Terpaksa Menikahi Kakak Pacarku
"Aku tidak mau menerima perjodohan ini, pokoknya tidak mau!" teriakku sambil menutup pintu kamar keras.
"Bruk.."
"Kau tidak punya pilihan nak," ucap Ayah dari balik pintu.
"Bagaimana aku bisa menerimanya, Ayah menjodohkanku dengan Kakaknya Ardi. Ayah tahu kalau aku dan Ardi sudah berpacaran hampir 3 tahun. Tapi kalian, tiba-tiba menjodohkanku dengan Kakaknya Ardi yang bahkan tidak ku kenal," teriakku dari dalam kamar.
"Ayah tidak mau tahu, kau harus menikah dengan Bara. Suka atau tidak," kata Ayah lalu pergi.
Aku menangis histeris, tak terbayang jika semua hal buruk ini harus terjadi kepadaku. Setelah sekian lama aku memimpikan pernikahan terbaik dalam hidupku, tapi yang ku terima justru pernikahan buruk. Bagaimana aku bisa terima? Jika aku harus menikahi Kakak dari pacarku sendiri. Mungkin Ardi bukan hanya akan sakit hati, bisa jadi dia bunuh diri, jika aku menerima perjodohan ini.
Aku menatap ponselku, mencoba menelpon Ardi untuk menceritakan perihal perjodohan yang dibuat Ayahnya dan Ayahku.
"Hallo.." suara Ardi terdengar sendu seperti habis menangis.
"Apa kau sudah dengar soal.." aku tak berani melanjutkan ucapanku.
"Perjodohanmu dengan Kakakku," ucap Ardi dengan pilu.
"Maafkan aku," ucapku sedih.
Airmataku mengalir deras membasahi seluruh wajahku. Tak terbayang rasanya jika nanti setelah menikah, aku harus menganggap Ardi sebagai adik iparku. Membayangkannya saja sudah sangat menyakitkan, apalagi jika semua itu benar-benar terjadi.
"Sudahlah, itu bukan salahmu!" ucap Ardi dengan suara sember.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau menikah dengan Kakakmu, tidak mau!" teriakku keras.
"Kau akan mencintainya, karna Kakakku memiliki semua kesempurnaan yang didambakan setiap wanita. Terima saja perjodohan ini, aku ikhlas!" kata Ardi walau diiringi suara tangis.
"Bagaimana bisa kau berkata begitu? Kau lupa dengan semua janji cinta kita?" ucapku sambil menangis.
"Terserahlah aku tidak perduli! Toh, kau pun tidak mungkin bisa menghindari perjodohan ini. Kau dan aku bisa apa? Kendali ada ditangan orangtua kita," ucap Ardi dengan pasrah.
"Kau sudah tidak mau memperjuangkan cintaku?" tanyaku sambil mengusap airmata yang tak henti mengalir dipipi.
"Lupakan saja semuanya," ucap Ardi sambil menutup telponnya.
Kenapa jadi seperti ini? Kenapa Pak Arman, Ayahnya Ardi secara tiba-tiba memintaku menikah dengan Kak Bara? Padahal beliau tahu, bahwa aku dan Ardi sudah menjalin cinta sejak awal kuliah dulu. Lalu aku harus bagaimana? Hiks.. Hiks..
Dari luar kamar terdengar ketukan pintu, suara Ibu menggema memenuhi ruangan.
"Mau sampai kapan kau mengkunci kamar Chika? Apa kau sudah bosan hidup? Keluar cepat, kita makan malam," teriak Ibu sambil menggedor keras pintu kamarku. Aku membuka pintu kamarku pelan, menatap sosok Ibu yang tidak ramah itu.
Ibu Ratna itu Ibu tiriku, dia adalah Ibu sambungku setelah Ibu kandungku meninggal. Sementara Ayah Yudi adalah suami Ibu Ratna yang sudah satu tahun dinikahinya, seminggu setelah Ayah meninggal.
Entahlah, mereka berdua memang sangat cocok jadi pasangan paling sadis dimuka bumi. Kalau mereka bukan keluargaku, lalu untuk apa aku bertahan tinggal bersama mereka?
Pasti itu yang akan menimbulkan banyak pertanyaan. Jawabannya karna adikku Alesha, adikku dari Ibu Ratna bersama Ayah kandungku. Usianya baru 8 tahun, dia punya kekurangan fisik. Alesha mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu hingga dia lumpuh. Ibuku selalu menjadikan Alesha sebagai senjata untuk membuatku tunduk pada perintahnya.
"Dasar anak sialan, kenapa sekarang kau mulai berani melawanku? Aku ingin kau terima perjodohan ini. Atau aku akan membuang Alesha jauh, agar kau tidak bisa melihatnya lagi," ancamnya.
"Memangnya aku bisa apa?" ucapku sambil mengusap pipiku yang penuh airmata.
"Bagus, ayo makan! Dan ingat jangan coba-coba kabur, kau akan kehilangan adikmu jika kau sampai macam-macam," teriaknya.
Aku tidak menjawab, aku mengikuti langkah Ibuku kearah meja makan. Aku menatap wajah adikku disana, Alesha sedang makan malam.
"Kak Chika," sapa Alesha.
Aku menghapus airmataku, mencoba menyembunyikan airmata dan kesedihanku pada adik kecilku.
"Hai, kau sedang makan ya?" senyumku pada adikku yang manis.
"Eheh, aku makan banyak hari ini Kak," kata Alesha membalas senyumanku.
"Wah, hebatnya." Aku mengusap wajah adikku penuh kasih, tak terbayang rasanya jika harus dipisahkan dengannya.
Aku sudah kehilangan Ibu dan Ayah kandungku, yang ku miliki hanya Alesha. Satu-satunya keluarga yang kumiliki, adik kecil yang bahkan tidak disayang oleh Ibu tiriku.
"Kak, kata Ayah dan Ibu kau akan menikah ya?" tanya Alesha, saat aku duduk dikursi. Aku tak menjawab, hanya anggukkan yang bisa kuberikan pada adik kecilku.
"Dengan Kak Ardi?" tanya Alesha dengan senyum, seketika airmataku mengalir deras tak tertahan.
Kembali membayangkan pernikahan buruk yang tidak pernah kuinginkan. Namun, Ibu mencubit tanganku agar aku menghapus airmataku.
"Bukan Sha, Kakak menikah dengan Kak Bara, Kakaknya Kak Ardi," senyumku sambil mengusap airmata.
"Kenapa dengan Kak Bara, bukankah kau berpacaran dengan Kak Ardi?" tanya Alesha.
"Anak kecil, tahu apa kau tentang masalah orang dewasa? Habiskan makanmu cepat," teriak Ibu.
Aku menatap kesal pada Ibu, lalu mengusap lembut wajah adikku.
"Setelah makan, jangan lupa kerjakan PRmu ya," senyumku.
"Aku sudah membuatnya tadi Kak," tawanya.
"Wah, hebat sekali," kataku sambil mencubit pipi Alesha.
Ayah menatap kearahku dengan tidak ramah, tanpa senyum.
"Besok pagi bersiaplah," ucap Ayah.
"Bersiap untuk apa?" tanyaku.
"Pertunanganmu dengan Kakaknya Ardi," teriak Ibu.
Aku hanya bisa diam, pasrah dengan semua takdirku. Berusaha menolakpun itu tidak mungkin, karna mereka punya Alesha yang akan menjadi ancaman telak bagiku.
****
Keesokkan harinya, Ibu sudah datang membawa gaun cantik untukku. Gaun terusan diatas paha dengan warna navi.
"Pakai baju ini, berdandanlah yang cantik! Jangan berbuat ulah disana, apalagi sampai membuat Bara membatalkan pertunangan ini," ucap Ibu. Aku mengambil baju itu, lalu masuk kekamar mandi untuk mengganti pakaianku.
Hari buruk itu dimulai disini, saat Ayah dan Ibuku membawaku kerumah Ardi. Rumah yang cukup besar dengan barang-barang mewah didalamnya. Aku menatap sekeliling rumah itu, mencari keberadaan Ardi. Tapi laki-laki itu tidak ada, mungkin dia sama terpukulnya dengan diriku. Terpaksa berpisah untuk keinginan orangtua masing-masing.
Aku menundukkan wajahku, rasanya mataku enggan menatap wajah Kak Bara. Laki-laki yang menginginkan aku menjadi istrinya, laki-laki yang sudah menghancurkan hubunganku dengan Ardi. Aku mengusap airmataku yang tiba-tiba saja mengalir deras. Aku tidak bisa menutupi kesedihanku saat ini. Andai aku punya keberanian besar, ingin rasanya aku lari dari pertunangan ini.
"Hapus airmatamu, bodoh!" bisik Ibu, aku segera mengusap airmataku dengan saputangan yang diberikan Ibu.
Laki-laki itu menghampiriku, menegakkan kepalaku yang tertunduk agar menatap kearahnya.
"Kenapa kau menangis?" tanya Bara. Aku hanya diam, menepis lembut tangan laki-laki itu.
"Aku tidak apa-apa?" ucapku.
"Aku tahu ini akan sulit untukmu dan Ardi, tapi percayalah semua akan baik-baik saja," ucapnya.
Ingin rasanya aku berteriak keras padanya, ini semua terjadi gara-gara dirimu. Tapi aku tak punya nyali untuk mengatakannya secara langsung.
Terlihat rumah itu mulai dipenuhi para tamu, acara pertunangan itupun dimulai. Aku bahkan tidak pernah berani menatap wajah laki-laki itu, laki-laki yang sudah melingkarkan cincin dijari manisku.
Aku tidak sanggup melihatnya, aku belum bisa terima kehadirannya. Bahkan aku enggan, walau hanya sekedar menoleh kearahnya. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, takut jika para tamu melihat kesedihan dimataku.
Aku menatap kearah tangga lantai dua, kulihat Ardi disana. Berkali-kali terlihat Ardi mengusap airmata dengan kedua tangannya. Entahlah, aku bahkan bisa merasakan kesedihan yang saat ini dia rasakan. Dia harus merelakan aku, untuk Kakaknya. Bagaimana mungkin ini mudah untuk kami? Sementara kami sudah menjalin cinta cukup lama, rasanya aku ingin berlari memeluknya. Meninggalkan pertunangan ini, lalu kawin lari dengannya. Tapi Alesha, bagaimana nasib adikku jika aku melakukan hal itu?
Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini, biarkan semua terjadi sesuai takdir. Aku mungkin tidak ditakdirkan menjadi jodoh Ardi, semoga Ardi mendapatkan wanita pengganti diriku.
Mohon beri dukungan untuk Author tinggalkan komen, vote, like, atau jempol untuk lanjutkan ceritanya.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Dania
Aku juga ga mau dijodohin
Pokoknya aku ga mau .............................
Tapi Kalo Ganteng, Baik, keren 👍👍👍 Aku mau 😂😂😂
2021-10-26
1
Desi Ummu Ihsan
aku mampir disini rekomen dari author Desy Puspita
2021-09-12
1
Dewi Dewi Ahmat
msih nyimk..
2021-08-29
1