Seorang anak terlahir tanpa bakat sama sekali di dunia yang keras, di mana kekuatan dan kemampuan ilmu kanuragan menjadi tolak ukurnya.
Siapa sangka takdir berbicara lain, dia menemukan sebuah kitab kuno dan bertemu dengan gurunya ketika terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dalam dan terkenal angker di saat dia meninggalkan desanya yang sedang terjadi perampokan dan membuat kedua orang tuanya terbunuh.
Sebelum Moksa, sang guru memberinya tugas untuk mengumpulkan 4 pusaka dan juga mencari Pedang Api yang merupakan pusaka terkuat di belahan bumi manapun. Dialah sang terpilih yang akan menjadi penerus Pendekar Dewa Api selanjutnya untuk memberikan kedamaian di bumi Mampukah Ranubaya membalaskan dendamnya dan juga memenuhi tugas yang diberikan gurunya? apakah ranu baya sanggup menghadapi nya semua. ikuti kisah ranu baya hanya ada di LEGENDA PENDEKAR DEWA API
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
Sementara itu, Ranu yang menggunakan Ajian Saipi Angin dan dibantu sedikit tenaga dalam Dewa Api, melesat dengan kecepatan penuh meski beban yang dibawanya tidak ringan.
"Tumben otakmu encer, Ranu. Habis makan apa tadi kau di kedai makan?" goda Geni.
"Pepes otak semut sama sate kecoa!" jawab Ranu sekenanya sambil terus berlari.
"Otakmu itu kadang bener kadang oleng! dipuji bukannya terima kasih, eeeh, malah jawab seenak udelmu," sahut Geni.
Ranu tidak menjawab gerutuan Geni. Dia hanya tertawa kecil saja dan fokus terus berlari.
Resi Winara yang tidak menyangka jika pemuda yang menggendongnya adalah seorang pendekar juga akhirnya tersenyum lega.
Setidaknya dia masih punya kesempatan untuk menyelamatkan Dewi.Melihat adanya sebuah desa, Ranu kemudian berinisiatif mencari sebuah penginapan untuk mereka bertiga. Namun Sebelum memasuki desa tersebut, dia menoleh ke belakang untuk memastikan mereka bertiga telah aman.
Ranu menurunkan Resi Winara dan gadis Dewi di luar desa, lalu mengajak mereka berdua memasuki desa tersebut sambil berlari kecil.
Beberapa saat kemudian, keempat pendekar aliran hitam yang mengejar juga telah sampai di desa tersebut.
"Cepat sekali mereka perginya. Sebaiknya kita cari di desa ini dulu," usul Datuk Sesat.
Mereka berempat berjalan memasuki desa besar tersebut sambil melihat ke segala sudut yang dilewati.
Ranu dan Resi Winara beserta Dewi telah berada di sebuah kamar penginapan. Mereka berencana untuk menginap dulu sampai situasi aman buat gadis kecil itu.
Setelah gadis kecil itu tidur, barulah Ranu memberanikan diri bertanya tentang Dewi.
"Sebenarnya apa dan bagaimana sampai kejadiannya seperti tadi, Kek?"
"Dewi ini seorang anak yang muncul dalam ramalan, Ranu. Setiap seratus tahun sekali akan muncul seorang anak yang mempunyai tubuh murni. Anak yang memiliki tubuh murni tersebut mempunyai ciri-ciri tidak bisa bicara dan kaki kirinya mengeluarkan sinar."
Resi Winara sedikit menaikkan celana yang menutupi kaki kiri Dewi. Seketika memancarlah sinar putih keunguan yang menerangi kamar tersebut. Resi Winara lalu menutup kembali kaki Dewi.
"Ooh ... pantesan Dewi dari tadi tidak berbicara sama sekali, dan kain celana yang menutupi kaki kirinya lebih tebal dari pada yang kanan!"ucap Ranu seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kakek menemukan dia di mana dan sebenarnya mau Kakek bawa kemana?"
Resi Winara memandang wajah Ranu dengan tajam untuk memastikan bahwa pemuda yang berada di depannya itu tidak membahayakan buat Dewi.
Setelah menghela nafas sebentar, Resi Winara pun mulai bercerita panjang lebar.
Dia mendapatkan petunjuk dari Dewata untuk mencari seorang anak yang bisa menjadi petaka bagi dunia. Setelah itu dia harus membawanya ke sebuah kuil kuno yang berada di atas gunung Arjuno. Sesepuh kuil kuno itulah nantinya akan menghilangkan keistimewaan yang dimiliki anak dalam ramalan tersebut.
Resi Winara juga bercerita kalau para pendekar aliran hitam telah mendengar berita tersebut.Entah dari mana mereka mendengarnya, namun yang pasti para pendekar aliran hitam akan berusaha mati-matian untuk merebut Dewi.
Bagi mereka, tubuh Dewi setara dengan 100 tahun berlatih. Sehingga mereka melakukan segala cara untuk mendapatkan Dewi meski harus membunuh sesama pendekar aliran hitam lainnya.
Ranu memasang kupingnya dan mendengarkan cerita Resi Winara dengan sejelas-jelasnya.
"Aku akan mengantarkan Kakek dan Dewi menuju gunung Arjuno. Namun gunung Arjuno itu di mana ya, Kek?" tanya Ranu sambil tertawa kecil.
"Gunung Arjuno itu berada di timur jauh sana, Ranu. Kalau dari tempat ini paling tidak memakan waktu tiga purnama kalau berjalan kaki."Ranu mengernyitkan dahinya terkejut dengan lamanya perjalanan menuju Gunung Arjuno.
"Kamu sebenarnya mau kemana? Tadi kakek melihat di dalam matamu ada sebuah tugas besar yang harus kau jalankan?"
Ranu sebenarnya tidak mau membuka apa yang akan dicarinya. Tapi dia berpikir tidak ada salahnya bercerita kepada lelaki tua di depannya itu. Siapa tau dia mendapat petunjuk untuk mencari di mana tiga pusaka yang lainnya.
"Apakah kakek mengenal pedang ini?" tanya Ranu sambil melepaskan tali pengikat Pedang Segoro Geni yang menggantung di pundaknya.
Ranu meletakkan pedang pendek tersebut di depan Resi Winara dan kemudian mencabut bilahnya.
Resi Winara memandang pedang pusaka itu sampai tidak berkedip beberapa saat.
bersambung.....!!!
Nantikan kisah Ranu selanjutnya.....!!!