NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gugup

[21/3 20.50] Tyas: Nara dan Vian sudah tiba di sebuah hotel mewah yang sudah di siapkan oleh orang tua mereka. Johan yang mengantar mereka segera pamit dan meminta Vian untuk menghubunginya jika mereka memerlukan suatu. Namun tanpa di ketahui oleh mereka berdua, tentu saja Johan sudah memerintahkan beberapa orang untuk berjaga di sekitar Hotel.

Dengan menggandeng tangan Nara, keduanya melangkahkan kakinya masuk. Melihat kedatangan Vian seorang perempuan yang bertugas di meja resepsionis segera menghampiri dan menundukkan kepalanya hormat.

"Selamat datang Mas Vian dan Mbak Anara" ucap perempuan itu dengan ramah.

Setelah berbasa-basi sedikit, perempuan itu lantas mengantarkan pasangan yang masih mengenakan pakaian pengantin itu ke kamar VVIP yang sudah di persiapkan. Sebelum pergi perempuan itu memberikan sebuah kartu akses kepada Vian dan tak lupa juga mengucapkan selamat atas pernikahan mereka.

Mata Nara terkejut saat melihat betapa besar serta mewahnya kamar hotel yang akan ia gunakan untuk menginap malam nanti. Rupanya keterkejutan Nara tidak sampai disitu, ia begitu terpana melihat ranjang kamar yang di taburi oleh kelopak mawar serta sebuah handuk mandi yang di bentuk menjadi dua angsa yang menyatukan kepalanya hingga membentuk simbol love.

"Sangat romantis sekali", gumam Nara. Namun kekagumannya itu tiba-tiba terganti dengan perasaan gugup saat sebuah adegan drama korea yang pernah ia tonton terlintas di ingatannya. Di mana dalam drama tersebut memperlihatkan adegan panas dari sepasang kekasih yang tengah memadu kasih di atas ranjang. Tanpa Nara sadari ternyata Vian sudah lama memperhatikan perubahan wajah Nara yang tiba-tiba menjadi pias.

Seakan tau apa yang tengah di pikirkan gadis itu, Vian mengambil satu buah angsa yang sebelumnya terbentuk cantik di atas ranjang lantas mengibaskannya.

"Abaikan saja, jangan sampai kamu tertekan hanya karena melihat taburan bunga serta hiasan ini. Bukankah aku sudah mengatakan jika aku akan meminta hakku jika kamu telah siap".

Seketika kesadaran Nara kembali, ia jadi merasa tidak enak dengan suaminya. Bukankah sudah seharusnya, kewajibannya melayani Vian dan melakukan hal itu adalah tugas pertama Nara saat ini sebagai istri sahnya.

"Baiklah aku akan mandi dulu Nar", ucap Vian sembari mengusap pipi Nara dengan lembut. Sementara gadis itu memberikan anggukan sebagai jawaban.

Selama Vian di kamar mandi, Nara mulai melepas berbagai hiasan di kepalanya. Rambutnya yang di sanggul membuatnya cukup kesulitan menyisirnya, karena rambut Nara tersebut di sasak dan di semprot hair spray sebelumnya.

"Lihatlah, macam singa kamu Nar", ucap Nara sendiri sembari terkekeh saat melihat penampilan rambutnya yang mengembang bagaikan rambut singa.

Setelah selesai dengan urusan rambutnya, Nara beralih pada wajahnya. Ia menghapus riasannya, membersihkan wajah dengan pembersih dan pelembab untuk menyegarkan kembali kulitnya dari make up yang hampir seharian ini menempel di wajahnya. Untung saja semua peralatan yang dia butuhkan sudah tertata lengkap di atas meja rias, Nara yakin jika hal ini juga di persiapkan oleh mertuanya.

Tiba-tiba suara dering ponsel berbunyi, Nara yang tahu jika ponsel tersebut milik suaminya segera memanggil nama Vian. "Mas, Papa telepon", teriak Nara yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi yang tertutup dengan membawa ponsel Vian bersamanya.

"Angkat saja, Mas masih tanggung di dalam".

Mendengar ucapan Vian, tanpa menunggu lagi Nara menekan tombol hijau dan menariknya ke atas hingga sebuah suara terdengar dari seberang telepon.

"Hallo Pa, ini Nara. Mas Viannya sedang mandi", ucap Nara. Dalam diam Nara mendengarkan perkataan Papa Agam.

"Baik Pa, nanti akan Nara sampaikan kepada Mas Vian".

Setelah itu panggilan berakhir bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka.

"Papa bilang apa Nar?", tanya Vian yang baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk yang ia lilitkan sebatas pinggang. Satu tangannya sibuk menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

"Papa bilang jika beliau dan Mama Arin akan kembali ke Jakarta Mas, ada pekerjaan yang harus segera mereka kerjakan Mas".

"Oh baiklah", jawab Vian yang masih sibuk menggosok rambutnya.

Walupun Nara sudah pernah melihat Vian dalam keadaan seperti ini namun gadis itu masih merasa gugup, saat berbicara pun ia masih memalingkan wajahnya namun sering juga mencuri-curi pandang. Tak ingin terlalu lama melihat sesuatu yang sebenarnya memang sudah sah-sah saja jika di lihat olehnya, gadis itu meminta Vian untuk istirahat terlebih dahulu sementara dirinya akan mandi. Nara meraih handuk yang masih berbentuk angsa itu dan berjalan menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti saat Vian kembali memanggilnya.

"Ada apa Mas?

"Apa kamu bisa melepas pakaianmu sendiri?".

"Hah? Tentu saja bisa memangnya kenapa?".

"Baiklah, jika kau bisa melepas belasan kancing di punggungmu itu, Mas akan berganti pakaian".

"Kancing di punggung?", gumam Nara, gadis itu mulai meraba punggungnya dengan tangan dan benar saja deretan kancing berjejer menurun, dapat Nara pastikan jika kancing itu berjumlah cukup banyak.

"Sepertinya aku memang butuh bantuanmu Mas".

Vian tersenyum, laki-laki itu mendekat dan tangannya terulur untuk membuka satu per satu kancing di baju Nara. Saat deretan kancing itu terbuka separuh, Vian menelan ludah kasar saat memperhatikan punggung putih sang istri. Sementara Nara, wanita itu berdiri dengan tubuh dingin, ia gugup sekaligus malu. Ia merasa tangan di punggungnya tidak berniat membantunya, melainkan mempermainkan perasaannya.

"Mas, kenapa berhenti apa sudah selesai?", tanya Nara yang merasa tak ada pergerakan di punggungnya.

"Ah iya, sedikit lagi", jawab Vian setelah mendapatkan kesadarannya kembali.

Laki-laki itu melanjutkan pekerjaannya, meneruskan membuka kancing yang hanya tersisa beberapa kancing lagi.

Sepertinya Vian sudah tidak bisa menguasai dirinya lagi, tangannya mulai bergerak nakal dengan mengusap punggung Nara, ia bahkan berani mendaratkan kecupan lembut yang membuat tubuh Nara menegang.

Semua kancing berhasil terbuka memperlihatkan punggung Nara yang putih dan bersih, kini Vian mendekatkan tubuh mereka. Laki-laki bertelanjang dada itu merapatkan tubuhnya pada punggung Nara. Dengan gerakan lembut Vian mencium Nara dari tengkuk leher hingga telinga. Tubuh Nara seketika meremang, rasa geli dan merinding mendominasi. Ia tahu jika Vian sudah sangat menginginkannya. Namun ia sadar dengan penampilannya saat ini yang sangat tidak enak di lihat oleh mata, apalagi rambutnya yang mengembang macam rambut singa.

"Mas, ini masih sore, bukankah malam pertama itu di lakukan pada malam hari?", tanya Nara dengan polosnya di tengah rasa gugup yang melanda.

"Ah, ya, kau benar", ucap Vian yang di sertai dengan senyuman. "Maafkan aku karena terbawa perasaan", imbuhnya.

"Tidak, tidak apa-apa Mas. Aku hanya minder dengan penampilanku saat ini Mas".

"Minder, minder kenapa? Kamu cantik Nara".

"Cantik? Bohong sekali jika Mas Vian tidak merasa aneh dengan rambutku", batin Nara. "Biarkan aku mandi dulu ya Mas, aku sangat berkeringat", ucapnya.

"Baiklah jika begitu".

Nara bergerak cepat dengan berlari ke kamar mandi, gadis itu mengatur nafasnya yang tidak beraturan dengan bersandar pada pintu kamar mandi yang sudah ia tutup.

Nara merasa lega setelah berhasil melarikan diri dari situasi yang tidak nyaman. Ia mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk menenangkan dirinya. Setelah beberapa saat, Nara merasa lebih baik dan memutuskan untuk mandi. Ia melepas pakaian pengantinnya dan memasuki shower. Air hangat yang mengalir di tubuhnya membuatnya merasa lebih rileks. Sementara itu, Vian berbaring di tempat tidur, menunggu Nara selesai mandi. Ia tidak bisa menahan senyumnya saat memikirkan tentang Nara yang masih sangat polos dan tidak berpengalaman. Ia merasa bahagia karena bisa menjadi suami yang pertama dan satu-satunya bagi Nara.

1
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!