Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick, .
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Frederic, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrik.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jarak Aman
Mata Grisela masih terbuka. Killian benar-benar langsung tidur setelah menggenggam jemari tangannya. Apa kelelahan? Tapi wajahnya tidak terlihat pucat seperti biasanya? Anak berusia 9 tahun yang terlihat kelelahan. Bahkan rambut putih sedikit menutupi wajahnya yang terlihat manis.
Ada banyak tanda tanya dalam diri Grisela. Menekan-nekan pipi anak berambut putih ini. Memicingkan matanya, kemudian segera bangkit."Imut..." gumamnya gemas.
Tapi harus bangkit dengan cepat, agar tidak terlanjur menarik pipi Killian. Menghela napas melangkah keluar.
Suara kereta kuda terdengar dari luar sana, dirinya menatap dari jendela yang berada di lorong. Kereta kuda milik Duchess meninggalkan kastil. Seperti biasanya, sudah pasti menuju ibu kota. Memang bagi Duchess, masalah pengaturan wilayah tidak begitu penting baginya. Yang terpenting, adalah citra dirinya di kalangan bangsawan ibu kota.
Menghela napas, mengangkat salah satu alisnya. Benar-benar menyebalkan jika harus berhadapan dengan orang itu lagi.
"Nona." Ana melangkah mendekat menyapanya.
"Ana, bagaimana caranya mengumpulkan uang dalam jumlah besar?" Tanya Grisela.
"Jika punya banyak uang, bukankah nona tidak akan melakukan pernikahan politik!?" Pernyataan dari Ana menusuk relung sanubarinya. Pelayannya benar, sekeras apapun dirinya berusaha selama ini untuk menasehati ayahnya. Tetap saja, kehancuran bisnis count Nicholas tidak dapat dielak.
Tapi sebagai wanita modern, bukankah dirinya sudah pasti memiliki kepandaian. Mengumpulkan uang yang banyak, bercerai kemudian tinggal di negara asing, menjadi janda kaya yang dikelilingi banyak pria tampan. Itulah imajinasi serakah dari anak perempuan yang pura-pura anggun ini.
"Bagaimana jika kita mencoba membuka bisnis?" Tanya Grisela berfikir.
"Modalnya? Jika meminta pada Duke, tuan Duke saat ini sedang memimpin perang. Tidak mungkin nona akan meminta pada Duchess bukan?" Ana menatap datar. Nonanya memang pintar, tapi selama belum naik ke posisi Duchess, maka tidak memiliki kekuasaan di tempat ini.
"Lalu...aku harus bagaimana?" Grisela berusaha keras untuk tersenyum.
"Tunggu dengan sabar Duke muda (Killian) meninggal karena penyakitnya. Setelah itu kembali ke kediaman Count Nicolas." Solusi datar yang ditawarkan Ana.
"Killian tidak akan mati...Ana..." Geram Grisela penuh penekanan.
"Jadi nona begitu mencintainya, sampai yakin Duke muda akan bertahan hidup hingga usia dewasa. Mengingkari apa yang diperkirakan dokter dan pendeta. Sungguh cinta sejati..." Ucap Ana, mengambil sapu tangan, menyeka air matanya.
"Bu...bukan begitu." Astaga! Pelayannya ini benar-benar membuat Grisela tidak dapat berkata-kata.
Dalam novel Killian berhasil mengendalikan mana-nya. Tapi entah kapan, menjadi monster yang paling mengeringkan. Bukan hanya berbakat dalam sihir, pemuda itu juga mengaplikasikan kemampuannya pada ilmu pedang. Menjadi sword master di usia muda. Bahkan membawa kemenangan dalam perang.
Tapi akhirnya, kekaisaran yang dilindungi olehnya, dihancurkan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh villain yang membuat merinding. Bagaimana Killian dan kaki tangannya, menyerang istana kekaisaran.
Bagaimana Sarah, sang saintess beserta pemilik menara sihir, kaisar dan paladin bertarung melawan antagonis yang dapat dikatakan sempurna.
Pertarungan menegangkan, dirinya akan pergi dan mengungsi ke kerajaan lain, sebelum Killian membunuhnya. Tapi apa penyebab kematian Grisela? Yang dirinya tau hanya kemungkinan besar Killian yang membunuh istrinya. Kemudian memulai rencana kudeta.
"Aku tidak mau bicara denganmu." Grisela berusaha tersenyum.
"Tapi hanya saya, teman bicara nona." Ana mengangkat sebelah alisnya.
"Aku menyerah!" Grisela kembali melanjutkan langkahnya. Tapi hanya sejenak, langkahnya berhenti perlahan."Seandainya aku punya bibit bunga perak." Gumamnya, menatap ke arah jendela bersalju.
"Bunga perak? Itu hanya ada dalam buku herbal." Keluh Ana, nona selalu mencarinya tapi tidak pernah menemukannya.
***
Riel, seorang anak dengan rambut hitam dan mata keunguan. Ada banyak luka di tubuhnya, ingin melarikan diri dari kastil Duke. Tapi jika tertangkap, dirinya mungkin akan dihukum mati oleh Duchess.
Terlahir dari seorang budak. Ibunya bahkan mati kelaparan di musim dingin tiga tahun lalu. Semenjak itu, dirinya dijual ke kastil Duke, sebagai buruh kasar yang memelihara kandang kuda.
Membawa ember besi, berjalan menuju sungai. Bahkan kuda dirawat dengan baik, tapi dirinya?
Syukurlah tidak semua bagian sungai membeku. Mengambil air, pelan mengernyitkan keningnya ada benda aneh yang berada di embernya. Apa sisik ikan? Tapi terlalu besar, berwarna keperakan. Apa perak? Tapi seperti tanaman.
Tidak peduli apapun, meletakkan benda tersebut ke dalam sakunya. Kemudian kembali membawa air menggunakan ember. Jemari tangannya memerah akibat suhu dingin yang ekstrim.
Bagaikan jarum yang menusuk kulitnya, rasa dingin udara... lapisan salju...
Bruk!
Dirinya terjatuh, tidak memiliki tenaga untuk bangun lagi. Jika begini bukankah dirinya akan mati membeku. Tidak apa... mungkin mati lebih indah dan hangat daripada rasa sakit yang menusuk ini.
Hidup sebagai seorang budak, kasta paling bawah. Seseorang yang nyawanya bisa diperjualbelikan.
***
"Grisela, aku tidak punya tenaga untuk bergerak. Tolong, antar aku ke kamar..." Suara seorang anak laki-laki terdengar.
"Ana, tolong antar Killian." Kali ini suara seorang anak perempuan.
Dimana tempat ini? Mengapa terasa hangat? Apa ini yang disebut surga? Mengapa begitu ribut?
"Grisela, kita kan teman. Aku tidak nyaman bersama Ana." Suara anak laki-laki lagi.
Riel membuka matanya, walaupun terasa berat. Dimana tempat ini? Kamar dengan perapian? Selimut tebal terasa hangat. Siapa dua anak yang berdebat?
Dua orang anak yang mengenakan pakaian bangsawan. Duke muda (Killian) dan Duchess muda (Grisela)? Dua orang yang bahkan hanya dapat dilihatnya dari jauh. Bangsawan memang selalu terlihat menawan bukan? Berbeda dengan budak yang memiliki banyak luka. Apa ini hanya mimpi?
"Killian! Dia sadar!" Teriak Grisela penuh senyuman.
"Kamu sudah sadar? Sebaiknya segera makan. Setelah merasa baik, pergilah." Ucap Killian terdengar dingin.
Grisela menahan senyumannya, bukankah dalam novel dua orang ini benar-benar keren? Killian yang tersenyum menjalankan semua rencananya. Sedangkan pria ini, membantunya, memberikan ancaman besar pada kekaisaran. Bahkan sempat membantunya menculik sang saintess.
Tapi di usia ini, mereka tidak saling mengenal. Padahal di novel seperti adik kakak dalam hal kejahatan.
Riel berusaha bangkit, walaupun sulit dirinya berlutut, kemudian bersujud. Inilah kehidupan seorang budak, jika bangsawan tersinggung maka dirinya akan mati."Saya memberi hormat pada Duke dan Duchess muda. Ampuni karena kekurang ajaran saya. Yang sudah---"
Killian menghela napas kasar, mengerutkan keningnya. Bukankah budak ini yang dipukuli Duchess (Matilda) beberapa hari lalu? Dan sekarang hampir mati karena tidak sadarkan diri dalam hujan salju.
"Bangun! Kembali berbaring!" Ucap Killian tegas.
"Tapi, tempat tidur ini tidak pantas untuk---" Kalimat Riel disela.
"Ini perintah." Kalimat penuh tekanan dari Killian, membuat Riel kembali berbaring.
Budak ini benar-benar membuat Killian stress. Kala melangkah keluar, berlatih mengendalikan mana-nya. Tanpa diketahui pelayan maupun Grisela, dirinya menemukan budak menyebalkan ini.
Sialnya, setelah ditolong, Grisela malah perhatian dan menempel padanya. Benar-benar budak menyebalkan tidak tahu diri. Apa sebaiknya dibunuh diam-diam saja?
"Duke muda (Killian) dan Duchess muda (Grisela), saya kagum pada kalian. Seperti sepasang peri musim salju." Ucapnya yang hanya dapat mengagumi kedua anak ini dari jauh. Mungkin dirinya yang hanya hidup seorang diri, berimajinasi memiliki adik seperti mereka?
Wajah Killian sedikit memerah. Sepasang peri musim salju? Dirinya dan Grisela? Hanya kata-kata konyol seorang budak.
"Kakak, kamu tidak apa-apa, aku suapi sup ya?" Ucap Grisela.
"Jaga jarak!" Bentak Killian."Ana! Jaga majikanmu! Jangan biarkan dia menurunkan martabat-nya hanya untuk menyuapi budak!"
Benar-benar bagaikan kucing putih kecil yang galak bukan? Tapi itulah masa kecil Killian.
makanya killian menghancurkan istana kerajaan.
lugunya annete sampai tdk mengetahui adiknya sendiri serakah sejak kecil dari pertama muncul digubuk bertemu grisella dan killian