Bukan Suami Pengganti

Mobil hitam yang di kendarai oleh Eva kini mulai masuk ke area Rumah Sakit. Dengan lihai Eva mengendarai mobil milik suami nya itu dengan tepat dan benar.

Setelah berhenti di parkiran, Eva menoleh ke arah samping. Yang di mana suami nya itu, Arsen terlelap cukup pulas.

Saat seperti inilah, dia bisa bebas menikmati wajah tampan dari suami nya itu. Karena, saat suami nya terbangun mana berani dia menatap dan sedekat seperti ini, pikir Eva.

''Aku tidak salah, telah memilih bertahan dalam pernikahan ini. Kamu sangat baik ke pada ku, dari segi apa pun.'' Lirih nya, bergerak lembut jemari Eva mengusap wajah tampan milik suami nya, Arsen.

''Aku tidak menjamin, kalau kamu tak mampu menggeser nama Juan dari hati ku. Jika kamu sebaik ini, setampan ini.'' Senyuman manis terukir indah di bibir Eva. Belakangan ini senyuman itu hilang, dan hanya senyuman terpaksa dia tampilan untuk menutupi rasa sakit di hati nya.

Hanya bersama kamu, yang bisa membuat aku tersenyum tulus, Eva.

''Apa kah kamu sudah mulai tertarik dengan ku.?'' Arsen tiba-tiba membuka kedua mata nya.

Eva menarik tubuh nya dan berpura-pura membenahi tempat dia duduk.

''Maaf tadi aku, aku tadi hanya ingin membangunkan kamu.'' Ucap Eve sedikit gelagapan. Seperti orang yang lagi terciduk mencuri sesuatu yang sangat berharga.

Arsen mengangguk, ''Apa kah kita sudah sampai, ?''

''Iya, kita sudah sampai di Rumah Sakit.'' Sahut Eva cepat.

''Kamu kenapa, ?'' Bingung Arsen, melihat tingkah istri nya yang tidak seperti biasa nya.

''Aku, aku tidak apa-apa.? Yuk kita turun.!'' Ajak Eva, yang sudah turun lebih dulu dan segera membantu suami nya itu turun dari dalam mobil.

''Tadi aku sudah mendaftar lewat Aplikasi, kita tinggal daftar ulang kembali.'' Beritahu Eva kepada suami nya itu.

''Eva, aku ini sakit nya tidak terlalu parah. Aku ini hanya demam biasa, jadi kamu tak perlu repot-repot seperti ini.''

''Apa lagi mencarikan aku kursi roda segala. ? Ini tidak perlu, Eva a.'' Keluh Arsen.

''Aku bisa malu di lihatin semua orang,'' Lanjut Arsen lagi.

''Kenapa harus malu, kamu kan memang lagi sakit.?'' Heran Eva.

Arsen menghela nafas panjang sebelum mengikuti kemauan istri nya itu.

Mendorong santai, kursi roda suami nya menuju tempat Dokter nya yang sedang pratek. Dan kebetulan sekali, dia mendapatkan nomer antrian yang pertama.

Hampir setengah jam, Eva dan Arsen berkonsultasi dengan Dokter yang baru saja memeriksa kondisi tubuh suami nya.

''Ini resep dan vitamin yang harus Tuan tebus. ? Ingat pesan saya Tuan, Tuan harus menjaga pola makan yang bergizi serta rajin berolahraga.'' Terang Dokter tersebut.

Eva dan Arsen mengangguk cepat, ''Terima kasih Dok,'' Ucap Arsen membungkuk kepala nya sedikit.

''Kalau begitu kami permisi dulu, Dok.'' Berjabat tangan sebelum dia benar-benar pergi.

...****************...

''Akhir nya, kita sudah sampai juga Mas.'' Lirih Eva dengan tersenyum sangat antusias.

''Yuk kita turun, biar kamu cepat beristirahat.!''

''Iya, kamu memang benar. Badan ku mulai panas kembali setelah obat panas yang tadi aku minum sudah hilang khasiat nya.''

''Nak Arsen, Eva, sejak kapan kalian datang? Kenapa tidak langsung masuk saja.?'' Tegur Mama Rosa di depan pintu.

''Ini juga baru sampai, Ma.'' Sahut Eva, meraih punggung tangan Mama Rosa kemudian mencium nya.

Arsen juga melakukan hal seperti itu, dengan di bantu oleh istri nya.

''Badan kamu panas ya, nak Arsen.?'' Mama Rosa sedikit terkejut, setelah kulit mereka saling bersentuhan.

''Hanya demam biasa, Ma. '' Jawab Arsen sedikit berbohong.