cintaku?. Maaf mahar kemarin seadanya karena tanpa persiapan." jelas David panjang lebar.
Syifa memberanikan diri memandangi wajah laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya.
" Cukup setia padaku." jawabnya singkat di sertai senyuman.
Satu hal yang memang di inginkan Syifa. Kesetiaan dari pasangannya. Bukan harta ataupun jabatan. Sekalipun David memiliki keduanya, bagi Syifa itu hanyalah bonus.
Karena jika keduanya dimiliki oleh orang yang tidak setia, perempuan manapun pasti mau di jadikan kedua bahkan mungkin ketiga.
" Aku takkan menjanjikan apapun. Aku hanya akan membuktikan padamu bahwa aku akan setia selamanya sampai maut memisahkan." Tegasnya. Tidak ada kebohongan dari sorot matanya.
" Tapi, aku memiliki masa kelam." lirih David.
Bagaimana pun ia lebih baik jujur di awal daripada menjadi masalah di kemudian hari.
" Aku pernah melakukan kesalahan hingga aku memiliki seorang anak dari perempuan bersuami."
Deg
Syifa terkejut.
" Anak laki-laki berusia tujuh tahun. Yang kini tinggal dengan ayah sambungnya. Ibu kandungnya menelantarkannya. Sementara aku merasa tak berhak untuk mengambilnya dari orang yang telah membesarkannya penuh kasih sayang." jelasnya panjang lebar. Tetap menggenggam tangan Syifa dan tak ingin melepaskannya.
"Bagaimana?," tanyanya Karena Syifa belum memberi tanggapan.
Syifa masih berpikir. Jika menghitung umur anaknya, sudah pasti kejadian itu sudah terjadi bertahun-tahun lalu.
" Kamu pernah lagi melakukan hubungan seperti itu dengan perempuan lain, sampai berakhir di ran...."
" Tidak. Itu kesalahan pertama dan aku janji akan menjadi yang terakhir."
" Insya Allah..." Syifa mengingatkan. Tanpa kehendak Allah semua takkan terjadi.
" Ya, Insya Allah itu kesalahan terakhir bagiku."
Syifa menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
" Baiklah. Aku salut pada kejujuranmu. Karena kejujuran ini sangat penting untuk hubungan kita yang memang belum benar-benar saling mengenal satu sama lain."
David hanya mengangguk. Padahal dalam hati ia tersenyum karena sudah banyak tahu mengenai Syifa juga masa lalunya. Hanya tak menyangka soal kep3rawanan karena itu di luar prediksinya.
Rezeki anak Sholeh. Batin David.
" Lalu, bagaimana hubunganmu dengan anak itu?,"
" Hubungan kami baik. Dia tahu aku ayah kandungnya. Hubunganku dengan ayah sambungnya juga baik. Kami saling berkomunikasi apapun yang berhubungan dengan Faisal."
"Namanya Faisal?,"
" Ya. Tahun ini dia akan masuk SD. Di sekolah tempatmu mengajar."
" Benarkah? Berarti sama dengan Reza?," tahun ini pun Reza akan bersekolah di tempat Alya dan Syifa mengajar.
" Ya, mereka seusia."
" Kapan kita akan menemuinya?," tanya Syifa antusias.
David tersenyum. Dia senang Syifa mau menerima keberadaan Faisal.
" Secepatnya." Diam sejenak. " Tapi, sebelum menemuinya, kita temui keluargaku dulu. Mereka belum mengetahui pernikahan kita."
Ah, benar. Orang tua David. Apa mereka bisa menerima satatusku?. Batin Syifa.
Merasa Syifa yang nampak gugup saat Ia mengungkit tentang keluarga, David semakin mengeratkan genggaman tangannya.
" Mereka pasti akan menerimamu. Apalagi sudah lama mereka menginginkan seorang menantu."
" Tapi, statusku?,"
" Keluargaku tak pernah menilai seseorang dari statusnya ataupun kastanya."
" Aku janda," tegasnya.
" Tapi aku yakin pertama buka segel .." Syifa bungkam wajahnya memerah. Ia jadi ingat semalam.
Astaghfirullah. Batinnya. Bisa-bisanya ia ingat kejadian semalam. Cukup memalukan sebenarnya karena ia merasa jadi orang lain akibat pengaruh obat.
" Kenapa wajahnya jadi merah. Mau mengulang yang semalam kah?," goda David.
Syifa malu karena terpergok. Ia langsung memalingkan wajahnya sementara David hanya terkekeh.
" Kalau boleh, sebenarnya aku mau mengulanginya," pinta David to the point.
" Tak ada alasan bagiku untuk menolakmu. Sudah kewajiban seorang istri melayani suaminya." jawab Syifa menundukkan wajahnya.
" Benarkah?," David antusias.
Syifa hanya mengangguk.
" Tapi, sebelum itu sepertinya ada yang harus kita lakukan agar hubungan kita tidak sekaku ini."
TBC