🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥
———
"Mendesah, Ruka!"
"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.
"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"
"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.
"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"
———
El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.
Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.
Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Ruka mendesah panjang sambil mematikan telepon yang entah sudah berapa kali ia coba sejak pagi. Lagi-lagi, suara operator yang sama memberitahunya bahwa ponsel El tidak aktif. Kekesalannya semakin memuncak saat ia melirik ke pintu depan yang tetap saja sepi, tak ada tanda-tanda kedatangan suaminya.
"Gak pulang? Oke, kalau itu mau lo!" gumamnya dengan nada penuh amarah.
Ia melemparkan ponselnya ke sofa, lalu berjalan ke dapur dengan langkah berat. Membuka lemari dapur, Ruka mulai mengeluarkan bahan-bahan memasak dengan kasar, berharap aktivitas ini bisa sedikit mengalihkan rasa frustrasinya. Tapi semakin ia mencoba fokus, pikirannya semakin kembali pada El.
"Gue gak ngerti, apa susahnya angkat telepon atau kasih kabar sedikit aja? Lo pikir gue punya waktu buat nungguin lo kayak idiot, El?" gerutunya sambil memotong sayuran dengan kasar.
Bayangan El yang santai dan seolah tidak peduli membuat darah Ruka mendidih. Ia tahu, El sering bersikap seperti ini—seenaknya sendiri tanpa peduli dampaknya pada orang lain. Tapi kali ini, batas kesabarannya benar-benar habis.
Saat itu juga, ponselnya bergetar di sofa. Ruka buru-buru mengeringkan tangan dan berjalan menghampiri. Tapi begitu melihat nama yang tertera di layar, kekecewaannya makin memuncak. "Hana." Bukan El.
Ia mengangkat telepon dengan nada ketus. "Apa?"
"Uh, neng Ruka, kenapa sih ngomel-ngomel? Lagi badmood yah? Gimana kalau kita nongki di cafe biasa?"
"Gue gak mood!"
"Gue traktir deh, ayolah..." rengek Hana, memohon.
"Lo ajak cowok lo aja sih! Gue lagi gak mood keluar rumah." Ruka kembali mencari alasan. Namun, rayuan Hana yang tak ada duanya, berhasil membuat gadis itu akhirnya keluar rumah juga.
"Persetan dengan El!"
***
Di kafe yang cozy dengan aroma kopi dan kue yang baru dipanggang menguar lembut di udara, Ruka melangkah masuk dengan langkah cepat. Begitu ia membuka pintu, suara cempreng yang sudah sangat dikenalnya langsung menyambut.
"Ruka!"
Ruka menghentikan langkahnya tepat di depan pintu, mendapati sosok Hana yang tengah melambaikan tangan dengan semangat. Dengan kaus crop-top pastel yang dipadukan celana panjang denim, ditambah senyumnya yang cerah, Hana tampak seperti gadis remaja yang modis dan penuh energi.
Namun, bagi Ruka, penampilan itu justru membuatnya menghela napas panjang. "Han, lo sadar gak ini kafe, bukan runway?"
"Duh, jangan sinis gitu. Ini kan momen gue buat bersinar." ujar Hana, tertawa kecil, tak terpengaruh komentar Ruka. Duduk dulu, sini, sini!" Ia menepuk kursi di depannya dengan antusias.
Ruka berjalan mendekat dengan langkah malas, lalu menjatuhkan tubuhnya ke kursi tanpa berkata apa-apa. Ia melirik secangkir latte di meja Hana yang dihias latte art berbentuk hati, menambah kesan ceria dari suasana kafe itu.
"Oke, gue udah dateng. Sekarang ngomong, apa yang penting banget sampe lo bikin gue ninggalin rumah pagi-pagi?" tanyanya, langsung ke intinya.
Hana mengangkat alis sambil menyeruput lattenya. "Duh, lo kenapa sih selalu buru-buru? Gue kan cuma kangen sama sahabat gue. Gak boleh, ya?"
Ruka memutar matanya. "Hana, gue kenal lo terlalu lama buat percaya alasan klise kayak gitu. Cepetan ngomong atau gue balik sekarang."
Hana menghela napas dramatis, lalu bersandar ke kursinya. "Fine, fine. Gini, gue cuma ajak lo double date."
"Hah?!" Ruka melongo, ekspresi wajahnya seperti baru saja mendengar sesuatu yang tidak masuk akal.
"Ish, santai aja kali, gak usah lebay gitu. Lagian, noh, pangeran lo udah datang."
Ruka mengerutkan dahi, lalu mengikuti arah lambaian tangan Hana. Di pintu masuk kafe, seorang pria melangkah masuk dengan gaya santai. Diego.
Meski hanya mengenakan pakaian kasual—kaus putih yang dilapisi jaket denim serta celana jeans gelap—pesona lelaki itu tetap mencuri perhatian. Beberapa gadis di kafe spontan menoleh, bahkan ada yang berbisik-bisik sambil tersenyum malu-malu. Tapi Diego tidak peduli. Dengan langkah percaya diri, ia melangkah menuju meja mereka, matanya langsung tertuju pada Ruka.
"Hai," sapanya ringan, suaranya penuh kehangatan.
Ruka memalingkan wajah, berusaha menghindari kontak mata. Ia tahu Diego punya karisma yang bisa meluluhkan banyak hati, begitupun dirinya, salah satu dari mereka yang mudah terpesona melihat ketampanan Diego.
Hana menyikut lengan Ruka pelan. "Duh, lo liat tuh, langsung dihampirin. Diego mah udah kayak magnet, ya? Mau cowok mau cewek, semuanya tertarik."
"Udah, deh Han. Gue di sini cuma karena lo maksa. Jangan bikin gue tambah nyesel."
Diego sudah sampai di meja mereka, memasang senyum khasnya. Lalu duduk disebelah Ruka dengan tenang. "Lo cantik." puji nya.
Ruka tersipu, "Bisa aja lo ngegombal, Di." jawab Ruka datar, mencoba terdengar tidak peduli. Tapi matanya mencuri-curi pandang pada Diego.
Hana menahan tawa, lalu melambai pada pelayan untuk memesan. "Oke, cukup basa-basinya. Sekarang kita tunggu pasangan gue datang, terus kita langsung mulai. Gue udah laper."
"Pasangan lo siapa lagi, Han? Jangan bilang—"
Tiba-tiba, suara langkah lain terdengar mendekat, membuat Ruka menoleh. Dan di sanalah lelaki dengan jaket kulit hitam yang sudah terlalu akrab di matanya, berdiri santai di ambang pintu kafe, wajahnya sedikit masam begitu melihat siapa saja yang ada di meja itu.
"Surprise," gumam Hana dengan senyum penuh kemenangan. "Double date, here we go."
Ruka mengumpati Hana dalam hati, "Anjirrrlah... Hana!"
Bersambung....