NovelToon NovelToon
UN PERFECT PLAN

UN PERFECT PLAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Keluarga / Office Romance
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Puspa Indah

Seorang arsitek muda bersedia mengikuti rencana iseng temannya dalam sebuah perjodohan atas dasar peduli teman. Namun siapa sangka, rencana tersebut malah menyebabkan konflik serta membongkar kasus yang melibatkan beberapa oknum pengusaha dan aparat. Bahkan berujung pada terancamnya kerajaan bisnis dari sebuah keluarga keturunan bangsawan di Perancis.
Bagaimana akhir dari rencana mereka? Simak kisah seru mereka di novel ini. (un) Perfect Plan. Semoga terhibur...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 30

"Silahkan duduk", ucap Andre pada tiga wanita itu.

"Maaf, kami baru sampai", ucapnya pada Louis seraya memanggil pelayan untuk membawakan makanan yang sudah dipesan Andre sebelumnya.

Sementara Louis memberi isyarat bahwa itu bukan masalah.

Intan menatap Louis, dia memang tak lagi kerempeng seperti dulu. Tubuh tegap bahkan sikap duduknya yang sempurna menunjukkan bahwa pendidikan militer memberi dampak cukup besar pada dirinya. Tak ada lagi anak lelaki kurus, dengan senyum berhias kawat gigi seperti yang biasa ia lihat dulu. Dan Intan ikut senang dengan perubahan itu, karena pada dasarnya Louis memang anak baik yang jauh dari sifat menyebalkan.

"Apa alasan yang kau berikan pada ayahmu untuk pergi dari pesta itu?", tanya Andre.

"Kukira sama dengan alasan yang kalian pakai untuk keluar dari sana", jawab Louis terkekeh, kemudian melirik sekilas pada Fatima.

Pelayan kemudian datang membawa pesanan mereka.

"Aku benar-benar kelaparan. Aku tak sanggup bila hanya makan buah-buahan dan minum air mineral. Hampir saja aku menyantap hidangan di sana. Kau benar-benar keterlaluan, seharusnya kau berikan kami sedikit makanan sungguhan di sana", ucap Louis.

Andre tertawa nyaring, sementara ketiga wanita yang ada di situ hanya terdiam, bingung.

"Baiklah, sambil kalian makan akan aku jelaskan", ucap Andre.

"Tapi sebelumnya aku ingatkan pada kalian. Kemungkinan besar kita sekarang sedang diawasi. Jadi tolong jangan berekspresi berlebihan, bersikap wajar seolah kita sedang mengobrol santai. Terutama kalian berdua!", ucap Andre mengingatkan kedua adiknya dengan tatapan tajam.

Tiara dan Intan hanya mencebik kesal.

"Begini, Louis ternyata sudah menjadi muslim sejak ia masih di sekolah militer. Hanya saja bukan hal mudah baginya untuk memberitahu keluarganya tentang itu. Ia harus mencari alasan yang lebih mudah untuk diterima oleh mereka. Karena itu, dia terpaksa meminta ayahnya menagih janji pada Pére untuk menjadikan Tiara sebagai isterinya", sambungnya.

"Aku hanya berpikir, ayahku tentu sangat senang bila akhirnya bisa menjadi besan Phillippe de Bourbon. Tentu saja untuk alasan bisnis. Dan aku memerlukan Tiara sebagai alasan agar ayahku lebih mudah menerima keputusanku menjadi muslim", ujar Louis.

Lalu Andre kembali bicara.

"Dan kini situasinya jadi agak rumit karena Tiara sudah terlanjur menikah. Berkat Intan", ujarnya sinis yang hanya ditanggapi Intan dengan mengangkat bahunya.

"Ya, aku juga baru tahu itu kemarin saat Andre menemuiku", ujar Louis menanggapi.

"Apabila Pére dan Gerard tahu, pernikahan ini mungkin memang akan dibatalkan. Masalahnya adalah, Gerard bukan seorang yang lembut seperti Louis. Aku hanya khawatir, hal itu akan berdampak buruk terutama bagi keluarga de Bourbon. Untuk mengatasi itu, Pére mungkin akan memaksa Tiara berpisah dengan suaminya. Atau lebih lagi, melakukan hal buruk pada suaminya apabila Tiara menolak perpisahan itu. Karena itulah, aku terpaksa melakukan sedikit.. ya.. katakanlah modifikasi dalam proses pernikahan ini", ucap Andre.

"Maksudmu?", tanya Intan tak paham.

Andre hanya menatapnya tapi tak menjawab pertanyaan Intan. Kemudian pandangannya beralih pada Fatima.

"Fatima, aku sudah berjanji untuk membantumu agar bisa berkumpul kembali dengan ibumu. Dan kau juga berjanji mau melakukan apa saja untuk itu selama bukan sesuatu yang dilarang agamamu bukan?", tanya Andre pada Fatima.

"I..iya tuan de Bourbon", sahut Fatima gugup.

"Jadi, ini yang harus kau lakukan"

**********

Mita terlihat cantik dengan gamis warna lembut yang serasi dengan hijabnya. Ia sedang duduk di ruang tengah dengan wajah sedikit gelisah karena gugup. Sesekali matanya melirik jam di tangannya.

"Santai saja Mit, dia pasti datang", ucap Ibrahim yang juga tampil rapi dengan balutan batik mahal.

"Pak Rizal sudah ada di ruang tunggu Pak", seorang karyawan memberitahu kedatangan Rizal.

Wajah Mita terlihat lega, Ibrahim pun tersenyum melihatnya.

"Apa Papa bilang? Ayo, kita temui dia", ajaknya.

Sesampainya di ruang tunggu, terlihat Rizal langsung berdiri begitu melihat kedatangan Ibrahim dan Mita. Tak seperti Ibrahim yang tampil mewah dengan batiknya, Rizal hanya memakai baju Koko putih dan kopiah di kepalanya. Entahlah, kenapa juga dia memilih outfit itu untuk proses lamaran.

"Baru pulang pengajian kamu?", celetuk Ibrahim.

"Papa..", sahut Mita kesal.

"Oke.. oke", hanya itu tanggapan Ibrahim.

"Maaf, apa pakaian saya kurang pas Pak? Apa sebaiknya saya ganti dulu?", ucap Rizal sungkan.

"Gak usah, gitu juga gak papa", sahut Mita.

"Ayo Pa.. berangkat sana!", pintanya.

"Wah, kayaknya kamu sudah tidak sabar buat dilamar ya Mita?", canda Ibrahim lagi.

"Papa... Please..", rengek Mita, jengah dengan ledekan Ibrahim.

"Oke.. ayo kita berangkat", ajak Ibrahim.

"Maaf Pak, kita memangnya mau kemana?", tanya Rizal bingung.

"Mau melamar Mita lah", sahut Ibrahim.

"Memangnya acaranya dimana Pak?", tanya Rizal lagi.

"Ya di rumah Ayahnya, memangnya dimana lagi? Aku cuma kebagian tugas mencarikan calon suami yang baik buat Mita. Tapi kalau urusan lamaran dan menikahkan, itu hak Ayahnya. Prawira Atmadja. Itu calon mertuamu yang sesungguhnya", terang Ibrahim.

Rizal baru sadar kalau apa yang dikatakan Ibrahim benar adanya. Karena Mita hanyalah anak tiri Ibrahim Hasan. Dan dia adalah saudara kembar Arya yang juga berarti anak dari ayahnya Arya.

Entah mengapa beban di hatinya terasa lebih ringan ketika menyadari bahwa calon mertuanya ternyata bukanlah seorang konglomerat. Rizal pun tak sadar akhirnya tersenyum.

"Eh, kenapa malah senyum-senyum begitu? Ayo cepat", ajak Ibrahim lagi.

Mita mengantar keduanya sampai teras.

"Orang ganteng maksimal begitu, malah diledek. Dasar orang tua rese", gumam Mita pelan seraya melambai saat mobil Ibrahim mulai bergerak meninggalkan halaman.

Mita tak langsung masuk ke dalam rumah. Malam ini kelihatannya langit agak mendung. Bahkan bulan pun tak terlalu nampak, sesekali saja cahayanya menyelip di antara celah-celah awan.

Berbeda dengan langit di hati Mita yang kini penuh dengan bintang-bintang dan bulan purnama yang bersinar terang..

********

Di ruang keluarga di rumah Prawira Atmadja sudah berkumpul beberapa orang. Selain Wira sendiri, terlihat pula beberapa orang yang turut menyambut Rizal. Termasuk Sapta, Aris dan Ustadz Farhan yang juga diundang sebagai pembimbing agar proses lamaran tersebut berjalan sesuai syariat.

Satu orang lagi yang Rizal merasa pernah melihatnya, tapi entah dimana.

Acara itupun diawali dengan perkenalan, dan akhirnya sampai pada orang yang membuat Rizal penasaran.

"Kalau ini kakak saya, Umar Hasan. Beliau minta diajak untuk lamaran Mita karena Mita memang juga cukup dekat dengan beliau. Mungkin karena anaknya laki-laki semua, jadinya Mita juga sudah dianggap putrinya sendiri. Biasa jadi tempat ngadunya Mita kalau lagi berantem sama saya. Ya ini dia orangnya yang bikin anak kita jadi manja begitu Mas Wira", ucap Ibrahim seraya terkekeh, begitu pun dengan orang yang dimaksud.

Rizal mengerutkan dahinya. Umar Hasan?! Maksudnya Irjenpol Umar Hasan?! Iya, itu ternyata memang beliau! Tunggu, apa?! Lamarannya didampingi pejabat tinggi Polri?

Kini Rizal paham, bukan hanya Ibrahim Hasan yang sebenarnya diincar oleh Deni. Tapi juga orang ini.

Dan Mita, mengapa anggota polisi bahkan atasannya sekalipun mau menuruti perkataannya, sepertinya juga bukan karena Ibrahim Hasan, tetapi karena orang ini. Dialah koneksi level tinggi Mita yang sesungguhnya.

"Jadi Mas Wira, aku ke sini membawa calon menantu untuk putrimu Armita. Aku sudah menyelidiki latar belakangnya dengan cermat dan bisa memastikan kalau dia adalah calon suami yang baik buat Mita. Dan yang paling penting, Mita setuju dan tadi menyuruhku secepatnya kemari karena sepertinya dia sudah tidak sabar lagi untuk segera dilamar", kelakar Ibrahim yang disambut tawa oleh yang lain.

Rizal tertunduk menahan malu. Sepertinya ia melihat sisi lain dari seorang Ibrahim Hasan yang tak pernah diketahui masyarakat umum.

"Terima kasih banyak Ibrahim. Semoga calon yang kamu bawa hari ini bisa membahagiakan anak kita dunia dan akhirat", sahut Wira dengan mata berkaca-kaca.

Proses lamaran pun berjalan lancar. Perkenalan dengan anggota keluarga pun dilakukan. Sayangnya orang tua Rizal yang tinggal di Sumatera tidak bisa hadir karena waktu lamaran yang cukup mendadak. Mereka memutuskan akan hadir saat akad nikah dan resepsi nanti.

"Mas Wira, kalau boleh aku ada permintaan", ucap Ibrahim dengan wajah serius.

********

Mita berjalan bolak-balik dengan gelisah di kamarnya. Lalu terdengar panggilan di ponselnya.

"Halo, Assalamualaikum"

"Ayah, ada apa? Apa ada masalah?"

"Eng.. Iya, aku memang setuju untuk menikah dengannya"

Ucap Mita dengan wajah yang memerah seraya memainkan kuku-kuku di jari kirinya, malu dengan dirinya sendiri.

"Iya, aku yakin Yah"

"Meminta apa?"

"Oh, begitu ya? Baik Yah"

**********

"Bapak sudah pulang nona", ucap Alin sesaat setelah masuk ke kamar Mita.

Mita langsung berdiri kemudian merapikan baju dan hijabnya lalu menuju ke ruang bawah.

Terlihat Pak Ibrahim sedang duduk di sofa, sementara Rizal tengah berdiri menautkan kedua tangannya sambil melihat ke arah Mita.

"Bagaimana Pa? Sudah selesai? Apa ada masalah?", tanya Mita sedikit khawatir melihat raut wajah Ibrahim yang nampak sendu. Atau lelah dan mengantuk?

"Tidak, tidak ada masalah. Semuanya lancar", sahut Ibrahim seraya tersenyum.

"Ayo, ikut Rizal sana", ucapnya lagi.

"Apa? Ke..mana?!", tanya Mita bingung.

"Aku ingin mengajakmu keluar", kini Rizal yang menyahut.

"Maksudnya?" Mita masih tak mengerti.

"Maksudnya dia mau mengajakmu kencan Armita...", jawab Ibrahim mulai kesal.

"Apa itu... tidak masalah?", tanya Mita bingung dan khawatir.

"Tidak masalah", sahut Rizal dengan tenang.

"Pa...", panggil Mita pada Ibrahim.

"Sudah Mita.. ikuti saja ucapannya. Kau terlalu banyak tanya. Ayo cepat pergi sana", perintah Ibrahim.

Mita meminta Alin untuk mengambilkan tasnya. Kemudian mencium tangan Ibrahim yang diikuti oleh Rizal kemudian keluar menuju ke halaman.

"Kita pakai motor", kata Rizal.

Mita melongo mendengarnya.

Rizal mengeluarkan jaket dari bagasi motornya, kemudian memakaikannya pada Mita.

"Biar tidak kedinginan", ucapnya.

Setelah itu ia memakai helmnya lalu menaiki motor dan menyalakan mesin.

"Ayo naik", ajaknya.

Mita agak kesulitan untuk duduk.

"Apa benar seperti ini?", tanya Mita seraya merapikan pakaiannya.

"Mana kutahu?! Aku juga belum pernah dibonceng dengan duduk menyamping begitu. Ya kau rasa-rasa sendiri lah, bagaimana posisi yang nyaman", jawab Rizal tanpa melihat ke arah Mita.

Mita dongkol mendengarnya. Dikepalkannya tangan seolah hendak memukul Rizal.

"Sudah?", tanya Rizal.

"Iya", jawab Mita.

"Pegangan yang benar, jatuh dari motor itu sakit, tahu gak?", ucap Rizal.

Mita kini merasa bingung kenapa kemarin dia setuju untuk dilamar oleh orang di depannya ini.

"Gak tahu! Naik motor aja belum pernah, gimana jatuhnya?", sahut Mita kesal.

Rizal mengulum senyum mendengar omelan Mita. Mita lalu memegang baju Rizal.

"Masa pegangannya gitu? Yang kuat, beneran jatuh nanti", protes Rizal.

"Aah...ribet! Gak jadi aja. Mending aku tidur daripada malam-malam latihan bonceng motor", ucap Mita kesal dan turun dari motor.

"Eh, kok malah turun?! Naik! Ayo.. cepetan naik!", perintah Rizal kini dengan ekspresi galak yang selalu membuat hati Mita ciut.

Dengan wajah kesal Mita kembali beringsut naik ke jok motor. Kemudian kembali memegang baju Rizal.

"Kita beli helm dulu buat kamu", ucap Rizal, lalu melajukan motornya menuju jalanan.

Setelah membeli helm, Rizal membawa Mita ke sebuah warung makan.

"Suka soto daging gak? Kamu biasanya makan sop buntut kan? Ini versi recehnya", kata Rizal yang kemudian memesan dua porsi soto, menu andalannya saat baru gajian.

Ibrahim yang memberitahu kalau Mita suka sop buntut, dan favoritnya adalah yang dijual di salah satu restoran bergengsi di Jakarta. Hanya saja menu itu lumayan mahal, dan Rizal ingin memberitahu Mita sesuatu yang seenak sop buntut namun sesuai dengan kemampuan keuangannya.

Mita hanya diam dan mengikuti Rizal menuju satu meja makan.

Saat menu itu sudah dihidangkan, Mita terlihat penasaran dengan tampilannya yang sangat menggugah selera.

"Ayo dimakan", suruh Rizal.

Mita menyeruput kuahnya dan kaget. Ternyata rasanya benar-benar enak.

"Enak!", ucapnya sambil tersenyum.

Ya, itu adalah senyum pertama yang Rizal lihat dari Mita.

1
Oe Din
Asmara, konflik bisnis, mafia...
Bagus...
aca
q kasih bunga
aca
g dpet perjaka dpet duda nyanya ell/Curse//Curse/
aca
Fatimah berterima kasih lah ma tiara karena dia kabur lu bs nikah ma loise
aca
lanjutt
aca
bagus c rita nya kok like dikit yah
Oe Din
Lihat yang lebih bagus, seringkali "menyeret" kita pada iri dan dengki...
Puspa Indah
Selamat Membaca...
aca
rejeki Fatimah dpet jodoh ganteng kaya raya/Curse/
aca
tak kasih bunga
aca
lanjuttt
aca
lanjut donk
aca
q kira yg di novel Online istrinya taunya saudara kandung
aca
jd dia adeknya aris pant s aja orang kakak adek nya nikah ma bule
aca
lagi enak enak ama pembokat ya bapaknua hadeh
aca
ariana istri Jason bukan
Puspa Indah: Ho.. oh.. tul 👍
total 1 replies
aca
ariana adik bayu bukan
Puspa Indah: Ariana adiknya Aris dan Arya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!