Di nikahi karena hamil anak sang majikan tidak menjamin membuat hidup Kanaya Bahagia. Ia justru semakin menderita dari sebelumnya.
Belum seberapa lama ia menikah, Kanaya harus kembali menelan pil pahit ketika suaminya dengan tega menikah lagi dengan wanita yang di cintainya.
Sakit, lahir dan batin Kanaya rasakan saat Aditya sang suami lebih mengutamakan istri mudanya di bandingkan dirinya.
Terlebih, sebuah fitnah yang datang dari ibu mertua dan madunya membuat Kanaya di usir dalam keadaan hamil muda.
Terpaksa Kanaya Harus merawat anaknya seorang diri dengan penuh ketulusan. Hingga beberapa tahun setelahnya Kanaya bertemu dengan seorang pria Duda beranak dua yang mampu menerima dirinya apa adanya.
Akankah Kanaya bahagia dengan Pria tersebut? Atau Justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Bukan) Kerja
Pagi harinya, Kanaya tengah membantu menyiapkan pakaian sang putra yang hendak berangkat ke sekolah. Tidak hanya di situ, Kanaya pun segera keluar setelah keperluan sang putra terselesaikan.
Saat di meja makan, Kanaya membantu bu Ningsih mempersiapkan sarapan pagi untuk semua yang berada di rumah itu. Tak terkecuali Tuan Wira yang katanya hendak pulang hari ini.
Begitu banyak menu makanan yang tertata di atas meja. Karena walaupun hidup dengan penuh kesederhanaan, Makanan yang biasa mereka santap sama seperti layaknya orang berada. Bagaimana tidak? Tuan Wira memang jarang mentransfer uang untuk kebutuhan Kanaya, Tapi sekalinya transfer, tidak main-main jumlahnya.
Sebagai seorang kakek tentu saja Tuan Wira tidak mau cucu kesayangannya itu kekurangan apapun. Semuanya harus terpenuhi.
"Selamat pagi..."Sapa Alvaro ketika bocah tampan berusia tujuh tahun itu sampai di ruang makan.
"Pagi cucu opa.. sini, duduk di samping opa.."Alvaro tidak menolak, Ia duduk di kursi di samping opanya duduk.
"Sarapan dulu sayang... setelah ini berangkat bareng kakek ya...
"Iya bunda..
"Jangan....hari ini biar opa saja yang antar kamu ke sekolah.. sekalian opa juga mau pulang..."Sahut Tuan Wira. Satu tangannya terangkat mengelus Rambut cucunya tersebut.
"Loh! opa mau pulang hari ini? kok cuma nginep semalem.. biasanya kan tiga hari.."bibir Alvaro mencebik. Entah mengapa ia sangat menyayangi pria ini. Alvaro tidak tau siapa pria yang biasa ia panggil Opa itu. Yang Alvaro tau pria yang di sapa Tuan Wira itu adalah pria baik. Pria itulah yang mengajarkan dirinya agar memanggilnya opa. Bahkan Rumah dan dimana ia tinggalpun Alvaro tidak tau.
Alvaro pernah bertanya kepada sang bunda, siapa Opa itu sebenernya. Dan Kanaya hanya menjawab. "Sudah tidak perlu di pikirkan. Suatu saat kalau Al Sudah besar pasti akan mengerti dengan sendirinya" Sejak saat itulah Alvaro tidak pernah bertanya lagi.
Kini Keluarga itu tengah melakukan sarapan bersama di ruang makan. Tuan Wira terkekeh melihat cucunya yang begitu sulit memisahkan daging ikan dari tulangnya.
"Sini biar opa bantu... Dari kecil sampai sebesar ini kau belum juga bisa makan ikan ya.. harus ada yang pisahkan dulu kalau mau makan..
"Maaf opa.. Al tidak pandai makan ikan.. takut keselek tulang seperti waktu itu.."Sahut bocah itu. Salah satu yang membuat bocah itu tidak bisa makan ikan ya, inilah salah satunya. Tenggorokannya pernah kemasukan tulang, dan harus di bawa ke rumah sakit. Bahkan jika sedang sendiri, Bocah itu tidak berani menyentuh ikan walau sebenarnya sangat ingin.
"Ohya nduk...kamu jadi masuk kerja hari ini?" Tanya bu Ningsih. Kanaya hanya mengangguk mengiyakan
"Loh kamu tetap kerja nak..",Tanya Tuan Wira setelah pria itu selesai dengan tugasnya memisahkan daging dan tulang ikan sang cucu.
"Iya pa.. yang kemaren Naya rada' gak betah, banyak yang julid, Jadi berhenti..Ini kemarin udah ngelamar, alhamdulillah sekarang di panggil...
"Tapi kamu tetep hati-hati ya... pulangnya jangan malem-malem..."Kanaya hanya mengagguk.
Setelah sarapan selesai, Pak Yanto sudah berangkat kerja, Tuan Wira juga sudah pulang, Putranya pun berangkat ke sekolah. Kini Kanaya tengan pamit kepada bu Ningsih untuk berangkat kerja ke tempat yang baru.
"Pulangnya jangan malem-malem ya nduk...kasihan Al, emang jauh ya?
"Lumaya jauh lah bu.. daripada tempat yang kemaren..Yaudah Naya berangkat dulu ya.."Wanita cantik berusia dua puluh enam tahun tersebut meraih tangan sang ibu dan menciumnya.
"Naya berangkat bu.. Assalamualaikum..
"Waalaikum salam..Ati-ati nduk..
"Iya..." Kanaya segera menyalakan motornya dan segera berangkat.
.
.
.
Motor matic berwarna putih itu terhenti di depan sebuah rumah yang begitu mewah dan besar bak bangunan istana Eropa.
Kanaya membuka helm yang sedari tadi menutupi kepalanya. Wanita cantik itu membuka tas selempang miliknya dan meraih secarik kertas dari dalam sana.
"Kayaknya emang bener deh ini alamatnya.. "Kanaya mencoba turun dan bertanya pada sekuriti yang sedang berjaga disana.
"Maaf.. permisi....
"Iya neng..cari siapa..?
"E.. apa benar ini kediaman Tuan Darren Abraham?
"Oh iya bener neng.. bener.. ini rumah Tuan Darren.. ada perlu apa neng...?
"E.. Saya Kanaya..saya yang kemarin ngelamar kerja disini.. " Sekuriti itu terdiam, Pria yang biasa dipanggil cungkring tersebut menatap Kanaya dari atas hingga bawah dan dari bawah hingga atas. Pria itu juga menatap wajah Kanaya dan mengerjap pelan.
"Bening bener.. Ini Tuan mau cari Pekerja apa cari istri ya.. "Batin sekuriti tersebut.
Buuugghh
"Mas..
"Eh iya neng.. ada apa?
"Kok malah bengong.. Ini saya mau masuk.. Loh mau ketemu sama yang punya rumah ini...
"Ohya neng... mari saya antar ketemu Nyonya dulu..."Kanaya pun masuk dan memarkirkan motor matic nya di sana. wanita itupun mengikuti langkah cungkring
"Permisi nyonya..
"Cungkring, ada apa?" Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik keluar dari dalam rumah.
"Maaf Nyonya.. saya ganggu, ini Ada wanita yang kemarin katanya ngelamar kerja disini..." Wanita yang biasa di sapa Jeng Retno itu melongok, Kanaya tersenyum, detik berikutnya..
"Loh Kanaya..! Kamu Kanaya kan?
"Iya...
"Jadi kamu yang mau kerja disini??..
"Iya Tante...
"Astaga.. yaudah yuk masuk.."Nyonya Retno menggandeng lengan Kanaya masuk ke dalam rumah mewahnya tersebut.
"Pantes aja, kemarin tante kesana gak liat kamu sama sekali.. ternyata udah berhenti toh.."Ucap Nyonya Retno. Keduanya memang sudah akrab sejak Kanaya masih bekerja di butik langganan nyonya Retno, sebelum akhirnya Kanaya berhenti dan pindah.
"Tante tidak tau apa saja pekerjaan kamu nanti, tapi yang pasti salah satunya kamu harus bisa jaga cucu cucu Tante...
"Cucu?
"Iya..udah mending kamu temui putra tante sekarang.. Yuk Tante antar.. tadi dia sih ada di ruangan kerjanya..
Kedua wanita beda generasi itu pun berjalan beriringan naik tangga menuju ke ruang pribadi seorang pria yang Bernama Darren.
Tok..tok..
"Darren.. ini yang ngelamar kerja kemarin udah datang.. "Ucap Nyonya Retno sedikit berteriak.
"Suruh masuk saja ma..."Mendengar perintah dari sang putra, Nyonya Retno menyuruh Kanaya segera masuk. Sementara nyonya Retno sendiri pergi kebawah.
Kanaya menarik nafas sebelum ibu anak satu itu membuka pintu. Knop di putar, dengan perlahan pintu tersebut terbuka.
Kanaya pun masuk dan mulai sedikit gugup. Didepannya seorang pria bertubuh tinggi besar tengah berdiri membelakanginya, Terlihat dari punggung kokohnya yang berbalut kimono.
"A..Assalamualaikum..." Daren berbalik badan dan menjawab salam tersebut.
"Waalaikum salam.....
Deeeegghhh
.
.
.
TBC