Menjadi Istri Kedua

"Aku gatau pertemuan kita ini apa takdir yang memang sengaja atau... "

"Apapun itu tapi aku senang dengan pertemuan ini" ucap Aaron dan melirik wanita yang berjalan di sampingnya itu.

"Aku mungkin memang menginginkan pertemuan seperti ini terus tapi sebaiknya tidak terjadi lagi kedepannya" ucap Elena membuat Aaron bingung.

"Kenapa?"

"Aaron.. " Elena menunjuk cincin yang tersemat di jari manisnya membuat pria itu sadar. "Aku tau" Aaron mengalihkan pandangannya bukan karena tak ingin melihat Elena, namun ia tak ingin sedih lagi mengingat jika wanita di sampingnya ini sudah menjadi istri orang lain.

"Tapi kita sahabat bukan?" ucap Aaron dengan memaksakan tawa di bibirnya. Elena tertawa sumbang dan menepuk tangan Aaron sebagai tanda persahabatan mereka.

"Sahabat itu lebih dari apapun. Kita membagi semuanya pada sahabat kita baik suka maupun duka. Dan hubungan itu jauh lebih kuat dibandingkan sebagai seorang kekasih kan?" ucap Aaron dan tertawa. Ia menutupi seluruh kesedihan di hatinya dengan tawa itu begitu pula yang dilakukan Elena.

"Kita bisa selamanya menjadi sahabat dan mungkin itu lebih baik dari pada menjadi pacar. Karena kalau kita putus, mungkin kita akan jadi asing bukan?" Sebagian percakapan mereka mungkin adalah suatu kebenaran namun sebagiannya lagi adalah kebohongan pada diri mereka sendiri.

"Mungkin mulai sekarang kita harus belajar melupakan kenangan kita" ucap Elena dengan tertunduk.

"Kenapa harus dilupakan? Tidak ada yang salah dengan kenangan yang kita punya Elena" ucap Aaron menolak hal itu. Karena bagaimanapun ia akan sangat sulit melupakan Elena begitu saja beserta kenangannya. Ia begitu mencintai Elena lalu kenapa ia harus dipaksa melupakan wanita itu?

"Tapi... jika tidak dengan cara itu aku tidak akan bisa move on dari kamu sepenuhnya" ucap Elena sedih. Hatinya pun menolak melakukan itu namun bibirnya berkata hal yang berbeda.

"Anggap saja jika kenangan itu adalah pelajaran berharga buat kita. Karena seperti yang kita tau jika mungkin kita boleh saling mencintai tapi jika takdir tidak berpihak maka semuanya akan sirna begitu saja. Mencintai tidak harus memiliki Elena meskipun kita berdua sama-sama menginginkan untuk memiliki satu sama lain" ucap Aaron semakin membuat Elena merasa bersalah.

"Jangan merasa bersalah padaku. Aku bisa menerima semua ini tapi jangan paksa aku untuk melupakan kamu sepenuhnya Elena karena itu akan sangat sulit buat aku" ucap Aaron. Raut wajahnya menggambarkan betapa sakit luka yang ada di hatinya. Merelakan orang yang dia cintai dan melihatnya menikah dengan orang lain. Tentu itu tidak mudah untuk Aaron.

"Mungkin orang berkata kalau cinta di masa SMA hanyalah cinta palsu tapi aku disini mengatakan jika itu semua salah besar. Aku tulus mencintai kamu Elena" ucap Aaron membuat Elena menoleh cepat. Ia tahu itu dan sangat mengerti akan hal itu. Tapi tidak baik untuk Aaron mengatakan hal ini di situasi seperti ini. Situasinya sudah berbeda apalagi mengingat dirinya yang sudah berganti status.

"Aaron stop!!" Elena menghentikan perkataan Aaron. Air matanya luruh seketika. Ia sama seperti lelaki yang ada di hadapannya ini.

"Stop!"

"Aku harap kamu jangan katakan hal kaya gini lagi" ucap Elena

"Kenapa? Apa ada yang salah? Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang aku rasakan Elena. Aku tau dan aku tidak akan mungkin merebut kamu dari suami kamu" ucap Aaron dengan wajah sedikit tak terima.

"Aku tau dan aku ngerti Aaron. Tapi untuk saat ini situasinya sudah sangat berbeda dengan dulu dan mungkin akan menjadi bahaya untuk diri kamu sendiri nantinya" ucap Elena

Wanita itu melangkah pergi menjauh dari Aaron. Ia berjalan dengan cepat memasuki mobilnya. "Maaf" Elena menghapus air matanya dan melajukan mobilnya pergi begitu saja. Ia melihat wajah Aaron yang masih ada di sebrang jalan yang menatapnya dengan sorot kekecewaan.

"Aku tau ini sakit. Tapi aku gamau menjadi penyebab bahaya buat kamu" lirih Elena masih dengan terisak.