Idola! kebanyakan orang pada umumnya, memiliki seseorang yang menjadi idolanya. Tidak soal kamu tua mau pun muda.
Seperti Freya Collie Lambert, gadis berusia dua puluh tiga tahun, diam-diam mengagumi seorang pria dewasa, yang semua orang kenal pria itu sangat kejam dan dingin.
Tidak tahu kapan persisnya, Freya sangat mengagumi sosok pria kejam itu, yang ia ingat, ia tanpa sengaja melihat pria itu membantai sekumpulan pria pembunuh bayaran dengan begitu kerennya.
Austin Chloe, tidak menyangka di usianya yang memasuki hampir empat puluh, yang tepatnya tiga puluh sembilan tahun, di kagumi oleh seorang gadis muda yang sangat jauh di bawah usianya.
Bagaimana sikap Austin Chloe, si pria yang dulunya di anggap semua orang pria sampah, menghadapi gadis muda dan polos yang jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30.
*****
Saat mobil Austin akan meluncur menuju lokasi markasnya, ia baru menyadari ada tiga mobil sedari tadi mengikutinya, dengan hati-hati mengikuti juah di belakangnya.
Austin menekan ponselnya di holder dashboard, lalu menekan pengeras suara ponsel. Ponselnya pun kemudian terhubung ke ponsel Asistennya.
"Halo!"
"Kamu di mana?" tanya Austin.
"Di belakang anda, Tuan!" jawab Asistennya.
"Apa kamu menyadari tiga mobil di belakang, sedang membuntuti sedari tadi?"
"Iya, saya lihat, Tuan!"
"Menyebar sekitar tiga kilo lagi ke depan! ada lokasi yang bagus untuk membekuk mereka, sepertinya Cody mengerahkan anak buahnya, untuk merebut kembali akta tanah ini!"
"Baik Tuan, saya mengerti!"
Klik!
Austin mematikan ponselnya, lalu kemudian menambah kecepatan laju mobilnya. Dari kaca spion ia dapat melihat, tiga mobil itu menambah kecepatan mereka juga.
Mobil Austin dengan cepat menyelinap, masuk ke sebuah proyek pembangunan komplek perumahan.
Ia mematikan lampu mobilnya, dan perlahan mencari tempat yang cocok, untuk menyergap penguntitnya, yang sepertinya tidak akan membiarkannya lolos.
Memikirkan Cody yang dengan sombongnya meneriakkan hadiah, yang fantastis untuk mempermalukannya, karena tidak akan ada wanita mana pun mau mendekati dirinya, akhirnya frustasi sendiri akibat kesombongannya.
Dan sekarang Cody meradang, ingin mengambil kembali tanah milik keluarga nya itu, karena tadinya Cody pikir tanah itu, tidak akan pernah bisa ia dapatkan.
Austin tersenyum dalam kegelapan, memikirkan dewi fortuna ternyata memihak padanya. Seorang gadis mungil yang ia kenal, sebagai Pelayan dessert di toko langganannya, tiba-tiba berjalan mendekatinya.
Gadis mungil yang ia pikir takut padanya, ternyata tidak takut sama sekali padanya. Gadis itu sangat pemberani, dan sangat menggemaskan.
Tiba-tiba telinga Austin memerah mengingat, bagaimana tadi gadis mungil itu mencium bibirnya dengan lembut.
Tanpa sadar Austin menyentuh bibirnya, dan wajahnya sontak ikut memerah membayangkan, bagaimana tadi mereka akhirnya saling membalas.
Saat Austin membayangkan ciumannya dengan gadis mungil itu memanas, tiba-tiba seberkas cahaya lampu mobil, memasuki area proyek pembangunan perumahan.
Austin mengedipkan matanya, ia dapat beberapa mobil anak buahnya, sudah diam di tempat persembunyiannya masing-masing.
Perlahan tiga mobil yang tadi mengikutinya, mulai masuk perangkap, dan ia sudah bersiap untuk menghitung satu sampai tiga.
"Satu... dua... tiga!"
Austin bersama anak buahnya bersamaan menyalakan lampu mobil, menyorot ke tiga mobil itu dari segala arah mengepung ke tiga mobil tersebut.
Dan detik selanjutnya Austin bersama anak buahnya, keluar dari dalam mobil menghampiri tiga mobil, yang tidak dapat melarikan diri.
"Keluar!!!" teriak Austin memukul salah satu mobil tersebut.
Satu persatu pintu ke tiga mobil itu terbuka, dan beberapa pria berpakaian formal serba hitam keluar dari dalam mobil.
Tanpa bertanya lagi kepada mereka, Austin dengan cepat melayangkan tendangan, dan tinjunya kepada pria yang pertama dekat dengannya.
Buk!!
Bruk!!
Di susul dengan anak buah Austin, ikut menyerang pria yang membuntuti Austin tersebut. Dan lokasi proyek perumahan, yang belum selesai itu pun menjadi tempat pembantaian anak buah Cody.
Tidak butuh waktu lima belas menit, sekitar lima belas pria suruhan Cody terkapar di tanah, dengan keadaan babak belur.
"Katakan pada Tuan mu! jangan jadi pengecut! dia sendiri yang memberikan surat tanah ini pada ku! jadi... lain kali katakan padanya, jangan memprovokasi ku! kalau tidak, dia sendiri yang akan rugi sendiri!!"
Selesai bicara, Austin langsung kembali ke mobilnya. Hari sudah semakin malam, dia sudah lelah, dia ingin beristirahat dengan tenang di markasnya.
"Urus sisanya!" kata Austin kepada Asistennya.
"Baik, Tuan!" jawab Asisten Austin, menganggukkan kepalanya.
Austin kembali naik ke dalam mobilnya, dan meninggalkan lokasi penyergapan mereka tersebut. Ia ingin segera sampai di markasnya.
Jam menunjukkan pukul satu dini hari, saat Austin sampai di markasnya. Tubuhnya terasa penat, ia ingin mandi air hangat sebentar, setelah itu barulah beristirahat.
Setelah air hangat mengguyur tubuhnya di bawah shower, barulah Austin merasakan penat pada tubuhnya hilang.
Masih dengan mengenakan bath robe, setelah mengeringkan rambut basahnya, Austin naik ke atas tempat tidur king sizenya.
Bersambung.....
Akhirnya Austin ketemu Erick🤗
lanjut