Clarissa Tamara, seorang wanita cantik dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang pengusaha mapan, dan dia merupakan anak pertama dari keluarga itu.
Tapi kasih sayang ayah dan ibunya hanya tertuju kepada adiknya seorang, bahkan saat adiknya merebut tunangannya ayah dan ibunya malah membiarkannya dan mendukung hubungan mereka.
Rasa marah dan kecewa membuat Clarissa tak peduli lagi dengan keluarga, dia berusaha mati-matian mendirikan perusahaan miliknya untuk membalas dendam atas apa yang di lakukan oleh keluarga.
Dan untuk mengobati rasa sendiri nya, tak sengaja dia bertemu dengan seorang pria gelandang berwajah tampan.
Tanpa tahu indentitas aslinya, Clarissa membawa pria itu ke rumahnya dan menjadikannya pria penghangat ranjangnya.
Tapi bagaimana jika Clarissa mengetahui identitas pria itu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Kekacauan.
Brian duduk terdiam sambil melihat handphone nya, mata nya terus saja fokus pada kontak WhatsApp Clarissa.
"Kenapa aku tak bisa menghubungi nya? Kontak nya pun tak ada foto.. Apa di memblok nomor ku?" Ucap Brian.
"Bos ada apa?" Tanya Roki yang melihat wajah Bos nya seperti sedang tidak senang.
"Kelinci ku ingin kabur.." Jawab Brian.
"Kelinci?" Tanya Roki.
"Sudahlah..." Jawab Brian yang tak ingin membahas.
Brak...
Terdengar suara pintu di buka dengan kencang, terlihat Erwin membuka pintu dengan wajah yang panik.
"Bos.. Gawat." Ucap Erwin.
"Ada apa?" Tanya Brian.
"Informasi pribadi kita telah bocor ke publik, bahkan sekarang semua orang telah tahu siapa dirimu." Ucap Erwin.
Brian yang mendengar hal itu sangat geram, siapa yang berani membocorkan identitas ke publik.
"Lantas bagaimana sekarang?" Tanya Roki.
"Pihak kepolisian bekerja sama dengan Vino, mereka akan mengeledah tempat tinggal mu, bos." Ucap Erwin.
"Baiklah... Telpon pihak rumah untuk segera mengosongkan rumah dan juga senjata dan barang-barang penting lainnya simpan di tempat rahasia." Jawab Brian.
"Bos.. Brian.." Terdengar suara panggilan Maria.
Brian yang melihat Maria datang dengan wajah panik pun langsung mengerutkan keningnya. "Ada apa?" Tanya Brian.
"Pihak kepolisian bekerja sama dengan Vino, mereka menangkap ibu dan juga kedua adik perempuan mu." Jawab Maria.
Brian yang mendengar hal itu semakin geram, beraninya mereka menyentuh keluarga nya. "Bagaimana bisa polisi-polisi itu menangkap ibu dan kedua adik ku?" Tanya Brian dengan tatapan marah.
"Mereka membuat alasan jika Nyonya Rindi telah melakukan pembunuhan pada 5 tahun yang lalu, bukti dan saksi pun ada." Jawab Maria.
Brian hanya menatap datar, yah.. Dia ingat jika ibundanya itu adalah kaki tangan ayahnya di dunia Mafia. Dan tak heran jika ibu nya melakukan kejahatan seperti itu, tapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah bagaimana bisa bukti yang sudah di lenyap kan bisa ada dan begitu juga dengan saksi.
"Bagaimana bisa bukti dan saksi nya ada, bukankah mendiang ayah sudah membereskan nya.." Gumam Brian.
Brian tahu sumber dari permasalahan kini adalah saingannya Vino, pria itu pasti telah menyogok kepolisian.
"Bos..." Panggil Roki.
"Ada apa?" Tanya Brian.
"Seperti nya dalang di balik bocornya informasi mu juga pasti Vino, karena waktu nya sangat bertepatan sekali.." Ucap Roki.
"Iya.. Aku pun sudah menebak pasti dia." Jawab Brian.
"Lantas apa yang harus kita lakukan?" Tanya Erwin.
"Kumpulkan anak buah, aku akan menjemput ibu dan kedua adik ku." Jawab Brian.
"Tapi bagaimana jika mereka tak ingin melepaskan Nyonya dan kedua adik anda?" Tanya Maria.
"Jika tak ingin lewat jalan damai, kita lewat jalan kekerasan.." Jawab Brian sambil melangkah pergi.
Kemudian anak buah nya pun langsung mengikuti dirinya, kini tugas Brian lebih penting yaitu untuk menyelamatkan ibundanya. Karena Brian tahu bagaimana watak wanita tua itu, dia tak ingin jika wanita itu memperpanjang masalah.
Sementara itu...
Nyonya Rindi tengah duduk dengan kedua tangan terborgol sambil mengetuk-ngetuk meja di depannya, dia melihat polisi di hadapannya dengan tatapan dingin.
Polisi yang tengah di tatap pun hanya bisa menelan air liur sendiri, di tatap oleh wanita itu bulu kuduk nya berdiri semua. Wanita di hadapannya itu sangat lah menakutkan, meski wajah nya terbilang masih cantik di usia kepala 5.
"Jadi, kapan kalian membebaskan ku dan kedua putri ku?" Tanya Nyonya Rindi.
"Maaf, kami tak bisa membebaskan anda. karena anda terlibat dalam kasus pembunuhan." Jawab polisi itu.
Kemudian Nyonya Rindi melihat ke arah asisten yang sudah bekerja 7 tahun bersama nya. "Jadi ini alasan mu mengkhianati ku?" Tanya nya kepada asistennya itu.
"Ini demi keadilan, Nyonya." Jawabnya.
"Ah, keadilan rupanya... Baiklah, aku terima." Jawab Nyonya Rindi.
"Mama kapan kita keluar?" Si kembar Keyla dan Keysa.
"Tenang saja sayang, kita pasti akan keluar kok." Jawab Nyonya Rindi.
Keyla menatap asisten Mama nya itu dengan tatapan tajam. "Heh... Lihat saja, kakak ku akan mencabik-cabik dirimu.. Dasar pengkhianatan." Ucap Keyla.
"Benar itu.. Dan Pak polisi... Kalian siap-siap aja, pasti Kakak ku akan memberi kalian pelajaran." Ucap Keysa.
"Bagus... Kalian berdua memang tidak boleh tunduk atau pun takut kepada siapa pun." Jawab Nyonya Rindi bangga melihat kedua putri nya.
Nyonya Rindi dan kedua putri kembar nya berapa di kantor polisi yang jauh dari perkotaan dan juga perumahan, kantor polisi ini hampir dekat dengan hutan.
Nyonya Rindi pun tak tahu kenapa dia dan kedua putrinya malah di bawa ke tempat seperti ini, tapi yang jelas ini bukanlah situasi yang bagus.
Keyla yang melihat semua orang lengah pun langsung menyalakan GPS miliknya, dan kini posisinya bisa langsung di ketahui oleh Brian.
Kedua adik Brian sangat lah pintar dan juga berani, ayah dan ibu nya selalu mengajarkan hal-hal yang harus di pelajari oleh seorang Mafia.
Prok.. Prok.. Prok..
Terdengar suara tepuk tangan menggema di ruangan polisi itu.
Nyonya Rindi langsung melihat siapa orang yang berani mengejek nya dengan suara tepuk tangan.
"Ah, jadi nona kecil. Kakak mu akan datang?" Tanya Vino sambil mencengkram dagu Keyla.
"Hentikan Vino, apa kau tak malu melukai seorang gadis kecil." Ucap Nyonya Rindi.
"Ah.. Rupanya Nyonya besar Rindi. Suatu kehormatan dapat bertemu dengan mantan Queen Mafia.." Ucap Vino sambil membungkukkan tubuhnya.
Nyonya Rindi menatap datar pria yang telah menyapanya itu, "Cih.. Menyebalkan." Ucap Nyonya Rindi.
"Masa kejayaan mu sudah berakhir Queen, tapi tetap saja kau tetap sombong dan tak pernah takluk atau pun takut pada siapa pun.." Ucap Vino.
"Kenapa harus takut pada manusia? Bukankah kita sama-sama terlahir dari rahim." Jawabnya.
"Ah, benar sekali. Aku sangat menyukai wanita seperti mu Queen, tapi sayang sekali kau sekarang sudah tua dan tak seperti dulu lagi." Ucap Vino sambil tersenyum mengejek.
"Meski aku sudah tua, tapi masih ada putra ku." Jawabnya.
"Ah, iya. Putra mu yang kini sedang di mabuk cinta." Ucap Vino.
"Di mabuk cinta?" Tanya Nyonya Rindi.
"Apa kau tak tahu?" Tanya Vino.
"Meski aku tak tahu, tapi aku pun tak mau tahu. Dia sedang di mabuk cinta atau pun sedang mabuk ganja sekali pun, karena itu adalah urusan putra ku. Dan tak ada hubungannya dengan ku.." Jawab Nyonya Rindi sambil tersenyum mengejek.