Cerita untuk 17+ ya..
Chika terpaksa harus menerima sebuah perjodohan dari orangtuanya. Perjodohan yang membuat Chika menolaknya mentah-mentah, bagaimana tidak? Dia harus menerima pernikahan tanpa cinta dari kakak pacarnya sendiri.
Kok bisa? Chika berpacaran dengan Ardi tapi dinikahkan dengan kakaknya Ardi yang bernama Bara. Seperti apa kelanjutan pernikahan tanpa cinta dari perjodohan ini? Mampukah Bara menakhlukan hati Chika? Lanjut baca Kak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rena Risma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Bara terbangun dari tidurnya, mendekat kearah ku, lalu memeluk tubuhku.
"Sedang apa?" tanyanya.
"Tidak ada. Aku tidak sedang melakukan apa-apa," ucapku sambil tersenyum.
"Jangan bohong. Apa yang kau lihat di ponselku?" tanya Bara sambil tertawa.
"Foto kita," ucapku, menatap kearah wajah Bara.
"Lalu? Apa artinya?" Bara mengecup bibirku.
"Apa?"
"Aku sangat mencintaimu. Aku selalu merindukanmu di setiap waktu. Makanya, aku menyimpan foto kita dilayar poselku," ucapnya.
"Aku juga ingin seluruh dunia tahu, kau adalah istriku. Istri yang sangat aku cintai," tawanya.
Aku tersenyum, merasa tersanjung dengan ucapan Bara. Entah apa yang ku pikirkan, tiba-tiba saja aku mencium bibir Bara. Menggigit lembut bibir merah milik suamiku. Awalnya tidak ada perlawanan, namun lama-kelamaan malah dia yang semakin buas. Tapi kenapa, kali ini aku yang menginginkannya. Aku menginginkan sentuhan hangat tangan Bara ditubuh ku.
Bara kini menghujami leherku dengan ciuman, tubuhku menggeliat geli tapi tidak ingin menepisnya. Bara merebahkan tubuhku di atas sofa, mulai melakukan tugasnya untuk melepaskan birahi yang ada di dadanya.
Aku hanya bisa menikmati setiap permainannya, suara desahan terdengar dari bibirku yang tak sanggup ku kendalikan. Mendengar desahan dari bibirku, Bara kembali mencium bibirku lembut. Cukup lama kami bercinta, memadu kenikmatan dan birahi kami masing-masing.
Tak lama, permainan itu berakhir. Bara melepaskan semua birahinya. Aku cukup lelah kali ini, rasanya badanku lemas.
"Kenapa sayang?" tanya Bara.
"Aku lelah," bisikku pelan.
Bara tersenyum sambil mengusap wajahku yang bercucuran keringat. Dia kembali mengecup bibirku, lalu menutupi tubuhku dengan selimut.
"Maaf ya. Aku tidak bisa menahan birahiku jika sudah melakukan itu bersamamu," ucapnya.
"Tidak apa. Bukankah ini memang tugasku sebagai istrimu," kataku.
Bara bangun dan menggendongku menuju kamar mandi. Lagi-lagi aku harus mengikuti keinginan Bara untuk mandi bersama. Tapi aku tidak menolak! Mungkin karena saat ini, aku sudah mencintai Bara.
****
Selesai mandi, aku dan Bara keluar dari kamar. Alghi aku gendong, setelah ku beri minum susu. Terlihat Alghi begitu bahagia, senyumnya terpancar jelas diwajahnya.
"Ma.. Ma.. Ma.." Alghi mulai belajar bicara.
Bara tersenyum mendengar Alghi mulai belajar bicara dan mengoceh, walau tak jelas.
"Kau dengar? Putra kita sudah bisa berbicara. Dia sudah besar," ucap Bara sambil tersenyum.
"Wah, hebatnya. Baby Alghi sudah besar ya!" kataku sambil duduk di sofa ruang tamu.
Tiba-tiba saja pintu rumah diketuk, siapa yang bertamu? Bukankah, kami ini baru pindah?
Aku berdiri, lalu berjalan membuka pintu sambil menggendong Alghi.
Tampak dua wanita cantik berada didepan pintu rumahku. Tapi aku benar-benar tidak mengenal mereka.
"Selamat sore," sapa wanita-wanita itu.
"Sore. Maaf, cari siapa ya?" tanyaku bingung.
"Kenalkan namaku Dhea dan ini adikku Viva, kami tetangga sebelah. Rumah kami berada disebelah kiri rumah kalian," ucap wanita bernama Dhea berambut pendek sebahu.
"Aku Viva. Kami tadi lihat kalian baru menempati rumah ini, makanya kami berkunjung," kata wanita bernama Viva yang berambut panjang agak pirang.
"Kenalkan, aku Chika. Ini anakku Alghi," ucapku dengan ramah.
"Siapa sayang?" tiba-tiba Bara keluar, lalu mencium pipiku.
Dua wanita itu tiba-tiba saja girang menatap kehadiran Bara. Kenapa dengan mereka?
"Ini tetangga sebelah rumah kita, namanya Dhea dan Viva," ucapku.
"Oh..." hanya itu yang diucapkan Bara.
Bara mengambil Alghi dari gendonganku, lalu mengajak Alghi masuk kedalam rumah. Bara terlihat tidak tertarik dengan kehadiran dua wanita yang sedang bertamu itu. Padahal, wanita-wanita itu terlihat ingin sekali berkenalan dengan suamiku.
"Siapa dia Chika? Suamimu?" tanya Viva.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, tiba-tiba mereka saling menatap,lalu tertawa tanpa suara. Ada apa dengan dua tetanggaku ini?
"Suamimu tampan," ucap Dhea.
"Apalagi jika menatap bibirnya. Rasanya aku ingin menciumnya," kata Viva yang langsung menutup mulutnya.
"Benarkah? Suamiku tampan?" ucapku tertawa.
"Berhati-hatilah. Laki-laki tampan seperti suamimu, pasti tidak akan cukup dengan satu wanita. Ini hanya sekedar mengingatkan, aku tidak bermaksud menakut-nakuti mu!" ucap Dhea.
"Pacarku saja yang tidak tampan bisa selingkuh. Apalagi pria tampan seperti suamimu, wanita mana yang akan menolak menjadi simpanannya," kata Viva.
"Aku juga mau jadi simpanannya," bisik Dhea pelan.
Aku hanya menggelengkan kepalaku, ada apa dengan mereka? Cukup lama kami mengobrol, sampai mereka pamitan untuk pulang.
Aku masuk kedalam rumah, tapi tiba-tiba...
"Permisi Mba. Apa ini benar, rumah Pak Bara?" tanya seorang wanita cantik berpakaian seksi.
Aku cukup terkejut menatap penampilan wanita itu. Siapa dia?
"Pak Bara suamiku. Ada perlu apa?" tanyaku.
"Saya asisten rumah tangga yang akan bekerja disini. Pak Bara yang menelpon saya dari yayasan," katanya.
"Asisten rumah tangga?" ucapku kaget.
Wanita macam apa yang dikirim yayasan itu, dia bahkan tidak terlihat seperti seorang pelayan, malah lebih cocok jadi seorang wanita penggoda.
"Boleh saya masuk," ucapnya sambil tersenyum.
Aku tidak mengiyakan, tapi wanita itu sudah masuk kedalam rumah. Bara sedang bermain bersama Alesha dan Alghi. Tiba-tiba saja, wanita itu mendekat kearah Bara, lalu memeluk tubuh Bara. Wanita itu mencubit lembut pipi Bara, yang berada tepat didepan wajahnya. Bara sontak terkejut, lalu berdiri dan mendekat kearah ku.
"Siapa wanita itu? Kenapa dia ada didalam rumah kita?" tanya Bara panik.
"Kau yang mengundangnya. Dia bilang, dia pelayan yang kau pesan dari Yayasan ketenagakerjaan."
"Wanita seperti itu? Pelayan? Pecat dia sekarang, aku tidak mau ada wanita semacam dia di rumah ini," kata Bara.
"Pecat? Tapi dia belum kerja."
"Wanita itu bukan pelayan. Lihat penampilannya, dia lebih mirip wanita penghibur," ucap Bara, menatap jijik pada wanita itu.
Wanita itu tersenyum senang, lalu mendekat kearah kami.
"Perkenalkan, namaku Marisa." Kata wanita itu.
"Chika..." ucapku sambil bersalaman dengannya.
"Lalu, laki-laki dibelakang mu, siapa dia?" tanya wanita itu terlihat antusias.
"Bara. Dia suamiku," ucapku sambil tersenyum.
"Pak Bara. Aku pikir, suamimu itu sudah tua. Ternyata laki-laki tampan ini suamimu," ucap Marisa sambil mengusap tangan Bara.
"Jangan sentuh aku," Bara berteriak keras, lalu berlari masuk kedalam kamar.
"Marisa, aku bisa minta tolong padamu. Bara itu suamiku, dia majikan mu. Bersikaplah sopan padanya. Satu lagi, ganti pakaianmu dengan pakaian yang akan aku antar ke kamarmu nanti," ucapku sambil mengantarkan wanita itu kedalam kamarnya.
Aku memberikan beberapa baju pada wanita itu, tapi wanita itu tertawa keras.
"Mbak, baju apa yang kau berikan padaku? Ini baju kampungan! Tidak modis," ucap Marisa.
"Kalau kau tidak mau, ya sudah. Tidak usah bekerja disini!" ucapku sambil tersenyum sinis.
"Ya sudah. Saya butuh uang, saya mau pakai baju ini!" ucapnya sambil mengambil baju yang kuberikan.
"Satu hal lagi yang harus kau ingat. Jangan pernah berani menyentuh suamiku. Selamat bekerja!" ucapku sambil meninggalkan wanita itu.
Apa aku tidak salah mempekerjakan wanita itu? Kenapa firasatku tidak enak ya?
Aku masuk kedalam kamar, aku melihat wajah Bara masih terlihat cemas.
"Kau sudah memecatnya?" tanya Bara.
"Belum. Aku mau beri dia kesempatan, siapa tahu pekerjaannya bagus," ucapku.
"Ih... Aku tidak akan keluar kamar!" ucap Bara.
"Kenapa?" Aku tertawa.
"Dia itu wanita nakal, bagaimana jika suamimu ini diganggunya?" ucap Bara.
"Bukankah kau suka kalau aku berbuat nakal padamu," bisikku sambil memeluk tubuh Bara.
Bara tiba-tiba saja tersenyum, lalu mengarahkan wajahku menghadap ke wajahnya.
"Jika kau yang nakal, aku mengizinkannya!" tawa Bara.
Aku mengusap wajah suamiku, menggerayangi seluruh wajahnya. Aku memainkan bibir merah itu, bibir merah suamiku yang selalu membuatku tergoda.
"Cium saja sayang. Jika kau menginginkannya!" ucap Bara.
Aku tidak menjawab tapi tangan nakalku terus memainkan bibir manis suamiku. Bara terlihat tak sabar menghujam bibirku. Dia mendekatkan bibirnya ke bibirku.
Ciuman mesra itu kembali terjadi. Bara menggigit lembut bibirku. Lidahnya terus bermain-main didalam mulutku. Aku tidak tahu, aku hanya bisa menerima tanpa perlawanan.
Tiba-tiba...
"Kak Chika, aku mau makan!" suara Alesha membuka pintu kamar. Sontak aku mendorong tubuh Bara yang sedang mencium ku.
"Kak Chika, kenapa tidak menyahut? Apa kalian sedang pacaran lagi?" tawa Alesha.
"Anak kecil, tidak boleh tahu!" ucap Bara sambil tertawa.
"Baiklah, aku tidak mau tahu. Tapi aku mau makan!" ucap Alesha.
"Ya sudah ganti bajumu. Kita makan diluar hari ini," ucap Bara.
Alesha buru-buru keluar dari kamar kami, menuju kamarnya untuk mengganti bajunya. Sementara Bara masih menatapku dengan senyum misteri. Aku yang merasa terganggu dengan tatapannya memilih pergi. Tapi Bara menahan tanganku, lalu menarik tubuhku jatuh di pangkuannya.
"Apa lagi," bisikku pelan.
"Goda aku lagi, cium bibirku seperti tadi," bisiknya sambil meremas lembut bagian kesukaannya di tubuhku.
"Mas, nanti Alesha lihat!" ucapku yang mulai tidak terkendali karena Bara mulai mencium leherku.
Bara menggendongku kedalam kamar mandi, kami kembali bercinta lagi. Sudahlah, aku hanya bisa pasrah dengan maunya suamiku, yang sepertinya suka sekali melakukan hal ini padaku.
Kecupan dan sentuhan lembut bibir Bara terus menjalar ke seluruh tubuhku. Bara kembali beraksi, dan aku hanya bisa menerima semua yang diberikan Bara.
"Ah...." Rasanya aku tidak bisa menahan erangan dibibirku. Berkali-kali Bara mengecup bibirku. Permainan itu semakin panas, menggila dan membuatku semakin menikmatinya. Chika, sadarlah kau!
Bara kembali selesai dengan hasrat cintanya menggebu. Lalu kami kembali mandi bersama untuk yang kedua kalinya. Entah akan terjadi berapa kali hal ini, rasanya aku sudah lelah, tapi tidak berani menolak keinginan suamiku.
Beri dukungan ya Kak, jejak Komen, Like atau Jempol juga Vote. Terimakasih untuk dukungan kalian.
Salam santun Author.💕💕
Pokoknya aku ga mau .............................
Tapi Kalo Ganteng, Baik, keren 👍👍👍 Aku mau 😂😂😂